Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 (Memusingkan)
"Co, maksudnya gimana? Aku masih belum ngerti deh" kata Zea.
Marco pun menceritakan semua yang dikatakan oleh ibunya Silva saat dirinya berada dirumah Silva. Ibunya yang tadi sangat ramah pada Marco, apalagi saat melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya, yang merupakan mobil milik Zea. Ibunya terkesan sangat senang dan seolah menyetujui kalau nanti Marco dan Silva sampai ke jenjang pernikahan.
Namun, semuanya berubah drastis saat Marco mengatakan yang sebenarnya, kalau itu bukan mobil miliknya dan dia hanya bekerja sebagai seorang supir pribadi. Sontak saja raut wajah ibunya Silva berubah dan terkesan tidak menyukai Marco yang hanya seorang supir. Bahkan dengan mudahnya mengatakan agar Marco segera mengakhiri hubungannya dengan putri semata wayangnya.
Hal itu tentu saja membuat Marco murung seharian ini. Namun, dia berusaha untuk menutupinya dengan memperlihatkan wajah riangnya seperti biasa, agar orang-orang disekitarnya tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Termasuk kekasihnya sendiri.
Namun, ternyata Zea menyadari dan bisa mengetahui kalau Marco sedang tidak baik-baik saja
"Kamu yang sabar yah, Co, aku yakin kok, cepat atau lambat ibunya Silva akan merestui hubungan kalian, Silva pasti akan berusaha meyakinkan ibunya kalau kamu itu yang terbaik untuknya" Zea berusaha menghibur Marco dan memberinya semangat.
"Pendirian ibunya Silva itu sangat kokoh dan tidak mudah untuk membuatnya berubah pikiran, aku ragu kalau Silva akan berhasil meyakinkan ibunya dan membuat ibunya merubah pendiriannya" Marco terlihat pesimis.
"Jangan nyerah dong, Co, aku yakin kamu dan Silva bisa melewati ini dan suatu saat bisa mendapatkan restu sepenuhnya dari ibunya Silva" Zea terus menyemangati Marco. Marco hanya membalas dengan senyuman saja.
.....
Silva yang baru saja sampai di rumahnya, dikejutkan dengan kedatangan seseorang secara tiba-tiba dan kini sudah duduk di ruang tamu.
"Alex! Kamu ngapain disini?" Tanya Silva dengan raut wajah terkejut.
"Eh, akhirnya kamu pulang juga, sayang" Alex bangkit dari duduknya dan hendak menghampiri Silva. Namun, Silva segera saja memberi isyarat pada Alex agar tidak mendekatinya.
"Ada apa kamu kesini?" Tanya Silva sekali lagi.
"Aku kan sudah bilang, jangan pernah injakkan kaki kamu di rumahku lagi, karena aku gak suka" lanjut Silva dengan raut wajah kesal.
"Aku kesini cuma mau pastikan aja kalau kamu baik-baik aja sampai rumah" jawab Alex seadanya.
"Kamu gak usah repot-repot untuk lakukan itu dan seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja, jadi, sekarang kamu pergi dari rumahku" Silva langsung mengusir Alex.
"Aku kesini juga karena diminta sama calon mertua, beliau yang minta aku buat kesini dan pastikan kalau kamu itu baik-baik saja, beliau khawatir, maklumlah kan lagi berjauhan" kata Alex.
"Hadeh... Capek deh sama ini cowok gila, segala nyebut mami dengan calon mertua lagi, benar-benar gak waras nih otaknya, ada yang korslet atau apa gitu, gak tahu juga" batin Silva.
"Oh iya, sayang, gimana kalau aku nginap disini aja, biar sekalian aku bisa jagain calon istriku" Alex memberikan ide.
"Calon istri? Sejak kapan aku jadi calon istri kamu, mimpi kamu, Alex!" Perkataan Alex barusan membuat emosi Silva tersulut.
"Kalau mengkhayal itu jangan ketinggian, karena aku gak bakal mau nikah sama kamu, aku maunya nikah sama Marco aja, cowok yang aku sayangi" lanjut Silva.
"Hahaha.... Silva, emangnya mami kamu setuju kalau suatu saat nanti kamu nikah sama Marco? Apa kamu lupa gimana mami kamu terlihat sangat tidak menyukai Marco, apa kamu pikir mami kamu bakal merestui hubungan kalian? Gak akan" Alex tertawa lepas.
"Daripada kamu jalani hubungan kamu dengan Marco dan tidak dapat restu dari mami kamu, mending sama aku aja, mami kamu pasti bakal berikan restunya kalau kamu sama aku" lanjut Alex.
"Udah pergi kamu dari sini! Sebelum aku semakin muak lihat wajahmu itu!" Bentak Silva dengan tatapan tajam kearah Alex.
"Oke, aku pergi dari sini, tapi, suatu saat aku pasti akan bisa nikahi kamu dan aku pastikan apa yang aku ucapkan ini bakal terbukti, lihat saja nanti!" Kata Alex, lalu beranjak pergi dari rumah Silva.
"Hufft! Akhirnya si cowok gila itu pergi juga" Silva menghela nafas.
Selang beberapa jam kemudian, Silva menghubungi ibunya, karena dia tahu kalau pesawat yang ditumpangi ibunya sudah mendarat di bandara. Silva ingin menanyakan hal yang dikatakan oleh Alex tadi. Silva ingin memastikan kalau Alex berkata yang sebenarnya.
Jawaban yang diberikan oleh ibunya Silva ternyata benar adanya. Ibunya Silva yang memang meminta Alex untuk menginap dirumahnya dan menjaga Silva selama dirinya berada di Australia.
"Kenapa mesti Alex sih, mi? Kan aku bisa ajak Hilda sama Flea buat temani aku, soal ngejagain aku, aku gak perlu dijagain, aku bisa jaga diri kok" kata Silva.
"Bukannya begitu, sayang, mami itu mau kamu baik-baik aja selama mami di Aussie, jadi, mami minta Alex buat temani kamu, karena mami percaya kalau Alex akan menjalankan amanah mami dengan baik dan gak akan kecewakan mami" terang ibunya Silva.
"Mami gak usah repot-repot seperti itu, aku bisa jaga diri kok dan aku juga gak mau Alex disini, aku tuh gak suka sama kelakuannya" Silva mencoba protes.
"Udah, kamu gak usah protes, ikuti aja apa yang mami mau, oke, udah yah, mami lagi sibuk nih siapkan materi buat meeting besok" ibunya Silva pun mengakhiri panggilan.
"Hah.... Mami suka memaksakan kehendaknya, ya udahlah, lagian juga mami gak bakal tahu kalau aku gak ikuti permintaannya" pikir Silva.