Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 30 - Sebuah Ingatan
"Sekarang kamu tahu kan, kenapa benda sekecil ini sangat berarti untukku? ini sama saja seperti aku menjaga nama baik keluargaku sendiri," timpal Rayden lagi, ingin Disha mengerti marahnya bukan tanpa alasan.
Namun gadis berkacamata itu tidak menanggapi apapun, dia masih terlalu gamang. Puzzle yang sudah dia susun selama ini seolah kembali pecah dan berantakan, jadi kini Disha sedang berusaha menyusunnya kembali. Menyatukan kepingan-kepingan kenangan di masa lalu untuk mencari jawaban atas semua yang terjadi.
Alex Carter kehilangan jasnya dan dipakai oleh orang tidak bertanggung jawab untuk mencelakai seseorang.
Siapa orang itu? apakah aku? batin Disha. Namun untuk mengutarakan semuanya pada Rayden pun tak mudah baginya. Disha terbiasa untuk tidak mempercayai orang dengan mudah.
"Sha," panggil Rayden, karena wanita itu hanya diam, seperti tercengang mendengar ceritanya.
Namun belum sempat Disha menjawab, ada Rafaela yang mendatangi mereka berdua.
"Selamat pagi Tuan, saya ingin menyampaikan sesuatu pada perawat Dhisa," ucap Rafaela, berbicara dengan sangat sopan pada pria yang dia kagumi. Sebuah ucapan yang akhirnya membuyarkan semua pembicaraan diantara Rayden dan Disha. Memecah begitu saja.
"Perawat Dhisa, kamu di panggil dokter Anton. Biar aku yang membawa tuan Rayden kembali ke kamarnya." Ucap Rafaela lagi. Dokter Anton adalah dokter senior di rumah sakit ini.
"Baiklah," jawab Disha tanpa pikir panjang, tanpa menaruh curiga. Dia bahkan langsung pamit pada Rayden untuk pergi. Pikiran Disha masih terlalu gamang.
Sementara pria itu hanya mengangguk lalu memasukkan kancing baju yang digenggamnya dalam saku celana.
Rayden terus melihat punggung Disha yang menjauh.
"Maaf Tuan, anda masih ingin disini atau bagaimana?" tanya Rafaela dengan sangat lembut. Dia tak pernah menyerah untuk mengambil sedikit saja perhatian Rayden.
"Disini dulu, apa kamu tidak keberatan menemani aku?" balas Rayden, menjawab dengan pertanyaan yang membuat Rafaela tersenyum kecil, senyum tersipu malu.
Bak gayung bersambut, kedua orang tua Rafaela pun sangat setuju jika dia menjalin hubungan dengan pria ini. Pria yang bukan hanya tentang Casanova-nya saja yang menjadi perhatian, namun juga ketampanan dan kekayaannya yang tidak akan habis sampai 7 turunan.
"Tentu saja tidak Tuan, dengan senang hati saya akan menemani Anda," balas Rafaela pula.
"Anda ingin duduk disini?" tambah Rafaela lagi, seraya menepuk kursi taman disana.
"Kalau begitu bantu aku untuk pindah."
"Baik Tuan," jawab Rafaela, dia segera memapah Rayden untuk bangkit dari kursi roda itu, Rayden hanya menahan tubuhnya menggunakan satu kaki, kaki kirinya saja, sementara kaki kanannya masih terasa sakit untuk diajak berpijak.
Rafaela memindahkan dengan perlahan, namun sengaja dia perlama dalam posisi seperti itu agar memiliki waktu untuk memeluk tubuh pria ini.
Dan setelah Rayden duduk, Rafaela pun menyusul, duduk persis di sebelah sang Tuan muda.
"Kamu tim berapa? Dhisa dan Dara tim 5 kan?" tanya Rayden. Memulai pembicaraan diantara mereka.
"Saya Tim 1 Tuan, tim terbaik dalam operasi."
"Lalu kenapa bukan tim kalian yang menangani aku?"
"Karena saat itu dokter Anna memilih tim 5, hanya dokter Anna yang bisa mengobati Anda saat itu, kondisi Anda sangat parah, jadi tim berapapun yang dokter Anna pilih tak bisa menolak," jelas Rafaela apa adanya.
"Apa kamu bisa melakukan teknik akupuntur?"
"Bisa Tuan," jawab Rafaela, meski dia tak begitu ahli dalam teknik pengobatan itu. Namun ketika ingat dokter Anna pernah menerapkan teknik itu untuk membuat Rayden tersadar dari komanya, Rafaela langsung berkata bisa.
Dah mendapati jawaban itu, membuat Rayden mengulas senyum kecil. Setengah sadar dia seperti mengingat sesuatu, sebuah ingatan tentang seorang wanita yang entah siapa sedang menancapkan jarum di bagian tubuhnya. Memberinya teknik akupuntur disaat tubuhnya tak berdaya.
Belum lama ini Rayden sempat bertanya tentang hal itu pada sang asisten, kata Samuel itu adalah dokter Anna, tapi seingat Rayden wanita itu masih muda. Dia bahkan sempat mengira jika itu adalah Disha, tapi ternyata dia adalah Rafaela.
Rayden tersenyum hangat pada wanita ini.
Senyum yang bisa diliat jelas oleh Disha di ujung sana. Tenyata dokter Anton tidak memanggilnya, itu semua hanya akal-akalan Rafaela untuk bisa menghabiskan waktu bersama Rayden.
Dan melihat keduanya bersama seperti itu membuat Disha mengurungkan niatnya untuk kembali menghampiri Rayden. Dia memilih untuk langsung kembali ke ruangannya.