Alisa, harusnya kita tidak bertemu lagi. Sudah seharusnya kau senang dengan hidupmu sekarang. Sudah seharusnya pula aku menikmati apa saja yang telah kuperjuangkan sendiri. Namun, takdir berkata lain. Aku juga tidak mengerti apa mau Tuhan kembali mempertemukan aku denganmu. Tiba-tiba saja, seolah semua sudah menjadi jalan dari Tuhan. Kau datang ke kota tempat aku melarikan diri dua tahun lalu. Katamu,
ini hanya urusan pekerjaan. Setelah kau tamat, kau tidak betah bekerja di kotamu. Menurutmu, orang-orang di kotamu masih belum bisa terbuka dengan perubahan. Dan seperti dahulu, kau benci akan prinsip itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorius Tono Handoyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lanjutan Dua batang pohon beringin dan kisah taman patah hati 1
Beruntunglah, ia diberi tahu seorang perempuan tua. Kakak kekasihnya, yang sedari awal diam-diam menyetujui hubungan mereka. Dan, berangkatlah ia ke tepi laut. Seperti ular, menarik tubuhnya dengan pelan-pelan. Dan bisa dipastikan, kalau bukan karena cinta, tidak akan ada perjuangan seperti itu.
"Cerita yang luar biasa." Dia memotong ceritaku. Menghela napas. Kulihat matanya berkaca-kaca mendengarkan. "Lalu?" Dia memintaku melanjutkan cerita perihal asal usul taman patah hati ini.
Aku menarik napas, ikut mengatur ritme napasku. Sejujurnya, aku juga merasa sesak menceritakan kisah dua batang pohon beringin yang ada di taman ini.
"Kau minumlah dulu." Dia memberikan sebotol air mineral. Setelah dahagaku hilang, aku melanjutkan cerita.
Sungguh, cinta mereka adalah cinta yang luar biasa. Perempuan yang dibuang ke pulau terpencil itu ternyata merencanakan sesuatu. Setiap hari dia mengumpulkan kayu di pulau itu. Bertahun lamanya, akhirnya dia bisa membuat sebuah perahu yang cukup untuk mengarungi laut. Kalau bukan karena cinta. Membuat perahu sepanjang lima meter dengan peralatan seadanya bukanlah hal yang mudah. Namun, cinta bisa mewujudkan segalanya. Perempuan itu akhirnya mulai meninggalkan pulau terpencil itu.
Si lelaki mulai merasa lelah. Sesampainya di pinggir laut, ia merasa bahwa cintanya ternyata tak lebih luas dari laut. la sedih, ia tidak bisa mengalahkan laut. la tidak akan sampai ke seberang-pulau itu bahkan tidak terlihat. Bagaimana mungkin seorang lelaki lumpuh bisa menyeberangi laut. Namun, perasaannya tidak pernah padam. Meski ia tahu, ia tidak bisa menemukan lagi perempuan yang begitu ia cintai. Laut sudah memisahkan mereka.
Pedih hatinya, akhirnya ia kembali ke desa. Beruntunglah, orang-orang sudah tidak memedulikan. Mungkin karena dia sudah lumpuh. Dan, hidupnya sudah sangat menderita. Lagi pula mereka sudah terpisah bertahun-tahun.
Dengan sisa tenaganya, dia bertahan hidup. Tidak ada yang ingin dia lakukan selain terus berdoa kepada Tuhan. Semoga suatu hari nanti, dia diberi kesempatan untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Rindu kepada perempuan itu sudah teramat dalam. Jika bukan karena cintanya yang begitu dalam, mungkin dia sudah melompati laut dan membiarkan dirinya tenggelam.
Perempuan yang berada di sampingku itu menyeka pipinya. "Terny ata ada cinta yang amat menyedihkan seperti itu," ucapnya.
Aku memberinya sapu tangan. Dia menyeka air mata yang membasahi pipinya.
"Jangan sedih." Aku mencoba menenangkan.
"Aku tidak sedih. Aku hanya terharu." Dia mencoba tersenyum, "Lalu bagaimana akhir kisah mereka?" Dia memintaku menuntaskan cerita.
Cinta memang punya kekuatan melebihi apa pun. Akhirnya perempuan itu sampai kembali ke pulau tempat si lelaki. Pulau yang membuat mereka saling jatuh cinta.
Pulau yang menjadi awal dari semua kisah mereka.
Kakak perempuannyalah yang akhirnya mengantarkan kepada si lelaki. Seminggu mereka bisa bersama kembali. Bisa kau bayangkan, betapa bahagianya mereka saat bertemu. Rindu yang mereka pendam bertahun-tahun terbayar sudah. Rasa lelah mendayung perahu menyeberangi laut terbayar tuntas. Dan ajaibnya, kaki lelaki yang lumpuh itu mendadak bisa bergerak. Ia mampu berdiri saat melihat perempuannya berdiri kaku beberapa meter darinya. Cinta membuat mereka kembali kuat. Namun, sayang sungguh disayangkan. Ternyata kebencian masih mengakar dalam tubuh masyarakat desa. Seminggu yang membahagiakan itu, berakhir dengan duka yang sangat dalam. Mereka dirajam, disiksa kembali, dan lebih parahnya, kali ini orangtua mereka sepakat untuk membakar sepasang kekasih yang saling cinta itu.