NovelToon NovelToon
The Power Of Mbak Jamu

The Power Of Mbak Jamu

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Buna Seta

Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.

"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Power Of Mbak Jamu. Bab 7

"Mase masih disini?" Tanya Mia ketika ikut antri hendak membayar ke kasir, berdiri tepat di belakang Vano.

"Iya" jawab Vano satu kata. Wanita yang di samping Vano hanya menatap Mia datar. Padahal Mia tersenyum kepadanya.

Satu persatu pelanggan maju ke depan kasir, kali ini giliran Vano yang seharusnya maju, tetapi Vano menoleh ke belakang.

"Kamu duluan saja, kan hanya belanja satu" Vano memberi waktu untuk Mia.

"Terimakasih Mase" Mia tersenyum senang, ternyata pria ini baik sekali. Pikir Mia. Namun, ketika Mia hendak maju, wanita yang bersama Vano mendelik gusar.

"Tidak bisa begitu lah Mas, kan sesuai antrian," tolak wanita yang berpenampilan mewah itu menatap Mia tidak suka.

"Dia hanya belanja satu macam saja Dona, lagi pula dia berat itu" ujar Vano.

"No! Siapa suruh tidak mau membawa troli" ketus Dona tidak mau dibantah.

"Nggak apa-apa Mase, Mbak Nya benar, harus sesuai antrian," tulus Mia, tentunya tidak mau ribut.

"Maaf Mas, Mbak. Jika Anda berdebat terus, kasihan yang antri di belakang" pihak kasir yang sudah menunggu pun kesal.

"Maaf" Vano pun akhirnya menurunkan barang-barang yang akan dia beli di meja kasir, kasir kemudian menghitung barang-barang yang menggunung itu.

Setelah barang-barang milik Vano di atas meja kasir hanya tinggal beberapa macam, Mia meletakkan kompor.

Vano pun akhirnya menyerahkan kartu atm kepada kasir. Setelah selesai, kemudian meninggalkan tempat itu diikuti Dona menuruni eskalator.

Mia mendorong kompor mendekatkan di depan kasir.

"Belanjaan Anda sudah di bayar Mbak" ujar kasir wanita.

"Di bayar? Siapa yang membayar Mbak?" Cecar Mia kaget dan bingung, walaupun dalam hatinya menebak bahwa Vano yang membayar, tetapi Mia ingin lebih yakin lagi.

"Pria yang baru saja"

"Kalau gitu Terimakasih Mbak" Mia pun membawa kompor lalu mengejar Vano dengan Dona. Tiba di lantai satu Mia mencarinya sudah tidak bisa menemukan mereka.

"Gila ini orang" Mia tentu tidak mau wanita yang bersama Vano salah sangka. Padahal harga kompor tersebut dua juta lebih. Mia lalu memutuskan untuk pulang. Entah esok atau lusa, dia akan mencari Vano ke rumah besar yang baru dibangun, dan akan mengembalikan uang tersebut. Mia tidak tahu rumah yang baru dibangun itu milik siapa, tetapi saat itu Vano berada di tempat itu.

Mia pun memutuskan untuk pulang, kali ini memilih numpang ojek.

"Terimakasih Bang" Ucapnya setelah membayar tarif kendaraan yang paling cepat menuju tempat yang di tuju. Setelah mendapat jawaban dari ojek Mia pun ke dalam.

Waktu rupanya sudah berganti sore, setelah shalat ashar tidak ada kamus nya untuk istirahat bagi Mia. Mia kemudian membuka pembungkus kompor dari kardus yang sudah satu paket dengan selang dan regulator.

Selayaknya pria, Mia dengan cekatan menyambung selang ke pipa gas yang terletak di belakang kompor. Setelah memasang clamp ke pipa, Mia kemudian mengencangkan dengan obeng. Tidak ada rasa takut dia memasang ujung selang ke regulator, dan yang terakhir menghubungkan ke tabung gas.

"Alhamdulillah... selesai" Gumamnya.

"Bismillah...."

Ceklak Ceklak.

Kompor pun menyala dengan api biru, Mia tersenyum. Baginya mencoba melakukan pekerjaan yang biasa di lakukan pria itu adalah tantangan. Dan ketika berhasil seperti ini Mia merasa puas.

Sore itu Mia masak sendiri, makan malam pun sendiri. Malam ini tidak menunggu larut, setelah isya segera tidur. Mengumpulkan energi yang terkuras seharian.

Jam tiga pagi Mia pun sudah bangun, setelah ke kamar mandi bersih-bersih badan, kemudian ke dapur.

Dia mengangkat lumpang dari kayu lalu menumbuk bahan jamu yang sudah dia cuci bersih. Yang pertama dia tumbuk adalah, beras yang sudah di rendam sejak semalam. Sulit memang, di jaman yang segala sesuatunya bisa dengan mudah dilakukan dengan cara di giling. Akan tetapi, Mia memilih meniru tradisi leluhur. Maka hasil jamu buatan Mia punya cirikas sendiri. Alhasil jamu buatan Mia banyak di sukai kerena berbeda.

Setelah beras halus, Mia menumbuk kencur, kunyit, jahe, dan bahan jamu lainya, kemudian memasak dengan tambahan asam, temulawak, dan juga pahitan.

Jamu komplet yang biasanya di mimun dalam keadaan hangat pun sudah matang, lalu dia saring terlebih dahulu sebelum di masukan ke dalam botol. Mia pun ambil bakul menyusun botol-botol yang terisi penuh.

Pagi ini, Mia berjualan dengan cara menggendong bakul berjalan keliling. Karena sepeda yang biasanya dia gunakan untuk jualan tidak dia bawa karena sepeda tersebut Slamet yang membeli.

"Jamu... Jamu..." suara Mia sepanjang jalanan komplek yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Hampir setiap rumah membeli jamu Mia.

"Mbak baru ya jualan di tempat ini?" Tanya ibu paruh baya.

"Iya Bu, biasanya saya berjualan di komplek sebelah," tutur Mia sambil menuang jamu sesuai permintaan ke dalam gelas.

"Besok jangan lupa kesini lagi ya," pesan calon pelanggan Mia. Dia mengatakan setelah merasakan jamu Mia yang ramuanya pas maka ketagihan.

"InsyaAllah, nanti sore juga saya keliling lagi Bu, tetapi julan kue," Mia sekaligus promosi ke setiap orang yang membeli jamu.

"Ya, nanti sore saya tunggu" jawab ibu penasaran.

Tanpa kenal lelah Mia terus berkeliling, setelah jamu habis terjual, dia melanjutkan perjalanan ke komplek sebelah. Komplek elite di mana Vano membuat rumah.

15 menit kemudian, Mia tiba di depan bangunan rumah mewah lantai dua. Nampak para pekerja bekerja dengan giat. Saat ini baru jam 9 pagi tentu tenaga mereka masih kuat.

"Permisi" sapa Mia kepada pria yang tengan menemplok semen ke tembok.

"Mbak Jamu, waduh. Kenapa sudah seminggu tidak jualan?" Si pria yang tengah mengaci tembok pun lompat ke bawah.

Tiga pria yang lain pun seketika turun dari stiger, mendekati Mia. "Jamu kuat yang biasa Mbak" pesan mereka.

"Maaf Pak-e, sayang sekali jamunya habis," Mia merasa kasihan dengan pelanggan.

"Yaaa..." ucapnya serentak saling pandang, dengan raut kecewa.

"Saya sekarang sudah pindah rumah Pak-e" Mia menjelaskan jika jarak dari rumah yang baru ke tempat ini lebih jauh.

"Kenapa pindah?"Para pekerja ingin tahu. Tentu mereka tidak tahu bahwa Mia sudah janda. Jika mereka tahu bisa-bisa menggoda Mia.

"Tidak apa-apa. Maaf, saya cuma mau minta waktu sebentar, Mas Vano disini nggak?" Mia sebenarnya tidak enak hati karena mengganggu para pekerja.

"Oh... beliau jarang datang Mbak, kecuali sedang mengontrol saja,"

"Mas Vano itu pemilik rumah ini kan," selidik Mia.

"Benar Mbak, dia itu baru mau menikah tetapi sudah membuat rumah sebesar ini," papar pekerja proyek.

Mia hanya manggut-manggut tidak mau tahu lebih jauh, tujuanya hanya satu. Yaitu mengembalikan uang untuk pembayaran kompor.

"Bapak tahu alamatnya mungkin?"

"Tidak tahu Mbak" Jawabnya serentak.

Setelah mengucap terimakasih Mia pun akhirnya pamit pergi.

"Mia..." Suara bariton menghentikan langkah Mia, ketika tiba di persimpangan jalan ke arah rumah lama.

Melihat siapa yang memanggil, Mia tidak menjawab justru melanjutkan berjalan. Walaupun tidak bisa cepat karena saat ini tengah menggunakan kain batik dengan kebaya. Begitulah kostum Mia ketika sedang berjualan jamu.

"Mia, kamu nggak jualan kue, aku kangen kue buatan kamu Mia," Slamet menjejajari langkah Mia. Dia lirik wajah Mia yang tidak merespon kedatangannya.

...~Bersambung~...

1
Shaa Erahh
Luar biasa
Elis Hopapa
Kecewa
Elis Hopapa
Buruk
Martha Amelia Susanti
Luar biasa
Martha Amelia Susanti
Lumayan
Ledy Gumay
Luar biasa
Kini Wati
aku bosan jg dengan novel ini terlalu lebay apalagi mcnya bukanya nayak dulu siapa yg mengetuk pintu biasanya kn hotel Ndak perlu diketuk kalo SM penyewa kan bisa langsung masuk pake kartu,ini udah tau diketuk masih dibuka bener,,bodoh
Kini Wati
kok udah mandi masih pake konde gimana mandinya apa Ndak berat aneh,,aja
Kini Wati
dasar pamno bodoh masak anak buah mu cuma satu orang,kn bisa menyuruh mereka memperhatikan Mia,kalo Mia jalan kemana kn bisa diikuti secara diam,,,
Kini Wati
pano katanya orang kaya tp tidak bisa melindungi calon istrinya,Ndak masuk akal,kenapa udah sering calon istrinya di culik dikeroyok orang tp masih dibiarkan saja bodoh amat j di orang😏😏
Ketut Darmiasih
Bagus ceritanya. Strong woman/Drool/
Dyah Ika
Luar biasa
Dewi Kasinji
ijin baca kak ... suka banget cerita wanita kuat kayak gini
Kini Wati
aku heran SM novel ini mcnya kenapa tidak dia laporkan kepolisi seperti sepupu selamet itu,kenapa mesti lari dia kan bisa memakai telpon kalo ada orang jahat yg ingin membunuhnya
Zain malik
Luar biasa gini nh cerita ny bagus apik tenaan, numpang baca y authors
Wen Afriwelti
Biasa
Yati Pujiati
jbbmyhhjjjjbh onhhbnj
Nopie Kent
Luar biasa
Indah Inayati
semangat
Milad Khusnul
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!