Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Suara-suara laknat yang ada tak jauh dari posisi Hima dan Ganin bersembunyi maksud terdengar sampai beberapa menit lamanya.
Hima masih menurut memejamkan matanya. Juga telinga gadis itu masih tertutup rapat oleh tangan Ganin.
Suasana semakin panas di tempat yang sangat sempit itu. Wajah Hima bercucuran keringat. Tanpa Ganin sadari, ia memandangi wajah cantik Hima yang memejamkan matanya.
Suara-suara aneh tadi cukup membangkitkan jiwa lelakinya. Apalagi posisi dirinya dan Hima sangat...ah...tak usah di katakan!
Hima berbicara tanpa suara dan Ganin cukup paham dengan bahasa bibir Hima.
Setelah beberapa menit kegiatan tiga orang di belakang mereka selesai, lalu ketiganya berlalu...Ganin baru melepaskan tangannya dari telinga Hima.
Gadis itu membuka matanya.
"Mereka udah naninu nya?", tanya Hima polos. Ganin mengangguk pelan.
"Astaghfirullah, siapa sih mereka?", Hima menggeleng pelan.
Ganin masih di posisi seperti tadi. Hima yang baru menyadari pun sontak berusaha mendorong tubuh Ganin.
"Ganindra!", pekik Hima pelan.
"Hah?", Ganin membeo.
"Udah dong geser! Kamu juga, ngapain sih nyimpen hp di kantong depan? Ishhh....!", Hima menggeser tubuhnya.
Ganin membelalakkan matanya!
Hp? Di kantong depan??? Batin Ganin.
"Huhhh! Sumpah, aku pengen tahu siapa yang udah berbuat mesum di gudang! Ngga takut kena azab kali tuh orang ya! Kamu liat ngga tadi siapa?", tanya Hima.
Ganin mengangguk.
"Liat, tapi ngga kenal!", jawab Ganin.
"Hah! Iya ya, kamu kan baru. Mana kenal! Ya udah coba liat ke depan. Mungkin masih ada di depan. Kalo ngga, tanya anak-anak siapa yang tadi masuk ke sini!", ajak Hima.
"Kamu duluan aja, aku...ke kamar mandi sebentar!", kata Ganin.
"Oke!", Hima pun meninggalkan Ganin dan sedikit berlari ke depan untuk mengejar orang yang berbuat mesum di belakang tadi.
Tapi sesampainya di sana, ia tak menemukan siapapun. Bahkan anak lori pun tidak ada. Mereka tengah menurunkan pintu kamar mandi dari mobil pabrik.
Hah? Masa ngga ada yang liat tadi itu siapa?Batin Hima.
Di kamar mandi, Ganin mencuci mukanya dan membasahi badannya. Sungguh, dia tak menyangka posisi seperti itu saja dengan Hima bisa sampai....
"Huh?!", Ganin kembali menyiram wajahnya. Ia menggeleng pelan sambil tersenyum menatap wajahnya sendiri di cermin.
Lo udah gila, Ganindra! Lo di sini tugas! Ngga seharusnya Lo main hati, apalagi sama cewek yang baru Lo kenal! Mana tuh cewek kelewat lugu apa bloon sih? Perasaan hafalin stok aja bisa ribuan. Giliran sesuatu yang ada di saku celana depan, dia ngga tahu itu apaan???
Huffft!!! Ganin kembali menggeleng!
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Brakkk!
Helga memasuki ruangan adiknya. Bayu memang memiliki jabatan lebih tinggi di banding Helga yang lebih tua dua tahun darinya.
Tapi Bayu memang lebih pandai jadi wajar jika dia jadi atasan kakaknya sendiri.
"Apa sih mba?!", tanya Bayu.
"Sialan mereka! Sampai kapan coba gue jadi pelampiasan bejat mereka!", kata Helga duduk di sebrang Bayu.
Bayu meletakkan pulpennya lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"Ini juga salah Lo mba! Coba kalo Lo ngga ngiyain, ngga bakal gini! Gue juga capek tahu ngga begini terus! Mereka bakal makin menekan kalo kita ngga nurutin perintah!", kata Bayu.
"Kenapa ngga cari orang lagi sih, yang lugu sama bisa di begoin?", tanya Helga.
"Kemarin gue sempet mau nyuruh Hima. Tapi bocah baru itu malah mau ikutan nganterin. Gue males aja kalo tuh anak baru periksa paket gue. Kalo Hima gue yakin, dia ngga bakal banyak nanya apalagi buka-buka!"
Helga meremas rambutnya kasar.
"Gue juga capek ngurusin Mona yang bawel banyak maunya!", Bayu mendengus.
"Ckkkk...salah Lo sendiri! Udah tahu cewek model cabe-cabean gitu, masih aja Lo embat! Nyesel kan Lo sekarang!"
"Ya gimana, Hima ngga mau sama gue!", celetuk Bayu.
Obrolan kakak beradik itu terus berlanjut hingga panggilan di ponsel Helga yang menyuruhnya ke showroom.
🌾🌾🌾🌾🌾
Ganin bergabung dengan teman-temannya. Dia di tanya oleh anak-anak lori. Kenapa lelaki tampan itu tampak basah.
Seperti biasa, Ganin masih bisa menjawab pertanyaan mereka meskipun mereka bertanya dengan nada meledek dan terkesan menyebalkan. Padahal sebenarnya usia mereka kebanyakan di bawah Ganindra. Hanya bang Ari yang usianya lebih tua dari Ganin karena ia mengatakan bahwa usianya sudah di atas tiga puluh tahun juga punya anak kelas delapan.
Ganin melihat sosok yang tadi ke belakang karena melihat seragam yang di pakai.
Ari tampak aneh melihat Ganin yang menatap supir pabrik dengan pandangan aneh.
"Ganin, jangan gitu liatinnya. Dia supir pabrik!", bisik Ari. Ganin hanya ber'oh' ria.
Diam-diam Ganin memfoto supir itu juga plat mobil yang di pakai supir membawa barang ke gudang itu.
Supir yang merasa di perhatikan itu menoleh pada Ganin yang baru memasukkan ponselnya ke saku. Dia mendekati Ganin yang akan membantu rekan-rekannya itu.
"Maksud Lo apa ngarahin kamera Lo ke gue, heum?", kerah seragam Ganin di cengkeram. Ganin menggeleng pelan.
"Ngga bang!", kata Ganin.
"Mana hp Lo, siniin!", kata supir itu. Ganin pun mengambil ponselnya dan di serahkan pada supir. Supir itu memeriksa ponsel Ganin dan tak menaruh curiga karena memang tak menemukan apapun.
Lantas, ia pun mengembalikan ponsel itu ke Ganin dengan sedikit kasar.
Anak-anak lori melirik Ganin dan memberi kode agar Ganin bergabung dengan mereka saja dan menjauhi supir yang menyeramkan itu.
Bongkaran pun selesai, anak-anak juga sudah turun dari truk tronton tersebut. Setelah itu, supir truk tersebut meninggalkan gudang setelah menerima tanda tangan dari Hima.
"Nin, supir satu itu emang belagu! Tapi asal Lo tahu, dia tuh kurir sabu!", bisik salah satu anak lori.
"Serius Lo?", tanya Ganin berbisik. Temannya mengangguk takut-takut.
"Iya, tapi Lo jangan bilang-bilang ya. Gue takut! Gue percayanya sama Lo aja. Lo kan anak baru!", katanya. Ganin mengangguk lugu.
"Lo tahu dari mana dia kurir sabu?"
Ganin kesempatan mencari informasi dari temannya itu.
"Gue pernah di tawarin, tapi gue ogah! Gue mau cari uang halal."
"Semudah itu? Dia ngga takut Lo bakal buka suara, kaya ke gue misalnya?", tanya Ganin.
"Ya...dia ngancam lah! Kalo gue buka suara, keselamatan gue terancam!", jawab anak lori tersebut. Ganin menebak usianya baru dua puluhan awal.
"Lo ambil keputusan yang benar, bro!", Ganin menepuk bahu rekannya itu. Dan temannya hanya tersenyum.
Jadwal pulang pun tiba. Anak-anak mengantri ambil uang makan yang memang di ambil setiap dua hari sekali.
Dan ini hari kedua Ganin bekerja, ia ikut mengantri di depan meja Hima seperti teman-temannya.
Ganin memicingkan matanya menatap teman-temannya yang menerima uang makan selembar berwarna merah.
"Sehari yang makannya lima puluh?", tanya Ganin pada Ari. Ari pun mengangguk.
"Iya, anak lama sama baru sama aja. Bedanya di gaji aja!", jawab Ari. Ganin hanya mengangguk.
Kemudian tiba saatnya Ganin menerima uang makannya itu. Setelah semua menerima uang makan, Ganin mengajak Hima untuk pulang bersama lagi.
"Ngga ah Nin! Ntar yang ada aku di serbu sama fans-fans kamu!"
"Ckkk...gue maksa! Gue baru dapat uang makan, gue mau traktir Lo! Anggap aja syukuran!", kata Ganin.
Hima memutar bola matanya malas. Dengan pede nya Ganin menyeret Ganin menuju parkiran motor.
"Hobi kok maksa!", celetuk Hima.
"Yang di paksa juga mau hehehe!", sahut Ganin.
Hima pun duduk di belakang Ganin. Dan ternyata ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk.
[Selamat ulang tahun ya Hima. Panjang umur dan sehat selalu]
Hima menghela nafas panjang usai membaca pesan dari seseorang itu. Dan setelahnya,ia pun membalas pesan itu.
[Makasih doanya mba Venti. Aamiin]
Setelah membalas pesan itu, Hima memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tanpa Hima sadari, Hima melingkarkan tangannya di perut Ganin.
Ganin sempat tersentak tapi juga tak menepis tangan Hima dari perutnya.
"Kamu jahat, Nda!", bisik Hima tepat di belakang telinga Ganin. Ganindra cukup mendengar suara Hima dan ia pun melihat wajah gadis cantik itu dari spionnya.
Nda? Nda siapa? Batin Ganindra.
🌾🌾🌾🌾🌾
Terimakasih 🙏🙏🙏🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖