Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mode Cemburu
Andine beranjak setelah Aleandro pergi bersama Martin.
"Hhhmmm, jalan-jalan bagus juga daripada manyun di rumah," gumam Andine.
Andine ingin melemaskan otot-otot karena seminggu cuman makan tidur aja kerjaannya. Masak cuman sesekali.
"Enaknya kemana ya? Hhhmmm, ke taman kota kayaknya asyik,"
Sesuai keinginan sang bos, sopir utusan Aleandro mengantarkan Andine ke taman kota.
Hanya dengan pakaian kasual dipadupadankan dengan celana jeans, rambut dikuncir ekor kuda membuat pesona Andine memancar. Sepatu sneaker pelengkapnya.
"Laper lagi nih," ujar Andine ketika melihat penjual bubur ayam masih buka lapaknya. Menu yang sama saat Andine makan tadi.
"Andine....," suara seseorang membuatnya menoleh.
"Hai, Nick," balas Andine.
"Kemana aja? Apa kabar? Lama loh kita tak sua?" berondong tanya Nicky.
"Nggak kemana-mana. Masih di kota yang sama," jawab Andine mengurai senyum.
"Tiap hari aku mampir ke minimarket, eh kamu nya tak ada di sana," urai Nicky.
"He....he... Aku resign dari sana," jawab Andine seraya terkekeh.
"Nggak dibolehin sama suami kamu?" telisik Nicky.
Andine tersenyum kecut. Bagaimanapun Nicky sudah tahu dirinya hamil.
"Eh, betewe ke sini sama siapa? Mana suami kamu?" Nicky ingin mengurai suasana yang terlanjur kaku.
"Sendirian kok," jawab Andine.
"Kok sendirian? Ntar suami kamu menyesal loh membiarkan istri cantik begini sendiri. Nggak takut apa kalau dimana-mana ada pebinor?" canda Nicky.
Andine mengedikkan bahu, tak ingin membahas lebih lanjut.
"Kamu sendiri, nggak kerja?" tanya balik Andine.
"Kerja terus bosan tau," canda Nicky, Andine tertawa.
Obrolan receh mengalir di antara keduanya. Seringkali Andine tertawa lepas menganggapi candaan Nicky.
.
Martin menerima pesan dari anak buahnya dan langsung membuka.
Sementar Aleandro sedang memimpin rapat penting dengan mitra perusahaan.
Martin menunggu kesempatan untuk meyampaikan pesan itu buat sang bos.
'Kita lihat reaksi bos ntar. Pasti seru,' ucap Martin dalam hati.
Aleandro menatap sekilas ke arah Martin yang tak biasanya.
"Obat kamu habis? Ngapain senyum-senyum?" bisik Aleandro yang barusan kembali duduk di samping sang asisten.
"Rahasia tuan. Biar rapatnya selesai dulu," ucap Martin sengaja membuat sang bos penasaran.
Wajah Aleandro kembali dingin, saat semua fokus padanya.
Setelah semua beres, Aleandro menyerobot ponsel milik Martin. Ternyata Martin dalam posisi siaga satu, jadi ponsel tak berpindah tangan.
Martin tertawa mengejek.
"Bonus kamu kupending," ancam Aleandro dengan mata melotot.
"Cih, beraninya ngancam," balas Martin.
"Kenapa? Merasa punya backingan sekarang," sindir Aleandro.
"Ya pastinya. Ada tuan besar di belakang saya," kata Martin pongah.
"Sombong dipelihara," omel Aleandro kesal.
Saat di mobil, Martin menyerahkan ponsel.
"Nih bos, puas-puasin lihat," kata Martin.
Aleandro menekan layar ponsel, video langsung terputar.
Aleandro menajamkan netranya, melihat Andine yang tertawa lepas saat ngobrol dengan seorang pria muda yang mungkin secara usia lebih muda daripada Aleandro.
"Di mana ini?" tanya Aleandro dengan menahan geram.
"Taman kota," jawab Martin, yang tahu lokasi setelah diberitahu orang suruhannya.
"Kita ke sana," perintah Aleandro.
Martin mengarahkan laju mobil sesuai perintah.
Aleandro langsung turun saat mobil berhenti.
Mata elang Aleandro mencari keberadaan Andine.
"Awas saja kamu. Lupa kalau punya suami ya? Beraninya berduaan dengan laki lain di belakang suami," oceh Aleandro menahan geram.
"Nah, itu dia," Aleandro berjalan dengan menghentakkan kaki.
"Kita pulang," Aleandro menggenggam erat lengan Andine dan cenderung menariknya.
"Awh, sakit," keluh Andine meringis.
"Heh, jangan main kasar sama cewek bro," Nicky beranjak hendak melerai genggaman Aleandro.
"Sapa lo? Ikut campur dengan rumah tangga orang. Mau jadi pebinor lo," kata Aleandro marah.
"Suami kamu Andine?" Nicky menoleh ke arah Andine.
"Iya, gue suaminya," tegas Aleandro.
"Kita pulang!" kata Aleandro tak mau dibantah lagi.
Aleandro berlalu pergi dengan menggandeng Andine, sampai Andine kewalahan mengikuti langkah lebar sang suami.
"Cemburu bilang bro," olok Nicky sambil bergumam.
"Martin, turunlah!" perintah Aleandro.
"Gimana pulangnya bos?" tukas Martin.
"Jalan kaki kek, naik becak kek... Terserah!" ujar Aleandro sambil membukakan pintu untuk Andine.
Andine masuk dengan sedikit dorongan Aleandro. Andine terjingkat saat Aleandro menutup pintu mobil dengan keras.
'Mode singa on,' batin Martin.
Mobil melaju cepat meninggalkan Martin dalam kebingungannya.
Sampai di mansion, Aleandro tetap menggandeng Andine dengan kuat.
"Sakit tuan," keluh Andine. Mendengar ucapan Andine, Aleandro sedikit melerai genggaman tangannya.
Belum hilang emosi Aleandro, sampai kamar Aleandro mendorong Andine ke ranjang king size.
"Apa yang anda laku...," belum sempat menyelesaikan ucapan, bibir Andine dibungkam oleh Aleandro.
Meski sedikit kasar, lama-lama Andine mengimbangi juga. Ciuman kesal itu berubah menjadi ciuman yang menuntut.
Aleandro baru melepas saat Andine kehabisan nafas.
Ketika rasa emosi telah berpindah menjadi hasrat, maka tak ada yang tak mungkin.
Melihat bibir Andine yang bengkak semakin meningkatkan lib*do yang lama tak tersalurkan.
Sesuatu di bawah sana menegang duluan sebelum dikomando. Apalagi secara tak sengaja Aleandro telah menyentuh aset kembar milik Andine saat mereka berciuman tadi.
Andine terengah karena serangan mendadak Aleandro, hingga tak bisa mengontrol pergerakan.
Tangan Aleandro semakin tak terkondisikan, hingga tepat mencapai sasaran.
Puncak gunung milik Andine dia pilin dengan lembut membuat yang punya melenguh nikmat.
Aleandro memandang wajah Andine yang telah ditutupi kabut gairah membuatnya semakin semangat.
Leher jenjang itu Aleandro telusuri dengan saliva, membuat Andine menggelinjang.
Menyusur ke bawah, dia temukan puncak seperti cerry itu seakan menantangnya. Aleandro kulum dengan lembut, meluapkan emosi dan rasa yang lama terpendam.
Reflek Andine menekan kepala Aleandro. Baru pertamanya merasakan surga dunia.
Tangan Aleandro tak bisa lagi dikondisikan, dia bermain cantik di lembah yang mulai basah.
Pakaian masing-masing entah pergi kemana, hanya tubuh polos yang bergelut di atas sana.
Aleandro memacunya dengan ritmik, tangan Andine mencengkeram sprei di kanan kirinya. Menahan rasa perih karena pedang Aleandro yang melesak masuk.
Suara-suara indah saling bersahut hingga akhirnya dua-duanya terengah dan ambruk di ranjang. Keringat membanjiri keduanya.
Aleandro beranjak saat mendengar nafas Andine yang teratur.
'Jangan menguras emosi kalau tak ingin berakhir begini,' bisik Aleandro tak lupa mengecup kening Andine.
Aleandro beranjak perlahan, tak ingin mengganggu Andine yang terlelap. Aleandro berpindah kamar.
"Apa itu tadi? Apa yang aku lakukan?" ternyata Andine tak tidur.
Andine berusaha bangkit. Tak sengaja melihat bekas-bekas bibir Aleandro rata di seluruh tubuh.
Sekarang Andine ingin berendam, merilekskan tubuh yang berasa remuk redam.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Semangat, hari ini pesta rakyat. Jangan jadi golput, satu suara menentukan masa depan....🤗
Jangan hanya paslon yang didukung, author pun butuh dukungan loh...
Klik like, komen dan juga vote. Boleh juga kasih bunga, kopi secangkir biar author tak ngantuk.
Love.... Love... For all
💝
Aleandro mmg hrs main rapi dan lembut klo mo jatuhin Kecele..
siapa kira² tg tabrak Andine
ya ampuun ternyata Nicky jg gigolo🤭
lama² Aleandro lrngket dan bucin sama Andine