Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.
Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.
Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.
Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Misteri yang Terkuak
Hari-hari berlalu dengan rutinitas yang perlahan kembali normal. Surat ancaman berhenti, tetapi pikiranku masih dihantui. Aku tahu ini belum berakhir. Bagaimanapun, surat-surat itu berasal dari seseorang yang tahu tentang masa laluku.
Galaksi tetap di sisiku, meski aku tidak banyak bercerita. Dia selalu mendukungku, meski terkadang hanya dengan keberadaannya. Hubungan kami semakin akrab, dan meski aku sering menyangkalnya, ada rasa nyaman yang mulai tumbuh.
Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.
Sore itu, aku sedang membersihkan kafe ketika seorang pria masuk. Wajahnya asing, tapi cara dia menatapku membuatku gelisah.
“Senja, lama tidak bertemu,” katanya.
Aku mengerutkan kening. “Kamu siapa?”
Pria itu tertawa kecil, seolah tidak percaya aku melupakannya. “Kamu benar-benar melupakan masa lalumu, ya? Aku Ferdi, tetangga lama di rumah tante kamu.”
Aku terdiam. Nama itu membangkitkan ingatan yang sudah lama kulupakan. Ferdi adalah salah satu anak nakal di lingkungan lama kami. Dia sering mengganggu, bahkan pernah mencuri uangku ketika aku masih kecil.
“Apa yang kamu mau?” tanyaku dingin.
Ferdi menyeringai. “Aku hanya ingin menyapamu. Tapi kalau kamu mau tahu, aku yang mengirim surat-surat itu. Aku pikir kamu butuh pengingat dari mana kamu berasal.”
Dadaku berdebar. Jadi dia pelakunya?
“Kenapa?” tanyaku dengan suara bergetar.
“Karena kamu harus tahu tempatmu, Senja. Jangan lupa siapa kamu dulu,” katanya sambil tersenyum sinis.
Aku tidak tahu dari mana keberanian itu datang, tapi aku menatapnya tajam. “Aku bukan anak kecil yang bisa kamu ganggu lagi. Kalau kamu mencoba menghancurkan hidupku, aku tidak akan tinggal diam.”
Ferdi hanya tertawa kecil sebelum pergi, meninggalkan aku dengan emosi campur aduk.
Setelah Ferdi pergi, aku merasa kehilangan kendali. Rasa takut dan marah bercampur, membuatku sulit bernapas.
Di tengah kekalutanku, Galaksi datang ke kafe. Dia langsung menyadari ada yang tidak beres.
“Ada apa, Senja?” tanyanya lembut.
Aku mencoba menyembunyikan kegelisahanku, tapi akhirnya aku menyerah. Aku menceritakan semuanya, tentang Ferdi, surat-surat itu, dan masa laluku.
Galaksi mendengarkan tanpa menyela. Setelah aku selesai, dia menatapku dengan mata penuh empati.
“lo tidak sendiri, Senja. Kalau dia mencoba menyakiti lo lagi, aku gue ada di sini untuk melindungi lo,” katanya tegas.
Aku terharu. Untuk pertama kalinya, aku merasa benar-benar dilindungi.
Keesokan harinya, aku dan Galaksi membuat rencana untuk menghadapi Ferdi. Kami sepakat untuk mengumpulkan bukti, sehingga jika dia mencoba mengganggu lagi, kami bisa melaporkannya ke polisi.
Galaksi bahkan memperkenalkan aku pada seorang teman yang bekerja sebagai pengacara. Dengan bantuannya, aku mulai merasa lebih percaya diri untuk melawan.
Namun, masalah ini juga membuat aku semakin bergantung pada Galaksi. Meski aku masih menyangkal perasaanku, aku tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kehadirannya memberikan rasa aman yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Di sisi lain, Galaksi juga mulai menunjukkan perhatian lebih. Dia sering mengajakku bicara tentang hal-hal kecil, mencoba menghiburku di tengah kekacauan ini.
“gue tidak tahu bagaimana cara membalas semua ini,” kataku suatu hari.
"Lo tidak perlu membalas apa pun,” jawabnya sambil tersenyum. “Cukup percaya bahwa lo tidak harus menghadapi semuanya sendirian.”
...***...
Hari itu akhirnya tiba. Ferdi kembali datang ke kafe, tapi kali ini aku sudah siap.
“Aku ingin bicara,” kataku dengan suara tegas.
Ferdi tampak terkejut, tapi dia tetap menyeringai. “Oh, jadi sekarang kamu punya keberanian, ya?”
“Dengar, aku tidak tahu apa tujuanmu, tapi aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan hidupku,” kataku sambil menatap matanya.
Ferdi tertawa kecil. “Kamu pikir kamu siapa? Gadis tomboy seperti kamu tidak akan pernah bisa melawan dunia ini.”
Tapi aku tidak gentar. Dengan dukungan Galaksi, aku berhasil menghadapi Ferdi dan memperingatkannya bahwa jika dia mencoba mengganggu lagi, aku tidak akan ragu untuk melaporkannya.
Untuk pertama kalinya, Ferdi terlihat ragu. Mungkin dia tidak menyangka aku akan melawan.
Saat dia pergi, aku merasa lega. Aku tahu ini belum benar-benar berakhir, tapi setidaknya aku telah mengambil langkah pertama untuk menghadapi masa laluku.
Setelah insiden itu, aku mulai merasa lebih bebas. Beban yang selama ini menghantui perlahan menghilang, digantikan oleh rasa percaya diri yang baru.
Aku juga semakin dekat dengan Galaksi. Hubungan kami bukan lagi sekadar teman, ada sesuatu yang lebih dalam, meski aku masih ragu untuk mengakuinya.
“Apa lo pernah berpikir bahwa hidup ini penuh kejutan?” tanya Galaksi suatu sore.
Aku tersenyum. “Selalu. gue tidak pernah menyangka akan bertemu seseorang seperti lo.”
Galaksi tertawa kecil. “Mungkin itu takdir.”
Takdir? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi untuk pertama kalinya, aku merasa siap untuk menjalani hidup dengan kepala tegak.
Masa lalu mungkin meninggalkan luka, tapi aku tahu aku tidak akan membiarkannya menguasai hidupku lagi. Dengan dukungan dari orang-orang di sekitarku, terutama Galaksi, aku siap menghadapi apa pun yang akan datang.
...****************...
...To Be Continued...
Jangan lupa like, komen and vote
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi