Gadis manis berkulit putih, mata sipit dan hidung mancung Keynara maharani namanya, menjadi yatim piatu sejak kecil menjadikan sosok Key biasa dia sapa menjadi gadis yang tangguh dan pantang menyerah dalam segala hal, hingga kejadian disuatu malam yang mempertemukan nya dengan seorang CEO buta yang nyawanya tengah terancam. Key yang saat itu baru saja pulang dari bekerja menyaksikan seseorang yang tengah tidak berdaya dihajar habis habisan oleh beberapa oran berbadan besar berpakaian serba hitam, melihat orang itu tak berdaya dia memberanikan diri untuk menolong dengan sebuah ide terlintas dibenaknya dengan menyetel alarm sirine polisi diponselnya, dan berhasil orang orang berbadan besar itu langsung berlari meninggalkan orang yang tadi mereka keroyok.
bagaimana kelanjutan kisah Keynara dengan orang yang ditolongnya itu?
yuk ikuti kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Didepan ruang IGD, beberapa orang menunggu dengan raut cemas, berharap agar kedua orang yang sedang bertaruh nyawa didalam sana dalam keadaan baik baik saja.
Bahkan dua wanita beda usia tengah menangis sambil menggenggam tangan satu sama lain seolah saling menguatkan.
sedang dua laki laki tengah berdiri menatap kearah ruang yang masih tertutup rapat itu, sedang 1 laki laki lagi duduk disamping kedua wanita yang tengah menangis itu. beberapa body guard juga terlihat dibeberapa titik rumah sakit memeriksa keamanan.
Ceklek...
Pintu dibuka keluarlah seorang dokter yang menangani 2 pasien yang tak lain adalah Alezio dan Noah sang asisten.
"dok, bagaimana keadaan pasien?",tanya papa Kendra yang sudah berdiri didepan sang dokter diikuti yang lain.
"syukurlah keadaan keduanya sudah stabil beruntung tadi gadis yang mengantar mereka segera mendonorkan darahnya untuk tuan muda Alezio jadi keadaan tuan muda tidak sampai kritis", ucap sang dokter,
"seorang gadis?", beo mereka semua, karena sejak mereka sampai dirumah sakit mereka tidak menemukan siapapun.
"iya, yang mengantar mereka tadi seorang gadis muda, mungkin seusia mas ini", tunjuk nya pada Devon yang memang ikut kerumah sakit saat mendapat kabar dari opa Tio kalau Alezio mengalami kecelakaan.
"bahkan mereka dibawa dengan gerobak tuan, beruntung gadis itu sigap jadi mereka berdua cepat mendapatkan penanganan, karena luka dikepala tuan Alezio banyak mengeluarkan darah, sangat fatal kalau sampai telat, dan juga asistennya luka disekujur tubuhnya lumayan parah", lanjut sang dokter,
"terus di mana gadis itu sekarang dok?", tanya mama Andin,
"mungkin masih beristirahat di ruang donor darah nyonya", ucap sang dokter,
Devon pun bergegas menuju ruang yang dimaksud sang dokter, untuk menemui gadis itu tapi ternyata setalah sampai disana dia hanya melihat seorang suster.
"ada yang bisa saya bantu mas?", tanya sang suster pada Devon yang terlihat celingukan.
"dimana gadis itu?", tanya Devon langsung,
"oh, gadis yang menolong 2 korban kecelakaan tadi, bukannya sudah kembali keruang IGD mas?", tanya sang suster,
"gak ada, apa ada datanya?",tanya Devon.
"tadi saya suruh ngisi formulir tapi gak mau dan dia langsung pergi mas, coba tanya satpam depan mas, barangkali mbaknya tadi udah pulang, tadi kesini bawa gerobak mbaknya", jelas sang suster,
"makasih", ucap Devin segera berlalu menuju pos satpam depan.
"pak",panggil Devon pada salah satu satpam yang tengah berdiri di depan lobby.
"iya mas, ada yang bisa saya bantu?", tanya pak satpam,
"gadis yang tadi membawa pasien dengan gerobak, apa bapak lihat?", tanya Devon,
"oh mbak yang tadi, baru sekitar 5 menit lalu mbaknya pergi mas sambil bawa gerobaknya kembali, karena katanya gerobaknya asla bawa takut yang punya nyariin", jelas pak satpam.
"apa bapak tau ciri cirinya?", tanya Devon,
"mbaknya cantik seusia mas kayaknya, rambutnya panjang, itu aja sih mas", ucap pak satpam.
"apa saya bisa lihat CCTV rumah sakit pak?", tanya Devon,
"untuk masalah itu mas bisa bertanya pada bagian informasi mas, karena untuk melihat CCTV biasanya harus izin dulu pada pemilik rumah sakit", ucap pak satpam.
"makasih pak", ucap Devon dan segera ia kembali keruang IGD.
Sampai disana ternyata sudah tidak ada orang, dia pun bertanya pada seorang suster yang baru saja keluar dari ruang IGD.
"pasiennya kemana?", tanya Devon,
"sudah dipindahkan kerumah rawat mas, ruang VVIP 1 dan VVIP 2", jawab sang suster,
"makasih".
Devon segera menuju keruangan yang dimaksud sang suster, membuka pintu memastikan ruangan siapa yang dia datangi, karena tadi tidak diberi tahu siapa yang menempati ruang VVIP 1 dan VVIP 2.
Ruang VVIP 2 dia menemukan Noah yang ternyata belum sadarkan diri, yang kini sudah dijaga oleh sang ibu dan juga adik laki lakinya.
"bagaimana keadaannya?", tanah Devon yang sudah mendekat kearah brangkar Noah,
"belum sadarkan diri nak, tapi kata dokter tidak ada yang perlu dihawatirkan, tinggal nunggu sadar saja", jawab mamanya Noah.
"syukurlah, saya permisi dulu, kalau butuh apa apa bisa langsung hubungi opa Tio atau papa Kendra aja, diluar juga ada beberapa body guard", ucap Devon,
"iya nak makasih", kata ibu Noah.
Devin pun beranjak berganti masuk keruang VVIP 1 dan benar saja disana keluarga nya sudah berkumpul duduk disofa, hanya mama Andin yang duduk dikursi samping brangkar Alezio yang masih memejamkan matanya.
"bagaimana von?", tanya papa Kendra,
"udah pergi pa, bahkan dia tidak meninggalkan identitasnya di formulir pendonor darah", jawab Devon,
"pergi gitu aja von?", tanya opa Tio,
"iya opa, kata suster setelah donor darah dia langsung kembali ke IGD, mungkin karena melihat kiat sudah datang jadi dia langsung pergi terus kata satpam depan gerobak yang tadi dibuat membawa kak Al sama Noah dia bawa tanpa izin jadi dia buru buru balikin takut yang punya nyariin", jawab Devon,
"benar benar gadis yang baik dana tulus, menolong tanpa mengharap imbalan apapun", ucap Oma Lusi.
"kita cek CCTV Van", kata opa Tio,
"tadi aku udah tanya satpam opa, katanya gak sembarangan kalau mau lihat rekaman CCTV rumah sakit, harus izin dulu sama pemilik.rumah sakit", jawab Devon,
"pagi opa akan hubungi pemilik rumah sakit ini, kalau sekarang takut ganggu orang istirahat", kata opa Tio.
Dikamar minimalisnya Key sudah membaringkan tubuh lelahnya diatas ranjang yang juga minimalis. tubuhnya dari awal sudah capek ditambah tadi abis mendonorkan darahnya, dia jadi agak lemas.
Tapi dia kembali terbangun, dia ingat ucapan suster tadi kalau dirasa agak lemas dia sebaiknya minum minuman hangat manis, jadi dengan segera dia membuat minuman hangat dan manis agar besok tubuhnya besok kembali fit dan bisa bersekolah.
Dia tidak bisa seenaknya izin karena dia adalah anak beasiswa, daftar hadirnya berpengaruh pada beasiswanya, jadi dia harus segera menyegarkan kembali tubuhnya.
Setelahnya dia membersihkan diri, dan segera tidur karena waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.
"semoga dua orang tadi baik baik saja", ucapnya lirih sambil melihat langit langit kamarnya.
Dia pun memejamkan matanya, berusaha untuk tidur agar besok tidak kesiangan, apalagi dia kesekolah menggunakan bus telat dikit aja udah pasti bakal ketinggalan.
hidup sebatang kara nyatanya sering membuat key merasa kesepian, bukan perkara ekonomi saja tapi dia sering merindukan kehangatan bersama kedua orang tuanya.
sejak kecil key sudah diajarkan hidup mandiri oleh kedua orang tuanya yang memang berasal dari keluarga sederhana, Keynara yang sedari kecil memang sudah pintar dan berprestasi membuatnya selalu mendapatkan beasiswa dan bantuan pendidikan jadi bisa sedikit mengurangi pengeluaran keluarganya.
Kedua orang tua Keynara pun begitu bangga pada anak mereka yang pintar dan juga pintar itu, mereka berharap dan selalu berdoa agar key kelak bisa menjadi orang sukses dan berguna untuk banyak orang.