Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.Apakah Kesabaran Ada Batasnya
Zeya memeluk tante Angel sebelum pamit. Taksi telah menunggunya.
"Jika kamu ada masalah, jangan sungkan hubungi tante. Tapi jangan datangi tempat ini lagi. Kita bisa janjian bertemu di suatu tempat"
"Terima kasih, Tante."
"Ingat sayang, hanya orang bodoh yang akan terjatuh ke lubang yang sama."
"Tante, aku tak akan pernah melupakan semua kebaikan Tante."
"Jangan membuat aku malu. Aku yang telah menjerumuskan kamu. Tak seharusnya kamu berterima kasih. Aku tak akan marah jika kamu membenciku. Tapi jangan pernah mau kembali hanya karena kamu kecewa pada seseorang. Memang aku tak pantas menasihati kamu, tapi ingatlah tempat ini hanya tempat kubangan dosa. Kamu telah belajar agama. Pasti kamu lebih tau, jika ini adalah tempat menuju neraka-Nya."
"Aku selalu mendoakan kebaikan buat Tante. Semoga suatu hari nanti Tante akan keluar dari lingkaran ini."
"Pergilah, semakin lama kamu disini aku takut kamu akan kembali terpengaruh."
Zeya kembali memeluk tante Angel dan menangis terisak. Ia dapat merasakan kasih tulus dari tante Angel. Walau wanita itu yang telah membuatnya terjatuh ke lembah hitam, tapi wanita ini juga yang telah menolongnya.
Taksi yang ditumpangi Zeya meninggalkan tempat itu menuju sebuah pondok pesantren.
Zeya turun dari taksi dan berdiri lama di depan sebuah rumah yang berada disamping pondok pesantren itu.
Dengan langkah ragu Zeya mengetuk pintu rumah itu. Tak lama keluar seorang wanita paruh baya, dengan tersenyum ia menyambut Zeya.
"Zeya, kenapa malam-malam ke sini."
"Boleh saya masuk ustadzah."
"Tentu saja, masuklah."
Ustadzah itu tinggal seorang diri di rumahnya. Ia janda pemilik pondok pesantren. Anak-anaknya yang mengurus pondok pesantren. Mereka memiliki rumah masing-masing yang berada di dalam kompleks pondok pesantren.
"Ada yang bisa Umi bantu."
Ustadzah tempat Zeya menimba ilmu agama biasa dipanggil umi. Ia mendekati Zeya yang masih terdiam dengan kepala tertunduk.
"Umi, aku tadi hampir melakukan kesalahan. Aku hampir saja kembali ke lembah hitam itu lagi."
"Boleh Umi tau kenapa kamu mengambil keputusan itu."
Zeya menceritakan semua yang terjadi di restoran hingga ia mendatangi tempat dulu ia bekerja.
Umi mengangkat dagu Zeya agar memandangnya.
"Zeya, pandang Umi," ujar Umi.
Zeya menatap wajah Umi dengan tangis yang masih terus membasahi pipi.
"Sekarang kamu jawab pertanyaan Umi, apa kamu selama ini ingin berubah hanya karena Albirru suamimu bukan karena ingin mendapat ridho dari Allah"
"Maaf Umi, aku tadi hampir khilaf."
"Kekhilafan adalah milik manusia, begitu juga yang dilakukan suami kamu saat ini. Kamu harus bersabar. Jika itu akan membuat kamu menyakiti dirimu, kamu bisa tinggalkan. Dari Umar, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah perceraian."
"Umi, bukankah kesabaran itu ada batasnya."
"Bukanlah kesabaran jika masih mempunyai batas. Dan bukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit," ujar Umi
Zeya menarik nafasnya dalam, ia menghapus air matanya.
"Dengarkan yang Umi katakan, Sayyidina Ali pernah berkata:
Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” (Ali bin Abi Thalib)
Imam Syafi’i berkata:
Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT. Jadi jangan pernah terlalu berharap pada manusia, kamu akan merasakan kekecewaan."
"Maafkan aku, Umi."
"Kenapa minta maaf dengan Umi. Kamu tak melakukan kesalahan pada Umi. Cobalah bertahan selagi kamu tidak zalim pada diri sendiri. Anggap saja ini ladang pahala bagimu.
Rasulullah SAW bersabda ,Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga *********** (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya."
"Baiklah, Umi. Aku akan mencoba ikhlas dan bersabar."
Setelah cukup lama mereka berbincang, Umi meminta Zeya mandi dan mengambil wudhu. Sebelum tidur ia mengajak Zeya untuk solat malam dan baca Al-quran.
....... .......
Pagi harinya setelah bicara dengan abi dan umminya, Albirru kembali ke rumah.
Ia mencari keberadaan Zeya, tapi tak bisa ia temui. Ia mencoba menghubungi ponsel Zeya tapi tak aktif.
Kemana Zeya pergi, lampu semua masih hidup, apa Zeya tak pulang dari kemarin. Aku memang salah, lagi-lagi aku meninggalkan dirinya. Kenapa aku jadi sering menyakitinya. Semakin aku mencoba menjaga hatinya semakin sering aku membuat ia terluka. Zeya kemana kamu pergi.
Albirru teringat tante Angel, ia mencoba menghubunginya. Tante Angel mengatakan Zeya memang sempat mampir, tapi ia pulang lagi.
"Zeya, kemana kamu pergi. Maafkan aku," gumam Albirru.
Albirru mondar mandir di dalam rumah, ia tak tau harus mencari Zeya kemana.
Albirru mandi dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Tak begitu lama ia tertidur.
Zeya yang baru kembali dari rumah Umi melihat Albirru yang berbaring.
Apakah mas Al kemarin malam pulang dan tidur di rumah. Aku akan mencoba sekali lagi bertahan dan bersabar, hingga kesabaran itu sendiri lelah dengan kesabaranku.
Zeya masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya. Ia menuju dapur dan memasak buat makan siang mereka.
Setelah semua makanan siap dimasak, ia menghidangkan di meja. Zeya masuk kamar dan membangunkan Albirru.
"Mas ... mas, bangunlah."
Albirru membuka matanya perlahan. Zeya memberikan senyumnya. Albirru bangun dari tidur dan memeluk Zeya erat.
"Maafkan, mas. Kali ini kesalahan mas mungkin akan sulit kamu maafkan."
"Sudahlah mas. Aku tak mau mengungkitnya. Itu hanya akan menambah luka hatiku. Lebih baik kita lupakan saja," ujar Zeya dan melepaskan pelukan Albirru
"Abi dan Ummi mas mau bertemu kamu nanti malam."
"Apakah ini alasan mas pulang. Hanya ingin mengajak aku bertemu abi dan ummi, mas!"
"Bukan karena itu, Zeya. Mas merasa bersalah meninggalkan kamu sendiri di restoran."
"Jika aku hanya menuruti emosiku, saat ini aku mungkin sudah tak ada disini. Tapi setelah aku bicara dengan umi, aku sadar jika setiap manusia itu hanyalah tempatnya salah dan khilaf. Aku menganggap mas mungkin kemarin khilaf. Jadi aku telah melupakan dan memaafkan."
"Maaf, Zeya. Sekali lagi mas melupakan kamu."
"Aku memang selalu dilupakan," gumam Zeya
"Jangan berkata begitu. Tak ada yang sengaja melupakan kamu."
"Lebih baik kita makan saja,mas. Sebentar lagi waktunya zuhur. Aku telah memasak buat makan kita."
Aku akan melakukan semua kewajibanku hanya untuk mengharapkan ridho dari-Nya. Dan aku tak akan pernah berharap lebih lagi dengan hubungan kita. Biarlah semuanya mengalir seperti air. Kemanakah rumah tangga kita ini akan dibawanya berlabuh.
Bersambung
*****************
Terima kasih untuk semua pembaca setia novel ini.