Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 16 - Ras Terkuat
Karena kasihan, Ara pergi sendiri mengantar ikan lele untuk Zester. Gadis itu memakai taksi online untuk pergi ke apartemen lelaki itu walaupun sebenarnya Ara punya mobil sendiri.
Ara hanya sedang malas saja berkendara sendiri, kadang dia ke kampus justru memakai motor atau dijemput temannya.
Saat sampai, Ara langsung ke unit apartemen Zester.
"September," gumam Ara yang mengetik password unit apartemen itu. "Kenapa dengan mudahnya dia memberitahu password apartemennya?"
Bukan tanpa alasan, Zester memang mempercayai Ara maka dari itu dengan mudahnya dia memberikan password unit apartemennya.
"Permisi," ucap Ara ketika masuk.
Gadis itu mencari Zester yang ternyata sudah menunggunya di ruang tamu dengan bertelanjang dada.
Sebenarnya Ara kaget tapi dia tidak panik karena tahu kalau Zester lelaki aneh.
"Kau sudah datang?" Zester tampak tidak bertenaga.
Atensi Ara mengarah pada celana pendek yang menyembul di tubuh Zester.
"Ini karena celana sunatnya," ucap Zester supaya Ara tidak salah paham.
Dan Ara tampak tidak mempermasalahkan hal itu. Justru dia mendekat untuk memeriksa suhu tubuh Zester memakai termometer.
"38 derajat itu lumayan tinggi jadi makan dulu setelah itu minum obat penurun demam," ucap Ara sambil membuka kotak makan yang dia bawa.
Zester melihat ikan lele berwarna hitam sampai merinding.
"Ikan lele memang warna hitam begini," lanjut Ara. Dia sepertinya tahu apa yang ada di kepala lelaki itu.
"Ikannya bukan keturunan kulit hitam, 'kan?" tanya Zester yang membuat mereka tertawa.
Suasana sudah tidak canggung lagi, Ara bahkan menyuapi Zester.
"Karena kau pasien jadi sekarang kau adalah raja, wajar saja kalau bengkak apalagi kau sunat sudah usia dewasa seperti ini nanti juga kempes sendiri kalau sudah mengering," ucap Ara sambil memotong ikan lele lalu menyuapkan pada Zester.
"Kau tahu banyak tentang sunat, ya," balas Zester. Dia membuka mulut dan menerima suapan dari Ara.
"Tidak juga, hanya saja aku kan mempunyai adik laki-laki, dulu kan Agam juga pernah bengkak setelah sunat dan aku yang merawatnya," jelas Ara. Gadis itu selalu bersemangat jika menceritakan adiknya.
Dari sini Zester mulai paham jadi dia tidak perlu panik, hanya menahan nyeri pasti sebentar lagi akan sembuh.
"Setelah ini kau mau ke mana?" tanya Zester.
"Pulang dan istirahat, besok aku mulai kuliah dan kegiatan lainnya," jawab Ara.
"Sepertinya hidupmu lurus-lurus saja, tidak ada clubbing atau membuat konten pamer di sosial media," ucap Zester yang membandingkan Ara dengan calon istrinya.
"Aku mencintai hidupku jadi aku tidak perlu melakukan hal semacam itu, lagipula tidak ada untungnya lebih baik aku fokus belajar dan cepat membantu ayah mengurus bisnis beras," balas Ara dengan senyum mengembang.
Mendengar itu, Zester terkekeh pelan.
"Kuliah bisnis untuk meneruskan bisnis beras," komentar Zester yang seperti mencemooh impian sederhana Ara.
"Kenapa memangnya kalau hanya bisnis beras? Di matamu memang kampungan tapi bagiku bisnis itu bermanfaat bagi banyak orang," Ara yang peka jadi kesal.
Ara mengemasi barang-barangnya dan ingin pergi dari apartemen Zester.
Sebelum itu, dia memberikan pertanyaan yang sulit dijawab lelaki itu.
"Aku mau tanya padamu, Tuan Direktur yang sombong. Saat kau sakit begini, kira-kira berapa orang karyawanmu yang mendoakan kesembuhanmu?" tanya Ara.
"Aku yakin tidak ada, mereka pasti mendoakanmu tidak sembuh-sembuh!"
Zester membelalakkan mata karena yang dikatakan oleh Ara benar adanya, banyak karyawannya yang membicarakan dirinya dari belakang.
"Tapi berbeda dengan ayahku, kalau ayah sakit semua berbondong-bondong datang ke rumah dengan membawa hasil kebun mereka, mereka berdoa dengan tulus untuk kesembuhan ayah,"
"Dari sini kau paham kan letak perbedaannya?"
Ara langsung mengambil kotak makannya yang sudah dia kemas dari meja.
"Jangan marah, kita belum selesai berbicara," bujuk Zester.
"Aku mau pulang," Ara tetap ingin pergi.
"Kalau begitu, tinggalkan kotak makannya," pinta Zester.
"Ini tupperware ibuku, kau mau berhadapan dengan ras terkuat di bumi?" balas Ara.
signature bukan sih?