[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 Membunuh dan Berkultivasi: Liang Fei Menjadi Sang Pemangsa
Kembali ke beberapa hari sebelumnya. Tepat ketika pengumuman pertandingan bela diri akan diadakan di Sekte Naga Putih, Liang Fei tahu jika pertandingan itu semata-mata hanya untuk menunjukkan kekuatan Long Yuan.
Ia sangat tahu sifat Long Yuan yang tidak berbeda dengan anak walikota Linghua, jadi Liang Fei sudah menduga jika Long Yuan ingin mendapatkan Seo Yun dengan niat yang buruk.
"Aku harus melakukan sesuatu," gumam Liang Fei, meski ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Sejak menjadi buta, Liang Fei kehilangan semangat untuk berlatih sehingga kekuatan dan tingkat kultivasinya dengan mudah dilampaui oleh Long Yuan.
Ketika ia memikirkan hal itu, Liang Fei mengingat sesuatu ketika ia mengalahkan Serigala Putih dan Beast Fisher.
Samar-samar ada sensasi hangat yang merasuki tubuh Liang Fei ketika ia berhasil membunuh monster itu, hal itu juga yang membuatnya dapat berkultivasi dengan lebih cepat.
"Apakah mungkin jika teknik warisan Dewa Naga membuatku bisa menyerap sumber kehidupan dari beast yang aku bunuh?"
Liang Fei menebak-nebak, namun tidak ada kesimpulan yang muncul jika dia hanya sekadar menebak.
Oleh karena itu, Liang Fei memutuskan untuk memasuki hutan di malam itu.
Liang Fei tahu bahwa Hutan Tianlong dikenal sangat berbahaya, apalagi saat malam hari. Namun, tekad untuk melindungi Seo Yun dan menggagalkan rencana jahat Long Yuan memberikan Liang Fei keberanian yang ia butuhkan.
Langkah demi langkah, Liang Fei memasuki hutan dengan berbekal pedang yang biasa dia pakai dulu.
Meski pedang itu tampak usang, Liang Fei sangat merindukan menggenggam sahabat lamanya itu.
Di malam itu, angin berbisik lirih dan daun-daun di pepohonan bergetar, seakan menyambut kedatangan seorang pejuang yang sempat terabaikan.
Meski berbahaya, Liang Fei memutuskan bahwa malam ini adalah kesempatan untuk membangkitkan kembali semangat juangnya dan menguji teorinya tentang teknik warisan Dewa Naga.
Sesampainya di hutan, Liang Fei mendengar suara gemerisik di semak-semak, menandai kehadiran sekumpulan beast di depannya.
Tanpa membuang waktu, Liang Fei memusatkan konsentrasinya; ia merasakan aliran energi di sekelilingnya.
"Serigala putih, ya? Aku sudah bosan membantai kalian," gumam Liang Fei.
Dan benar saja, sekawanan serigala berbulu putih dengan taring menjulang ke atas muncul di hadapan Liang Fei.
Serigala putih yang mengelilinginya tampak lebih beringas, dengan mata menyala yang menatap tajam ke arah Liang Fei. Para serigala kini tampak lebih agresif karena malam hari menyimpan potensi terkuat mereka.
Namun, Liang Fei menghadapi mereka semua tanpa gentar sedikitpun. Desir angin malam menyapu kulitnya, menambah tekad dalam hatinya untuk mengatasi tantangan itu.
Tanpa menunggu lebih lama, serigala pertama melompat ke arahnya dengan kecepatan dan kekuatan yang sangat mengintimidasi.
Dalam satu gerakan cepat, Liang Fei menghindari serangan serigala dan membalas dengan tebasan yang tepat pada titik vital. Seketika langsung menewaskannya.
Saat itu, Liang Fei merasakan aliran energi hangat yang sebelumnya samar dan hampir tidak terasa, kini ia bisa merasakannya dengan jelas ketika Liang Fei memusatkan perhatiannya.
Energi itu menyusup ke tubuhnya dan memperkuat otot-ototnya. Keyakinannya semakin bulat bahwa teknik warisan ini lebih dari sekadar mendapat penglihatan batin.
Pertarungan berikutnya terjadi dengan cepat. Serigala-serigala lain menyerangnya dari segala penjuru. Namun, berkat energi yang kini mengalir dalam tubuhnya, Liang Fei dapat bergerak lebih lincah dan kuat.
Satu per satu para serigala itu jatuh dan tewas. Liang Fei dapat merasakan energi yang merasuki tubuhnya lebih besar lagi.
Setelah pertarungan selesai, Liang Fei berdiri di tengah hutan dengan napas yang masih dalam keadaan normal.
Dalam kesunyian malam, ia merasakan cahaya bulan menyentuh wajahnya, seakan memberi pujian atas keberanian dan tekadnya.
Di tengah tumpukan mayat para beast itu, Liang Fei mulai berkultivasi setelah memastikan sekelilingnya aman.
Ia bersila dengan tenang, sebelum energi putih keemasan menyelimuti dirinya. Energi itu mengalir ke dalam tubuh Liang Fei dan berkumpul di satu titik sakral bagi para kultivator, yaitu dantian.
Batu kerikil mulai berterbangan, bersamaan dengan udara yang seakan bergetar begitu energi dalam tubuh Liang Fei mulai memadat.
Energi putih keemasan yang mengelilinginya adalah bukti bahwa teknik warisan Dewa Naga benar-benar memungkinkannya untuk menyerap esensi kehidupan dari makhluk yang dia kalahkan.
Dantian, pusat kekuatan dalam tubuhnya, berdenyut dengan kekuatan yang terus bertambah.
Liang Fei merasakan tubuhnya semakin kuat, seakan setiap sel dan serat ototnya diperkuat oleh energi baru ini.
Kemampuan indera lainnya juga terasa meningkat. Ia bisa mendengar lebih jelas, merasakan aliran angin yang lebih detail, dan bahkan suhu udara yang lebih nyata seakan memberitahukan keberadaan makhluk di sekelilingnya.
Liang Fei membuka matanya, menandakan bahwa proses kultivasinya telah selesai. Kini dirinya telah mencapai Penyempurnaan Qi tingkat 3 hanya dengan beberapa menit berkultivasi.
Itu adalah pencapaian yang mustahil bahkan untuk jenius terbaik di dunia sekalipun.
"Sepertinya energi kehidupan yang kuserap dari para beast akan membantuku dalam berkultivasi," gumam Liang Fei.
Ia membayangkan jika energi kehidupan para beast seperti energi cadangan yang membantunya menembus tingkat kultivasi dengan lebih cepat.
Dibekali oleh tekad untuk terus bertambah kuat, Liang Fei akhirnya terus maju memasuki hutan lebih dalam lagi.
Di kedalaman hutan, Liang Fei bertemu dengan berbagai macam monster beast.
Liang Fei dapat mengatasi sebagian besar beast, namun beberapa kali nyawanya hampir terancam akibat serangan monyet pembunuh tingkat 4 dan beruang taring emas yang berada di tingkat 3.
Liang harus benar-benar mempertaruhkan nyawanya untuk membunuh satu ekor beruang taring emas yang memiliki kecerdasan hampir setara manusia dan mampu menggunakan energi Qi untuk menyerang.
Selama berhari-hari, Liang Fei melawan banyak sekali monster beast. Ia memakan daging mereka dan berkultivasi di tumpukan mayat para beast yang ia bunuh setelahnya.
Penyesalannya karena lemah dan tidak mampu menolong Seo Yun keluar dari ranah pertunangan membuat Liang Fei nekat melakukan hal gila itu.
Bunuh, makan, dan berkultivasi. Tiga hal itulah yang ia lakukan di dalam hutan selama berhari-hari.
Dan tanpa sadar, dirinya telah menjadi pemangsa bagi beast tingkat 3 ke bawah.
Pemahaman teknik warisan Dewa Naga meningkat pesat ketika Liang Fei mencapai Penyempurnaan Roh tingkat 1.
Liang berhasil menembus tingkat kultivasi tercepat dalam sejarah, dari yang awalnya Penyempurnaan Qi tingkat 1.
Liang Fei mempelajari teknik warisan Dewa Naga lebih dalam lagi, dan semakin jauh ia mendalami ilmu itu, semakin kompleks juga pemahamannya.
Liang Fei menyadari bahwa teknik warisan Dewa Naga tidak hanya membuatnya bisa melihat unsur kehidupan dan energi Qi seseorang, tetapi juga ia bisa menggunakan Qi Naga.
Itu adalah kekuatan absolut yang hanya mampu digunakan oleh para ras naga.