Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Bu, beli ayamnya satu kilo, ya, " ucap Intan pada penjual ayam potong.
"Iya, Mbak. Dipotong jadi berapa?" tanya penjual ayam.
"Dua belas, Bu," jawab Intan.
"Tiga puluh empat ribu, Mbak," ucap penjual ayam setelah membungkus ayam dan menyerahkannya pada Intan.
"Mas, bayar dong! Kok cuma dilihatin!" celetuk Intan pada Ricko yang dari tadi hanya melihat.
"Eh, iya," balas Ricko lalu mengeluarkan uang 50 ribu dari dompetnya.
Setelah membeli ayam, Intan pindah ke penjual ikan. Di sana ada gurami, mujair, lele, cumi, tuna, dan lain - lain.
"Mas Ricko, mau ikan apa?" tanya Intan pada Ricko yang sedari tadi terlihat seperti orang bengong menyaksikan Intan berbelanja.
"Mm ... terserah kamu. Aku bisa makan apa saja," jawab Ricko bingung melihat berbagai macam ikan.
Intan pun membeli gurami, cumi, dan lele. Setelah Intan menerima ikannya, Ricko yang membayarnya.
Intan juga membeli sayur, buah, telur, dan daging. Melihat bawaan di tangan Intan yang begitu banyak, Ricko pun berinisiatif membantu membawa barang bawaan Intan.
"Sini biar aku saja yang bawa," ujar Ricko lalu mengambil kresek dari tangan Intan. Intan pun memberikannya karena memang sangat berat.
Setelah sampai di rumah, Intan segera memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas lalu membereskan barang barangnya yang ia bawa dari rumah ke kamarnya. Setelah semua beres, Intan membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan akhirnya tertidur.
Siang hari Ricko merasa lapar. Ia pergi menuju kamar Intan yang pintunya terbuka lebar. Ia berharap Intan akan memasak untuk makan siang, tapi sayangnya saat sampai di kamar Intan, ia melihat Intan sedang tidur. Ia tahu Intan lelah karena itu ia tidak membangunkannya.
Ricko pun keluar dari kamar Intan dan menutup pintu kamar itu. Ia pergi ke garasi dan mengeluarkan motornya lalu membeli makan di warung dekat rumahnya.
"Somay-nya 2 porsi, Pak," ucap Ricko pada penjual somay.
"Pakai pare nggak, Mas?" tanya penjual somay.
"Nggak usah, Pak. Sambelnya dipisah ya," jawab Ricko.
*
Di rumah, Intan baru bangun dari tidurnya dan terkejut saat mengetahui ternyata sudah jam tiga sore. Ia pun keluar dari kamarnya dan melihat Ricko masuk ke dalam rumah dengan membawa kantong kresek di tangannya.
"Ayo makan!" ajak Ricko sambil berjalan ke dapur.
Intan pun mengikuti Ricko ke dapur lalu mengambil dua buah piring. Setelah itu ia menuang somay di atas piring dan membawanya ke meja makan.
"Mas Ricko umur berapa sih?" tanya Intan ingin tahu sambil memakan somay-nya.
"Dua puluh delapan," jawab Ricko jujur.
"Idih ... tua amat, Mas!" sahut Intan nyinyir.
"Enggak lah. Kamu aja yang terlalu muda," balas Ricko tidak terima dikatai tua.
"Umur segitu kok belum nikah? Nggak punya pacar?" tanya Intan penasaran.
"Punya, tapi belum direstui papa," jawab Ricko apa adanya.
"Ooooh. Terus kalau kita sudah bercerai, Mas mau nikah sama dia?" tanya Intan lagi.
"Nggak tahu. Papa nggak suka sama pacarku. Lagipula sekarang aku juga sudah menikah sama kamu. Kamu dengar sendiri kan, kemarin papa nggak bolehin kita cerai?" balas Ricko mengingat kata-kata papanya kemarin.
"Ya ... aku mendengarnya. Jadi?" tanya Intan sambil memandang Ricko.
"Nggak tahu. Nggak usah bahas itu lagi. Jalani saja semuanya. Kamu tahu kan kesehatan papa semakin memburuk akhir-akhir ini. Aku menikahi kamu juga karena nggak mau sakit papa semakin parah. Aku nggak mau mengecewakannya," ucap Ricko khawatir dengan papanya.