Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7. TMPP
Keesokan harinya, Ku terbangun karena suara berisik orang- orang yang tampaknya sedang mengobrol. Ku usap mataku, jam dinding menunjukan pukul 7 pagi. Di saat yang bersamaan, pintu kamar ini terketuk hingga membuat ku tersadar sepenuhnya.
“Nona, nona.. Permisi nona, apa nona sudah bangun?” Ku dengar suara Ammy di balik pintu itu.
“Buka aja, nggak di kunci,” ucapku menanggapi.
Pintu terbuka bersamaan dengan itu Ammy masuk bersama beberapa orang membawa sebuah gaun yang berat. Mereka membungkukkan badan padaku lalu Ammy lanjut memberitahu ku.
“Selamat pagi nona..” Ucap mereka semua.
“Selamat pagi juga,” balas ku.
“Nona, kami bawakan gaun yang akan nona pakai nanti malam. Ini adalah Jack designer gaun ini.” Ucap Ammy mengenalkan seorang pria yang sedikit gemulai dan memancarkan aura wanita pada setiap tingkah nya.
Aku pun turun dari ranjang ku dan menyalami dia.
“Oh hai Jack, salam kenal ya.” Ucap ku ramah dan menyalami nya.
“Nona.. Ya ampun.. Omaigat… Hiiiiiihh, Aaaa.. Nona Rachel, Iihh, saya tidak bisa mengiranya, ternyata nona sangat cantik jelita. Andai negara ini sebuah kerajaan, Nona adalah putri tercantik di dunia. Hihi.” Ucap nya menjabat tangan ku dengan heboh sendiri.
“Eh iya terima kasih pujiannya. Terima kasih juga sudah meluangkan waktu nya untuk membuat gaun cantik ini.”
“Sama-sama Nona.. Aww, upss maaf Nona. Saya terlalu bersemangat. Ini sebuah kehormatan untuk saya nona, membuat gaun special untuk anda di hari yang special. Bisa anda coba gaun ini nona?”
“Emmm, ya boleh saja.” Ucap ku tersenyum untuk menghargai kerja keras nya.
Aku tak suka memakai gaun, sangat sangat tidak menyukai nya. Seringkali gaun-gaun yang ku pakai membuat ku tak nyaman bahkan seringkali membuat ku kedinginan.
“Mari kami bantu Nona,” Ucap Ammy lalu dia dan ke dua pelayan membantu ku memakai gaun ini.
Gaun berwarna biru muda dengan bagian pundak yang terbuka serta ukuran pinggang yang nampak seperti balon ini membuat kaki beserta perutku tak bebas. Korset ini membuat ku kaku dan tak bisa bernafas.
“Apa harus memakai gaun seperti ini?” Ucap ku dalam hati.
“Nona, anda sangat cantik.” Ucap Ammy mengarahkan tubuhku ke cermin panjang.
Ku lihat diriku di cermin. Ku melongo, Jujur saja, aku merasa jelek mengenakan ini. Ku tutupi bagian pundakku.
“Nona, apa ada yang salah? Apa nona tidak menyukai gaun ini?” tanya Ammy di belakang ku.
“Emmm, tidak Ammy. Bukannya ku tak suka, hanya saja aku merasa agak risih kalau pundak dan lengan ku terbuka.”
“Ah begitu. Nanti sampaikan saja nona pada Jack. Saya panggilkan dia sekarang ya nona?”
“Ya,” Aku pun mengambil cardigan ku lalu di pakai untuk menutupi pundak serta lengan ku.
Beberapa saat kemudian,
“Haaaa, Omaigat… Cantik sekali.. Nona..”
“Nona ingin berbicara dengan mu Jack, dengarkan lah” sahut Ammy.
“Ada apa Nona?”
“Jack, apa kamu tidak punya gaun lain selain ini? gaun ini sangat bagus namun ku tak percaya diri terutama di bagian puncak dan lengan ku ini.” Ku lepas cardigan ku.
“Aaahh, Nona… Saya tidak pernah menyangka nona akan sekekar ini. Haaa maco sekali …” respon nya berlebihan.
Aku memakai cardigan ku lagi, “Jack, jawab solusinya bagaimana?”
“Ya ampun, maaf nona. Maaf, saya pikir telah kehilangan akal tadi, hihi. Sebelumnya maafkan saya nona, saya tidak tau kalau nona tidak suka gaun model seperti ini. tapi nona tenang saja, saya sudah buatkan gaun yang lain untuk nona. Apa nona mau memilihnya?”
“Ya tentu,”
Akhirnya aku memilih lagi gaun lain dan menjatuhi pilihan ku pada gaun berwarna cream dengan lengan lonceng serta tak besar pada bagian pinggang.
“Wah, pilihan nona sangat klasik. Benar-benar putri sejati.”
“Terima kasih ya Jack,”
“dengan senang hati Nona, selamat atas pertunangan nya.”
Malam harinya,
Semenjak hari berganti petang, beberapa perias dan penata busana sudah datang ke dalam kamarku.
“Sudah terlanjur, coba kita lihat seperti apa dia. Akan aku coba diskusi kan dengan pria itu.” Ucapku dalam hati.
“Nona, Mari kita mulai saja rias nya.” Ucap Make up Artis kepadaku.
“Baiklah,”
Aku duduk di depan meja rias ku, mereka pun mulai memainkan kuas beserta alat make up nya di wajahku.
“Stevi. Nona belum selesai kah? Aaahhh, Omg… nona… Kecantikan mu itu membuat saya silau.”
“Bisa saja kamu.” Jawab ku malu karena terus di puji.
“Nona, sebentar tinggal sentuhan kuas terakhir, setelah ini pasti membuat wajah nona makin menghipnotis Tuan muda Asher.”
“Hemm, saya percaya tidak hanya menghipnotis tapi membuat gila tuan muda Asher, hihi” Sahut Jack itu.
Mendengar itu, aku tersenyum tipis saja. Ku tak mau jatuh cinta dan membuat orang lain jatuh cinta. Ku harap dia sesuai dengan ekspektasi ku. Seorang pria yang sudah mempunyai kekasih dan sangat mencintai kekasihnya serta bisa diajak bekerja sama.
“Sudah nona, apa nona suka?” Ucap Mua itu memberiku sebuah cermin bulat padaku.
“Ya suka, kamu hebat dalam merias,” Ucap ku padanya karena ku memang benar menyukai riasannya.
“Terima kasih Nona, Saya terhormat sudah di berikan kesempatan untuk merias Nona,”
“Nona, mari kita pakai gaun nya,”
Mama masuk ke dalam kamar ku setelah ku sedang memasang perhiasan. “Putri mama, cantik sekali..”
Aku tersenyum melihat wajah mama yang nampak bahagia.
“Sayang, semua keluarga Asher sudah datang. Acara sudah di mulai, mama akan menggandeng kamu turun dari tangga, setelah kita turun. Kamu harus menyapa lebih dulu mertua kamu ya sayang? Setelah itu baru kamu memberi salam pada keluarga mereka yang lain. Kamu akan bertemu pangeran kamu sayang.”
Aku tersenyum tipis namun dalam hatiku bergejolak, “Iya ma,”
Mama menggandeng ku berjalan menuju ke aula tengah. Setelah pintu di buka, Ku lihat sorak ramai dengan tepuk tangan beriringan hingga kami sampai di bawah tepat di tengah aula. Papa mendekati ku lalu dia memperkenalkan ku pada semua orang yang hadir di sini. Aku tersenyum dan mulai menyapa semua keluarga Asher.
“Rachel, panggil saya mama. Mulai sekarang, kamu adalah putriku. Helen, seharusnya kamu tidak menyembunyikan berlian yang sangat bersinar seperti ini.” Ucap Seline, calon mertua ku.
“Berlian memang harusnya sangat terjaga bukan? Tenang saja, saat ini dia juga milik mu.” Jawab Mama dengan candaan.
“Aaa benar juga. Rachel, Mama akan senang jika kamu panggil saya dengan sebutan mama.”
Aku tersenyum tipis dengan melirik sedikit ke arah mama setelah anggukan dari mama, “Iya Ma, terima kasih.” Ucap ku pada calon mertua ku itu.
“Aaa astaga,” Dia senang lalu memelukku.
“Kalau sudah panggil mama, kini giliran papa. Rachel, panggil saya juga papa ya. Selamat datang di keluarga Asher.” Ucap Antonio, calon mertua ku.
“Iyaa pa,” Jawab ku untuk menyenangkan mereka.
“Ayres mana pa?”
“Ituu… Ayress!” Panggil calon mertua ku ke belakang nya.
Setelah dia memanggil nya, kini seorang pria melambaikan tangannya dan perlahan dia berjalan mendekat. Ku tak begitu lihat dengan jelas karena para tamu undangan menutupi dia.
“Tuan, nyonya. Bisa geser sedikit?” Ucap seseorang pria berbaju hitam yang sepertinya ia adalah asisten pria itu.
Para tamu undangan pun bergeser, sebuah wajah tegas, bermata biru, beralis tebal, bibir tipis dengan menyunggingkan senyum, bergaya rambut Classic Pompadour yang membuat wajah itu berkelas.
“Jadi dia? Pangeran apanya? Sepertinya mama dan papa harus mencabut perkataan itu.”ucapku dalam hati.
Aku melihat nya dengan datar, Setampan apapun laki-laki pasti dia banyak mempunyai rahasia. Biasanya tampang seperti itu, dia adalah pemain handal dalam mempermainkan wanita.
Pria itu di rangkul oleh Papa nya dan mendorong nya ke hadapan ku. Sorak ramai tamu pun semakin menjadi-jadi.
“Diam dulu semua, diam..” Ucap papa nya pada semua orang.
“Rachel, dia adalah Ayres Asher. Calon suami kamu..” Ucap papa mengenalkannya padaku.
“Ayres,”
Ku masih melihatnya dengan datar, namun tiba-tiba saja ku tercengang karena Ayres memegang tangan ku dan mencium punggung tanganku.
“Perkenalkan namaku Ayres, cantik.” Ucapnya.
Entah kenapa mendengar itu membuatku mual. Sedang seperti itu, dia tersenyum dan jempol tangannya yang mengelus punggung tanganku seperti sedang menggoda ku.
Merasakan itu, aku pun dengan perlahan menarik tangan ku. dia melihat ku dari bawah ke atas, Aku yang risih, menatapnya tajam, tapi bukannya berhenti menatap dia malah tersenyum nakal padaku.
“Apa ini seorang pangeran yang sangat di puji oleh mama dan papa? Jelas sekali dia seorang playboy cap kuda poni,” ucap ku dalam hati.
Kami bertatapan cukup lama, aku tak tersenyum namun papa dan semua orang malah mengiranya aku malu dan terpesona dengan Ayres itu.
“Wah, Rachel sepertinya malu tuan, dia sampai tak berekspresi seperti itu, haha. Mereka ini memang pasangan yang sangat serasi. Satu tampan dan satu cantik jelita. Ya ampun tuan Antonio, tuan Rommy anda sekalian sangat beruntung memiliki putra dan putri seperti mereka.” Ucap salah seorang tamu.
“Terima kasih tuan dan nyonya yang telah hadir disini, kita langsung saja mulai pasang cincin nya, Ayo Rachel Ayres ke depan anak tangga itu ya,” Ucap Papa lalu menggiring kami ke tempat yang dia maksud.
Dia memasangkan cincin di jari manis ku, aku yang tak mau ambil resiko pun berpura-pura tersenyum bahagia.
Bersambung …