Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengorbanan Raya
Pengorbanan Raya
Bulan ke 7, Tahun 1248
Ruangan ini begitu gelap, dan pengap. Begitu sunyi dan senyap. Tapi di ruangan itu Freis terus melangkahkan kedua kakinya mencari jalan kembali, atau mungkin tidak ada jalan kembali disini. Matanya memandang sekeliling mencari setitik cahaya, tapi tak menemukan apapun. Hanya kegelapan yang menyelimuti.
“Mungkinkah ini yang disebut kematian?” kata Freis dalam hati. Dan ia pun terus berjalan tanpa henti, dan tanpa arah.
Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti oleh setitik terang. Yang memudarkan kegelapan disekitarnya. Cahaya itu perlahan semakin membesar, dan terlihatlah seseorang berjalan menghampirinya. Seorang gadis yang selalu dicintainya dalam diam, Raya. Terlihat Raya berjalan semakin mendekatinya. Dan terang pun semakin membesar hingga pada akhirnya menelan segala kegelapan di sekelilingnya.
Saat ini Raya sudah berada di hadapannya, tersenyum dengan cantiknya. Dan kemudian berkata,
“Kenapa kau disini? Apa kau tersesat”
“Aku hanya…” Freis tampak bingung menjawab pertanyaan Raya, “dan kenapa kau ada disini? Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?”
“Aku datang untuk menjemputmu, Freis,” kemudian Raya diam sejenak, lalu melanjutkan perkataannya, "Freis, apa kau tahu bahwa sesungguhnya aku jatuh cinta kepadamu. Aku sungguh-sungguh menyanyangimu. Kau adalah seseorang yang begitu berharga bagiku.”
Freis terkejut mendengar pernyataan tiba-tiba dari Raya, ia pun berkata, “Maafkan aku, Raya. Maafkan sikap pengecutku. Sesungguhnya aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Tapi sekarang semua sudah selesai. Tugasku telah selesai.”
Kemudian Freis meraih dan menggenggam tangan Raya lalu berkata, “Mari kita kembali dan hidup bersama. Kalau perlu aku akan mengikuti kemanapun kau beserta paman dan bibimu pergi. Kemanapun! Asal aku tetap ada di sisimu.”
Terlihat senyuman yang begitu indah menghiasi wajah Raya.
“Aku merasa bahagia dan bersyukur mendengar itu semua,” jawab Raya.
Setelah beberapa saat terdiam Raya berkata kembali, “Tapi aku tidak bisa. Kedatanganku kesini hanya untuk mencarimu, menjemputmu.”
“Apa maksudmu?”
“Kembalilah Freis! Masih banyak hal yang harus kau lakukan. Dan ada begitu banyak orang yang membutuhkan perlindunganmu! Penjagaanmu!”
“Raya, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan? Kenapa kau tak dapat kembali bersamaku?”
Kemudian Raya berjalan menghampirinya, dan perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Freis.
Ia pun berkata, “Apakah kali ini kau akan menghindariku lagi?”
Freis pun hanya dapat menjawabnya dengan sebuah tatapan lembut yang penuh kasih. Dan Raya pun menjawab tatapan itu dengan sebuah senyuman. Kemudian Freis dapat merasakan kecupan yang begitu lembut di bibirnya. Ia dapat merasakan sebuah kelembutan dan ketulusan dalam satu kecupan. Begitu menenangkan, begitu mendamaikan, dan begitu membahagiakan.
Kemudian Raya berkata, “Terima kasih, Freis… dan selamat tinggal.”
Seketika itu Freis membuka kedua matanya, ia terbangun dan melihat ke segala arah. Ia tersadar bahwa dirinya saat ini sedang berada di ruangannya, di istana Kerajaan Kokki’al. Tapi ia terus memandang sekitar mencari Raya, karena yang ia temukan saat ini hanyalah Anya yang duduk di samping tempat tidurnya. Gadis itu terlihat nampak terkejut melihat dirinya yang tersadar.
“Anya, dimana Raya? Dimanakah ia?”
Gadis itu hanya terdiam tak menjawab apapun.
Ia pun bertanya sekali lagi, “Anya, dimana Raya?”
Kemudian Anya menatapnya cukup lama sebelum kemudian menjawab,
“Freis, Raya telah tiada.”
“Apa maksudmu?”
“Ia telah mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanmu. Saat itu engkau telah tiada. Melihat kematianmu itu, ia menggunakan kemampuan terlarang dari Ras Burung Api. Bukan lagi kemampuan penyembuhan, melainkan kebangkitan kembali. Ia menghidupkanmu kembali dengan cara memindahkan api kehidupannya kepadamu. Itu adalah sebuah kemampuan terlarang Ras Burung Api yang dapat menghidupkan orang kembali dengan mengorbankan diri sendiri.”
Mendengar itu semua Freis pun tertegun. Tubuhnya menjadi terdiam tak berdaya. Seolah-olah kehilangan semua kekuatannya. Pandangannya kosong. Matanya kini terasa begitu panas, berusaha membendung kepedihan yang teramat dalam.
“Freis…” seru Anya berusaha menyadarkannya.
“Anya, bisakah engkau meninggalkanku seorang diri.”
“Baiklah.”
Kemudian gadis itu pergi meninggalkannya. Tak beberapa lama kemudian air mata mulai mengalir di kedua matanya. Dadannya kini terasa teramat sangat sesak. Seluruh tubuh dan tulangnya kedinginan. Ia hanya dapat menggenggam erat dadanya dengan kedua tangannya. Sambil terbaring tak berdaya, jatuh tenggelam dalam tangis kesedihan.
***
Pagi itu Rivian sedang duduk di ruangannya – di istana Kerajaan Nos’aetos. Tujuh hari telah berlalu semenjak penyerangan atas Istana The Tiger Kingdom dilakukan. Ia kembali mengingat apa yang terjadi kepadanya.
Ia sadar betul jika saja Frank Reig terlambat menyelamatkannya, tentu saja dirinya akan terbunuh oleh Elise Reig, yang ternyata adalah seorang Ras Naga Langit. Bagaimanapun juga ia telah dengan sengaja mengabaikan tindakan Raya yang hendak mengorbankan dirinya untuk menyelamat Freis Greeya.
Ia tak kan pernah melupakan pemandangan yang ia lihat saat itu. Suatu pemandangan yang begitu indah, tapi juga begitu memilukan.
Waktu itu, saat ia melihat dari kejauhan Freis tertusuk tombak milik Ignatius, ia bergegas berlari menghampirinya. Karena memang pada saat itu ia bersama pasukannya sudah berada tak jauh dari istana The Tiger Kingdom. Tapi semua sudah terlambat, karena yang ia lihat saat itu hanyalah seorang gadis, yang ia kenal sebagai putri angkat Frank Reig, yang sedang memeluk erat Freis dalam tangisannya. Tubuh Freis sama sekali tak bergerak di pelukan gadis itu.
Beberapa saat kemudian gadis itu meletakkan tubuh Freis kembali ketanah dan mengepalkan kedua tangannya. Lalu nampaklah di kedua mata Rivian sepasang aura yang berbentuk sayap burung, yang menyala-nyala bagaikan api, yang menjalar-jalar dengan hebatnya. Setelahnya aura itu semakin membesar dan membentuk seekor burung seutuhnya, burung api. Akhirnya ia memahami bahwa gadis yang ada di hadapannya adalah seorang Ras Burung Api, Ras Suci dari Prosdimos. Dan mungkin gadis itu adalah satu-satunya yang tersisa.
Lalu aura itu kembali hanya berwujud sepasang sayap tapi dengan ukuran yang lebih besar. Semua orang kala itu terpana dan takjub melihatnya. Begitu terang dan besarnya sayap api itu, tapi hanya kehangatanlah yang ia rasakan. Kehangatan yang begitu menenangkan.
Setelahnya gadis itu meletakkan kedua tangannya di atas lubang yang ada di dada Freis. Tiba-tiba sayap api yang berwarna merah terang menyala itu, perlahan berubah menjadi putih. Sayap api berwarna putih, yang berkobar-kobar dengan indahnya. Baru kali ini ia melihat sesuatu yang seindah itu dalam hidupnya.
Kemudian gadis itu memejamkan kedua matanya, dan sayap putih itu perlahan mengecil. Yang diikuti dengan tubuh Freis yang terselubungi oleh api berwarna putih. Sayap itu terus mengecil bersamaan dengan api putih yang menyelubungi tubuh Freis terus membesar.
Hingga beberapa waktu kemudian kedua api itu menghilang. Dan Raya pun jatuh terbaring di atas Freis Greeya.
Kemudian datanglah Elise Reig, ibu angkat dari Raya. Yang saat itu juga langsung mengangkat dan memeluk tubuh Raya yang terbaring itu. Dan menangis cukup lama. Kemudian perempuan itu bertanya kepadanya kenapa ia membiarkan semuanya terjadi. Tentu saja ia tak dapat menjawab apa-apa. Karena dari dasar hatinya yang terdalam pun terbesit keinginan agar gadis itu dapat menyelamatkan Freis. Apapun resikonya. Ia pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Semua demi masa depan Prosdimos.
Tapi tidak dengan wanita ini. Ia adalah orang asing yang berasal dari luar Prosdimos, dan yang tergeletak di sana adalah putri angkatnya. Saat itu ia hanya dapat berkata “Maaf,” kepada wanita itu. Dan murkalah Elise Reig kepadanya.
Lalu terlihatlah di hadapannya sosok naga bersayap yang mengerikan, saat itu ia baru menyadari bahwa wanita ini merupakan salah seorang dari Ras Naga Langit. Elise pun menyerangnya membabi-buta, mengkoyak-koyak, serta membanting-banting tubuhnya. Jika saja Frank Reig tak datang dan menghentikan istrinya. Sudah tentu saat itu ia telah tewas di tangan wanita itu. Frank pun memeluk istrinya memintanya menghentikan semua perbuatannya dan merelakan putrinya.
Perang pun usai, ia dibawa kembali oleh para prajuritnya ke Kerajaan Nos’aetos. Sedangkan Freis Greeya di bawa ke Kerajaan Kokki’al. Setelahnya ia mendengar kabar bahwa jasad dari Raya dikuburkan di Pemukiman Utara di Kerajaan Kokki’po, tepat di samping makam kedua orang tuanya.
Kemudian Rivian Aaron kembali berjalan ke tempat tidur, mencoba kembali beristirahat untuk memulihkan tubuhnya.
“Cinta itu datang dengan secercah cahaya,
Melenyapkan kegelapan yang menyelimuti,
Dan mengulurkan tangannya kepadaku,
Menyelamatkanku,
Menuntunku,
Lalu pergi dengan senyuman indahnya,
Meninggalkanku sendirian tak berdaya,
Dalam kesakitan dan kesedihan.”
😂
😂