Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Abi terlihat lesu karena dia belum terbiasa dengan aktifitas yang tiba-tiba mendadak berubah apalagi ini baru hari kedua. Dia juga harus menyesuaikan diri dengan makanan sehat yang dibuat oleh ibunya. Bagaimanapun baginya, junkfood lebih enak dari pada sayuran.
Tidak hanya hal itu saja yang membuatnya lesu, hari ini dia harus membantu Sarah dan bertanya pada Justin apa dia sudah punya pacar atau tidak. Sesungguhnya dia enggan, dia takut Justin salah paham apalagi mereka akan terus bertemu tapi dia tidak punya pilihan karena dia tidak mau mengecewakan Sarah.
Saat itu dia dan Sarah sudah berada di bus yang akan membawa mereka ke tempat fitnes. Sarah terlihat senang-senang saja, dia yakin Justin tidak punya pacar karena semalam dia sudah menghubungi salah satu teman yang ada di acara reuni dan menanyakan hal itu padanya.
Dia juga banyak bertanya tentang Justin dan keyakinannya jika Justin adalah seorang pengusaha sukses semakin kuat. Dia tidak akan menyerah apalagi dia berencana mengikuti Justin secara diam-diam. Rumah dekat stasiun yang ada di Broklyn? Sungguh dia tidak percaya sama sekali jika Justin tinggal di tempat seperti itu.
Jangan panggil dia Sarah jika dia tidak bisa membuktikan bahwa Justin adalah pengusaha yang pantas dia kejar. Dia akan melakukannya nanti tapi dia mau tahu terlebih dahulu, Justin punya pacar atau tidak dan setelah itu dia akan mengikuti Justin secara diam-diam. Yang pastinya Ben akan tiba-tiba mendapat tugas dadakan yang tidak akan pernah dia duga nanti.
Bus yang membawa mereka sudah berhenti, Abi terlihat menghela napas. Yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana dia bertanya pada Justin nanti. Dia harus melakukan hal itu agar terlihat normal, selama ini dia juga tidak begitu mengenal Justin walau mereka adalah teman lama, itu karena mereka tidak dekat apalagi Justin pindah secara mendadak.
Sarah meraih tangan Abi saat mereka melangkah menuju tempat Gym. Dia ingin mengingatkan Abi agar dia tidak lupa mencari tahu, Justin sudah punya pacar atau tidak.
"Abi, jangan lupa mencari tahu Justin sudah punya pacar atau tidak," Sarah mengingatkan.
"Tapi, Sarah?" Sungguh dia tidak ingin.
"Please, kau sudah berjanji," Sarah memasang wajah memohon dan memelas.
Abi menghela napas, gadis itu mengangguk dengan berat hati. Sarah benar-benar senang, dengan begini dia bisa tahu Justin sudah punya pacar atau tidak.
Mereka masuk ke tempat fitnes dan berpisah. Abi langsung naik ke lantai dua, sedangkan Sarah ke tempat lain. Abi menghela napas saat hendak masuk ke dalam ruangan, seharusnya dia berkonsentrasi dengan fitnesnya tapi dia jadi memikirkan permintaan Sarah.
Pintu terbuka, Justin sudah berada di dalam menunggunya. Justin tersenyum saat melihat Abi, gadis itu terlihat canggung dan melambaikan tangannya.
"Sorry, aku terlambat," ucap Abi basa basi.
"Tidak apa-apa, tidak masalah."
"Apa sudah menunggu lama?"
"No," jawab Justin sambil tersenyum.
Abi tersenyum, jarinya menunjuk ke arah ruang ganti karena dia harus berganti pakaian, sedangkan Justin mengangguk. Selama mengganti pakaian, Abi kembali memikirkan permintaan Sarah. Sungguh dia tidak tahu harus bagaimana memulai pembicaraan agar dia bisa bertanya pada Justin. Dia bahkan memikirkan hal itu sambil fitnes dan hal itu membuatnya tidak berkonsentrasi sama sekali.
"Ada apa denganmu?" Justin menatapnya dengan tatapan heran.
"Ti-Tidak!" Abi menggeleng tapi Justin curiga jika ada yang sedang Abi pikirkan.
"Lalu kenapa kau tidak berkonsentrasi?"
"Ma-Maaf," Abi jadi tidak enak hati.
"Baiklah, berhenti sebentar dan katakan padaku apa yang sedang kau pikirkan. Aku tidak suka melihatmu tidak berkonsentrasi seperti ini," alat treadmill diberhentikan sehingga Abi menghentikan langkahnya.
"Tidak apa-apa, aku?"
"Kemari!" Justin meraih tangan Abi, dia akan mengajak gadis itu beristirahat dan berbincang sejenak.
Mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang yang ada di ruangan itu. Justin memberikan sebotol air minum untuk Abi, dia harap setelah berbicara Abi kembali berkonsentrasi melakukan fitnesnya.
"Ada apa, coba katakan padaku apa yang sedang kau pikirkan? Apa ada masalah di rumah?"
"Ti-Tidak!" jawab Abi sambil menggeleng.
"Lalu?" Justin memandanginya dengan lekat, dia ingin tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Abi.
Abi menunduk, dia benar-benar enggan apalagi ini bukan urusannya tapi dia juga tidak bisa menunda karena dia tahu Sarah pasti akan menanyakan hal ini saat mereka pulang.
"Sa-Sarah ingin tahu kau sudah punya pacar atau tidak," ucap Abi, dia tidak berani memandangi Justin dan masih menunduk.
"Apa? Jadi kau seperti ini hanya karena hal ini?"
"Maaf, aku tidak mau membuatmu salah paham tapi Sarah memintaku untuk menanyakan hal ini padamu."
Justin diam, dia tampak berpikir tapi matanya melirik ke arah Abi sesekali. Dia tidak menyangka Sarah akan meminta Abi menanyakan hal itu.
"Sa-Sarah bilang dia menyukaimu jadi dia meminta aku menanyakan hal ini padamu. Maaf, jangan marah dan tersinggung," ucap Abi lagi.
Justin tersenyum, dia tahu Abi tidak punya pilihan. Dia tidak mungkin marah hanya karena hal ini. Jika Sarah ingin tahu maka akan dia beri tahu jika ada gadis yang dia sukai sejak lama.
"Tidak apa-apa, aku tidak akan marah. Aku akan jawab pertanyaanmu agar Sarah tahu dan tidak mendesakmu lagi."
"Thanks," Abi tersenyum, dia mulai berani memandangi Justin.
"Memang aku tidak punya pacar, tapi ada gadis yang sudah aku sukai sejak lama."
"Benarkah?"
"Ya, apa kau tidak percaya?" tanya Justin sambil memandangi Abi dengan lekat.
"Tidak, bukan begitu."
"Katakan pada Sarah jika aku tidak punya pacar tapi sudah ada gadis yang aku sukai sejak lama. Mungkin kau akan menganggap aku buta tapi gadis itu tidak beda jauh denganmu. Dia juga gemuk dan sekarang dia juga sedang berusaha menurunkan berat badan seperti dirimu."
"Really?" Abi tampak tidak percaya.
"Yes, untuk apa aku berbohong? Sebab itu aku menjadi instruktur fitnes. Aku sedang berusaha membantunya untuk menurunkan berat badan."
"Wah, dia pasti sangat beruntung. Jadi selain menjadi instruktur fitnesku kau juga menjadi instrukturnya?" tanya Abi lagi tanpa tahu jika gadis yang dimaksud oleh Justin adalah dirinya sendiri.
"Ya, begitulah," Justin tersenyum.
"Aku jadi bersemangat," Ucap Abi.
"Jangan sampai gadis yang kau sukai bisa menurunkan berat badannya, sedangkan aku tidak!" Abi terlihat bersemangat, ternyata tidak dia saja yang sedang berjuang. Dia tidak boleh kalah karena dia mau kurus agar kehidupannya lebih baik.
"Bagus, aku suka semangatmu!" senyum Justin kembali mekar, semoga Abi menyadari siapa yang dia maksud suatu hari ini.
"Ayo kita mulai lagi," Abi beranjak, menghampiri alat treadmill. Hari ini dia akan melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tentunya dia tidak akan mengeluh.
Dia tahu untuk menurunkan berat badan tidak akan mudah tapi dia tidak akan menyerah, dengan merubah pola hidup yang biasa dia lakukan dia yakin dia bisa menurunkan berat badannya dan yang pasti perjuangan itu tidaklah mudah tapi dia tidak akan sendiri, karena Justin akan menemaninya sampai keinginannya tercapai.
klara