Kiara Larasati terpaksa menikahi lelaki yang tak dikenal karena sebuah salah paham salah satu warga desa yang melihat Kiara d cium seorang lelaki bule dalam keadaan seluruh pakaiannya basah
Elvano yang berkunjung d vila keluargnya sedang menikmati pemandangan air terjun melihat seseorang tenggelam jiwa heroiknya memaksa dia untuk menolong dan berakhir menikahi gadis yang dia tolong
bagaimana kisah percintaan mereka, ikuti terus kisahnya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Kiara membantu nenek Astri turun dari mobil dan mengeluarkan barang belanjaannya.
"Bi Surti tolong keluarin belanjaan yang di belakang" ucap Kiara pada bi Surti sudah stand by menunggu majikannya.
"iya neng" jawab bi surti sembari berjalan ke jok belakang mobil.
"itu pot biar Udin saja yang bawa" ucap nenek Astri lalu masuk ke rumah di temani Kiara.
"huft! lumayan capek" Keluh Kiara mendaratkan tubuhnya duduk di samping kakek sambil kipas-kipas menggunakan tangannya.
Kiara menghentikan aksinya ketika melihat kakek Bima dan Elvano melihat ke arahnya.
"A-ada apa?" tanyanya canggung.
"Baca ini" kakek Bima menyerahkan proposal milik Elvano
"Apa ini kek?" Kiara menghembuskan nafas saat membaca sampul proposal.
"Kek! Kiara itu baru lulus SMA mana tau yang kayak beginian" ujar Kiara.
Elvano menatap kakek Bima dia bingung kenapa kakek menyerahkan proposalnya pada Kiara.
"Pemuda ini ingin kakek menunjukkan proposal ini sama pemilik lahan kosong di sebelah perkebunan kakek, jadi tidak salah kan kalau kakek memberikannya padamu" ucap kakek Bima.
"Maksudnya kek?" kali ini Elvano yang bertanya karena masih belum bisa mencerna ucapan kakek Bima.
"Lahan kosong di samping kebun teh ini milik Kiara jelas saja kakek memberikan itu pada Kiara" jawaban itu keluar dari nenek yang dari tadi mendengarkan obrolan antara Kiara dan kakeknya.
"What??" Elvano masih dalam mode terkejut dia merasa di permainkan oleh Kiara. Kenapa tidak dari kemarin Kiara bilang kalau itu miliknya, kenapa harus berputar-putar pikir Elvano.
Kini tinggallah Kiara dan Elvano karena kakek harus berangkat ke padepokan sedangkan nenek sibuk dengan tanaman bunganya.
"ekhem! jadi?" tanya Elvano
"Jadi!! aku tidak paham sama yang baginian bang bule, aku baru lulus SMA masih di bawah umur semua masih atas kendali kakek kecuali aku sudah menikah" ucapnya tanpa sadar.
Elvano mendengus "sepertinya gadis ini perlu di bobol gawang biar dia sadar kalau sudah menikah" gerutu Elvano.
Kiara menutup mulutnya, dia lupa lagi kalau dia sudah menikah pantas saja kakek sudah menyerahkan tanggung jawab padanya tapi tetep saja Kiara kan masih di bawah umur, baru lulus pikirnya.
"he he he, maaf" ucap Kiara canggung
"Oke Kiara biar kau tidak lupa kalau kita sudah menikah inilah saatnya aku membobol gawang" ucap Elvano gemas.
Kiara berlari menyadari Elvano akan menerjangnya, entah apa yang akan Elvano lakukan yang jelas dia geram dengan istrinya.
Bi surti menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap kekanak-kanakan Kiara berlari mengelilingi meja makan.
"Hentikan! Atau Aku tidak akan merealisasikan idemu itu" ucap Kiara terengah-engah karena Elvano tidak berhenti mengejarnya.
"Aku tidak peduli yang aku inginkan sekarang adalah menghukummu agar kau tidak lupa siapa aku" ucap Elvano yang masih mode Singa jantan.
Kiara berlari ke arah kamar saat akan menutup pintu Elvano sudah menahan, entah kenapa tenaga pria itu pagi ini terasa berlipat.
"Hentikan aku bilang kalau tidak aku akan menghajar.." terlambat karena Elvano sudah membantingnya dan menindih dan mengunci gerakannya. Kiara merasa geli karena Elvano terus saja menggelitiknya.
"Hentikan El!" teriak Kiara nafas keduanya terengah-engah. Pandangan keduanya saling terkunci dengan nafas saling memburu dengan posisi Elvano diatas.
"El?" Entah kenapa dia suka dengan panggilan Kiara untuknya.
"Kenapa? kau tidak suka aku memanggilmu dengan huruf awalmu" ucap Kiara.
mata Elvano memindai wajah Kiara dari mata sampai ke bibir ranumnya dan mendekatkan wajah ingin merasakan bibir yang sejak kemarin membayangi di benarnya.
"Ya Tuhan! Kiara kenapa tidak mengunci pintu" melihat pintu terbuka Kiara mendorong elvano hingga terjungkal di samping ranjang.
Dug
"Au"
nenek Astri yang sudah biasa masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu, melihat Kiara dalam hubungan intim dengan suaminya membuat nenek malu dan langsung keluar kamar. iih ternyata nenek juga lupa ya kalau Kiara udan nikah 🤭
"He he he.. Maaf!" Kiara menjulurkan tangannya membantu Elvano berdiri.
"Sudahlah kita makan dulu, telat nih sarapannya" ucap Kiara melenggang pergi keluar kamar.
Elvano tersenyum melihat punggung Kiara
" Kenapa susah sekali menjangkau bibir itu" Elvano tersenyum menggelengkan kepala.
"Tunggu! kenapa aku jadi terobsesi dengan bibirnya" Elvano pun keluar mengikuti Kiara karena dia juga lapar.
Dan disinilah mereka berada, di ruang makan nenek Astri tersenyum sendiri melihat tingkah cucu dan menantunya.
"Apa sih nek senyum-senyum terus dari tadi" sungut Kiara menutupi rasa malu.
"Nak Elvano tambah lagi makanannya" ujar nenek Astri.
"Sudah nek" ucap Elvano mengangguk tersenyum.
"Tadi kakek bilang, minggu depan nak Elvano akan ke Jepang" Kiara menghentikan makannya.
"Kau akan pergi?" tanya Kiara
"hem" Elvano mengangguk dan tersenyum pada Kiara, senyum yang membuat para gadis kelepek-kelepek.
Kiara tersenyum getir dan melanjutkan makannya tapi makanan di hadapannya sudah tidak selezat tadi, Kiara tiba-tiba kehilangan selera makannya.
Elvano tersenyum tipis melihat Kiara seperti enggan untuk mengunyah makannya.
"Apa dia sedih berpisah denganku" gumam Elvano dalam hati.
"Ish, apa dia sebahagia itu akan bertemu kekasihnya" gerutu Kiara sambil melihat Elvano yang tersenyum sendiri.
Nenek Astri hanya manggut-manggut karena tadi kakek Bima sudah menceritakannya. beliau tersenyum tipis melihat cucunya yang tiba-tiba murung.
"Kiara sudah selesai nek" Kiara membawa piring kotor ke dapur dan pergi ke luar rumah.
"Nek! Vano juga sudah nek" Elvano yang akan membawa piring kotornya di hentikan oleh nenek Astri.
"Sudah letakkan saja biar bi Surti yang beresin" ucap nenek astri.
"Baiklah nek, Vano pergi dulu" Elvano berjalan terburu-buru menyusul Kiara.
semenjak lulus sekolah tidak banyak aktivitas yang dilakukan Kiara, sahabat satu-satunya langsung pergi ke kota mencari pekerjaan.
"Tunggu Kiara!" Elvano mencekal tangan Kiara yang akan mengendarai motornya, mematikan motor Kiara dan mengambil kuncinya
"Kamu kenapa?" tanya Elvano
"Aku?" tanya Kiara menunjukkan wajahnya.
Elvano bersedekap menunggu jawaban dari Kiara.
"Siniin kuncinya, aku buru-buru ada janji dengan temanku" ucapnya bohong, karena Dinda sahabat satu-satunya sudah pergi ke kota.
"Tidak boleh, urusan kita yang tadi belum selesai" ucap Elvano tegas
Kiara menghela nafasnya kasar, melepas helm dan meletakkannya di spion motornya, kiara turun dari motor berjalan masuk rumah, belum sampai dirinya melangkah di pintu Elvano kembali mencekal tangannya.
"Duduk disini saja" ucap Elvano mengarah pada kursi di teras rumah.
Sementara Kiara duduk anteng Elvano masuk dan keluar dengan membawa proposal yang tadi.
"Ini bacalah! kalau kau tidak mengerti tanyakan saja" ucap Elvano.
Kiara mulai membaca dengan seksama isi dari proposal Elvano, belum selesai membaca Kiara menutup proposal dan meletakkan di meja.
"Menurutku ini tidak menarik dan terlalu monoton" ucap Kiara membuat mata Elvano melotot.
"Apa dia bilang? monoton?" gumamnya dalam hati. Elvano membaca lagi rancangan pembangunannya, dia rasa sudah sempurna, "dimana kurangnya, dasar bocah mana mengerti dia hal semacam ini" umpatnya dalam hati, dia harus bersabar karena untuk mendapatkan GT di perlukan kesabaran ekstra.