Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Kesakitan Na Mu.
Di tempat lain.
Na Mu terus di bawa oleh prajurit ke dalam penjara tingkat tiga, yaitu penjara khusus untuk mereka yang melanggar aturan kaisar langit dengan masa hukuman seratus tahun.
Sepanjang lorong menuju ruangan penjara, tiba-tiba namu merasakan penindasan yang begitu luar biasa, bahkan suara raungan dan teriakan kesakitan yang terus bergema di sepanjang lorong benar-benar menciutkan nyalinya.
" Oh tidak..." batinnya dengan wajah pucat pasi.
Semakin dalam mereka masuk, maka semakin panas tempat itu, membuat dirinya semakin berkeringat dingin.
" Parajuti, aku-"
" Plak...." pukulan keras prajurit menghentikam kata-katanya.
" Tahanan dilarang bicara," ucap prajurit itu dingin, membuat Na Mu begitu kesal.
Setelah bergerak sepanjang waktu, mereka akhirnya tiba di ruang tahanan yang telihat seperti gua kecil yang berada di atas magma merah membara. Di dalam ruangan itu, di tempat lapang, berdiri dua batang pilar emas membara yang merupakan tempat untuk mengikat kedua tangan dan kaki tahanan.
" Tidak," ucap Na Mu ketakutan.
" Jika kamu bicara lagi. kami akan memotong lidahmu!" ucap prajurit itu, menyeret Na Mu mendekati kedua pilar emas itu dengan paksa. Lalu mulai mengikat tangan dan kakinya.
Baru saja rantai perak yang ada di tangan dan kakinya dililitkan pada pilar emas, tiba-tiba magma yang berada di bawah mereka muncul, naik dari pilar emas, lalu mulai melitit tangan dan kakinya. Membuat wajah Na Mu mulai memerah.
" Argh...." teriaknya kesakitan dengan mata melotot.
Tidak lama kemudian, beberapa lebah api emas muncul, dan mengitari tubuhnya.
" Jika kamu ingin aman dari racun api mereka, maka diamlah," ucap prajurit itu lalu membawa rombongan pergi.
Na Mu tediam, menahan sakit yang begitu luar biasa. Semakin kuat dirinya mengedarkan kekuatan untuk melawan tekanan panas magma, maka semakin panas pula magma itu.
" Ini baru beberapa saat, lalu bagaimana dengan masa seratus tahun..." batinnya, meneteskan air mata.
" Swhus..." tiba-tiba lebah api itu mendekatinya lalu tanpa ampun menyengat wajahnya.
" Apa!" teriak Na Mu terkejut berusaha menghindar, namun semakin dirinya membuat keributan, maka semakin banyak lebah api emas muncul.
" Jangan menghadirkan elemen asing, bahkan itu air mata..." ucap Jianyu muncul di tempat itu, sambil menghalau lebah tersebut untuk menjauh.
" Je-jenderal, tolong aku..." memohon sambil menahan rasa sakit yang membakar wajahya.
" Luo Zhao, jika kamu -"
" Aku bukan Luo Zhao..." jawab Na Mu dengan cepat membuat Jianyu terkejut.
Dengan tenang, Jianyu lalu mulai menyelidiki sosok yang ada di hadapannya.
" Aku bahkan tidak merasakan kekuatan petir dari tubuhnya." membatin..
" Jika kamu bukan Luo Zhao, lalu siapa kamu?" tanya Jianyu dengan wajah penasaran.
" Jenderal, aku Na Mu..." sambil menahan rasa sakit di jantungnya yang seperti teriris-iris oleh pisau.
" Aku mengerti," ucap Jinyu sambil menembakan beberapa kerikil kecil dan melukai beberapa tubuh itu.
" Swhus...swhus...." puluhan lebah emas itu bergerak dan menyengat bagian tubuh yang terluka.
" Jenderal kamu-"
" Bicara dan berteriaklah," ucap Jianyu sambil bergerak meninggalkan ruangan itu dan menyegelnya.
" Tidak heran Dalu Rong dan Heian Bai bahkan tidak menunjukan simpati sama sekali." batinnya tersenyum senang, sedangkan di dalam penjara, Na Mu menangis dan meraung di dalam hati, sambil menahan rasa sakit yang seperti menguliti tubuh dan merontokan tulang-tulangnya.
*****
Di tempat lain..
Kereta besi hitam terus bergerak meninggalkan kawasan penjara Api Gunung langit. Di kursi kusir, Bing Wu dengan wajah kesal terus mengarahkan kuda naga menarik kereta besi tersebut kembali ke markas besar pasukan jenderal Baoyang Ran. Walaupun demikian, dia masih bisa merasa lega, karena tidak ubah menjadi prajurit Luo Zhao. Membayangkan Na Mu memasuki tempat itu membuat tubuhnya bergidik.
Di dalam kereta besi hitam. Dalu Rong, Heian Bai dan Qing Ruo, berbincang-bincang santai.
" Saudara Qing Ruo, setelah ini apa rencana saudara? Lalu bagaimana dengan Bing Wu?"
" Pertama aku akan kembali melaporkan pekerjaanku pada Baoyang Ran. Sedangkan Bing Wu, aku akan mengurusinya setelah urusanku selesai..."
" Baik, lalu bagaimana dengan prajurit Zhao?" tanya Dalu Rong.
" Aku ingin saudara berdua menjelaskan pada jenderal Luo Xing, bahwa Luo Zhao dalam keadaan baik-baik saja. Setelah urusanku selesai, aku akan membawanya menemui jenderal Luo Xing secara langsung."
" Baik saudara," ucap Heian Bai sambil berbincang-bincang dengan santai.
Pada saat mereka sedang berbincang-bincang santai, tiba-tiba Qing Ruo merasakan kehadiran sosok yang pernah mengawasi dirinya.
" Apakah saudara berdua merasakan kehadiran seseorang ?" tanya Qing Ruo.
" Ini adalah Liuyuan, jenderal pasukan elit, yang juga merupakan orang kepercayaan Baoyang Ran. Jika demikian, kami pergi dulu," ucap Dalu Rong sambil membawa Heian Bai meninggalkan tempat itu.
" Saudara Qing Ruo, jika urusan sudah selesai, datang dan temui kami," ucap Heian Bai sambil bergerak meninggalkan tempat itu.
" Baik saudara," jawab Qing Ruo menganggukkan kepala, sambil menatap kepergian mereka.
Setelah kedua sosok itu menghilang, Qing Ruo lalu keluar dari dalam kereta, menemani Bing Wu yang menjadi kusir kereta.
" Tu-tuan," dengan terbata-bata.
" Na Mu," ucap Qing Ruo dengan dingin, sambil memintanya untuk berskap biasa. Lalu berbincang-bincang santai.
***
Di tempat lain.
Halaman istana kaisar langit.
Acara peghormatan pada prajurit yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan iblis di Samudra kehampaan diakhiri dengan penyerahan hadiah pada para pahlawan perang, yang disaksikan langsung oleh Baoyang Tian.
Satu per satu prajurit tersebut mendapat hadiah mereka masing-masing, lalu bergerak meninggalkan tempat itu. Hingga giliran Baoyang Ran, Kongqi Chu dan Luo Xing tiba.
" Hormat kepada Yang Mulia Agung," ucap Luo Xing berlutut dengan hormat.
" Jenderal Luo Xing, hormatmu aku terima. Sebagai pahlawan, bangunlah..." ucap Boayang Ran dengan suaranya tegas.
" Aura semi abadi tingkat delapan..." Luo Xing membatin menatap sosok Baoyang Tian yang dengan sengaja menunjukkan dominasinya.
" Terima kasih Yang Mulia..." sambil berdiri dengan hormat.
" Jenderal Luo Xing," ucapnya sambil menyerahkan cincin penyimpanan yang berisi hadiah.
" Terima kasih Yang Mulia..." sambil menerima hadiah tersebut.
Setelah acara itu berakhir, satu per satu mereka bergerak meninggalkan tempat itu hingga halaman istana yang sebelumnya penuh dengan hiruk-pikuk dan kebisingan kini menjadi tenang kembali.
Dari jauh, tatapan tajam dengan penuh kebencian mengiringi kepergian Luo Xing.
" Tch... Baji***n itu benar-benar membuatku kesal," ucap Kongqi Chu membatin kesal, sambil mengikuti Baoyang Ran yang membawanya kembali ke istana kediamannya.
****
Di tempat lain.
Qing Ruo dan Bing Wu yang sudah kembali dari penjara Api Gunung Langit, tiba di Istana Baoyang Ran, mendapati tempat itu masih kosong, lalu menunggu di halaman istana.
Tidak lama kemudian, mereka berdua melihat kedua jenderal itu tiba.
" Jenderal," ucap Bing Wu dan Qing Ruo yang menyamar menjadi Na Mu menyambut kedatangan kedua sosok tersebut dengan hormat.
" Biarkan aku yang berbicara!" ucap Qing Ruo dingin pada Bing Wu melalui telepati.
" Komandan Na Mu, Bing Wu. Kalian ternyata sudah kembali. Masuklah..." ucap Boyang Ran membawa mereka memasuki istana.
" Terima kasih jenderal..." sambil mengikuti kedua sosok yang pemimpin mereka memasuki ruangan itu.