Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Psikologis Yang Terganggu
Galen kembali ke Rumah Sakit tempat Nirmala dirawat. Dia melihat gadisnya sedang tertidur, dan Laura juga berada di sofa dan dia juga tertidur disana. Galen perlahan melangkah mendekat pada ranjang pasien. Menatap Nirmala yang tertidur dengan tenang disana, mengingat kejadian tadi dimana Nirmala menangis ketakutan, benar-benar membuat Galen sangat sakit.
Galen mengelus kepala Nirmala dengan lembut, tidak sengaja dia melihat bekas luka di dahinya itu. Tertutup dengan anak rambut. Tangan Galen mengepal kuat melihat semua bekas luka di wajah gadisnya ini.
"Aku sudah membereskan semuanya, dia tidak akan lagi membuat kamu terluka"
Galen terdiam, saat kedua mata Nirmala tiba-tiba terbuka. Tatapan gelisah dan penuh ketakutan masih terlihat. Galen langsung menjauhkan tangannya dari kepala Nirmala.
"Tenang ya, ini aku" ucap Galen.
Nirmala hanya diam, tatapannya masih begitu gelisah dan penuh ketakutan. Bahkan dia tidak berani menatap Galen. Tidak seperti Nirmala yang dulu.
"Loh, kamu disini Galen? Habis darimana tadi?" tanya Laura yang terbangun dari tidurnya, dia segera menghampiri Galen dan Nirmala. "... Nirma, kamu sudah bangun. Bagaimana perasaan kamu? Mau aku panggilkan Dokter? Apa ada yang sakit?"
Nirmala menggeleng perlahan, dia mencoba untuk bangun dan terduduk. Dan Galen refleks langsung membantunya. Dia merangkul bahu Nirmala dan membantunya bangun,.Namun, gadis itu langsung menepis lengah Galen. Dia langsung ketakutan, bahkan mengusap lengannya beberapa kali, sedikit meremas juga hingga meninggalkan bekas merah.
"Nirma, jangan kayak gini. Ini aku, Galen"
"Nirma, tenang ya"
Laura dan Galen yang cukup terkejut dengan sikap Nirmala saat ini. Laura menahan tangan Nirmala yang meremas tubuhnya sendiri. Lengan Nirmala sampai memerah karena ulahnya sendiri.
Tatapan Nirmala yang penuh kegelisahan dan rasa takut, membuat hati Galen terasa hancur. Apalagi melihat reaksi Nirmala saat dia tidak sengaja menyentuhnya, terlihat Nirmala yang mengusap bekas tangan Galen tadi, bahkan sampai meremasnya hingga meninggalkan bekas kemerahan. Seolah mengatakan jika dia begitu kotor sampai dia tidak ingin ada orang yang menyentuhnya lagi.
Laura memegang tangan Nirmala, agar dia tidak lagi menyakiti dirinya sendiri. "Lihat kau, Nirma! Kamu akan aman selama bersama denganku dan Galen. Kamu harus tenang dan jangan terus seperti ini. Orang yang menjahati kamu sudah tidak ada disini. Kamu aman sekarang"
Nirmala menatap Laura dengan mata yang berkaca-kaca. Rasanya begitu menakutkan ketika dia kembali membuka mata. Bayangan dia yang masih berada di ruangan bawah tanah, semua perlakuan Willy padanya yang tidak akan pernah dia lupakan.
"Nona, aku takut" lirihnya, hampir tidak terdengar.
Hati Galen merasa tercabik-cabik. Sungguh suara lirih dan tatapan penuh ketakutan dari Nirmala, membuatnya begitu sakit.
Laura memeluk saudaranya ini, dia mengelus punggung Nirmala yang memeluknya dengan erat. Dia tidak bisa merasakan apa yang sedang Nirmala rasakan saat ini, namun Laura cukup mengerti dengan trauma dan ketakutan yang dialaminya.
"Galen, sebaiknya kamu temui Dokter. Tanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Nirma, sepertinya psikologisnya terganggu"
Galen hanya mengangguk, dia segera pergi keluar dari ruangan itu. Pergi ke ruangan Dokter yang menangani Nirmala, dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan gadisnya. Dan dia harus tahu cara pengobatannya.
"Nona mengalami Overwhelming atau overwhelmed, yaitu dalam psikologi adalah kondisi di mana seseorang merasa kewalahan akibat beban yang terlalu besar atau tekanan yang terlalu kuat. Biasanya trauma akibat kejadian besar, hingga dia akan menutup dirinya sendiri, tidak ingin berkomunikasi banyak dengan orang lain. Dan yang Nona alami ini, dia merasa dirinya kotor, dan tidak pantas untuk orang lain"
Penjelasan Dokter sudah cukup membuat Galen mengerti. "Bagaimana cara mengobatinya?"
"Kita sudah konsultasikan pada Dokter psikologi. Akan diadakan terapi setiap dua minggu sekali. Dan untuk orang-orang terdekatnya, seperti keluarga, kekasih, sahabat, harus tetap berada di dekatnya. Coba untuk memberi pengertian, dan jangan berhenti untuk mencoba mendekatinya lagi. Jangan biarkan dia sendirian, takutnya dia akan melakukan hal yang tidak diinginkan, karena merasa lelah dengan semuanya"
Galen keluar dari dalam ruangan Dokter dengan langkah gontai. Tangannya mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya. Rasanya dia ingin marah pada dirinya sendiri, karena tidak bisa menjaga gadis yang sangat dia cintai.
Galen pergi ke area taman Rumah Sakit. Duduk di bangku taman dengan sebatang rokok ditangannya. Terdiam dengan perasaan yang kacau, dia sudah gagal menjaga gadisnya hingga dia membuat Nirmala sampai terluka lahir dan psikisnya seperti ini. Hari sudah gelap, bahkan dia belum mengganti pakaian setelah melarikan diri dari hari pernikahannya. Pasti keluarganya masih sibuk mencari dia yang tiba-tiba pergi di hari pernikahan.
Galen memeriksa ponselnya, sengaja di silent hanya karena tidak ingin terganggu oleh telepon dari orang-orang Rumah. Galen melihat banyak panggilan tak terjawab dari Mama, Papa dan juga telepon rumah. Mengabaikan itu, dia menghubungi Johan.
"Hallo Tuan, ada apa?"
"Siapkan Dokter psikologi terbaik untuk Nirmaku. Dan dia akan tinggal di Apartemenku. Pulang ke Rumahnya, akan semakin membuat masalah. Kau tahu pernikahan yang gagal ini, akan menjadi masalah besar"
"Baik Tuan, besok saya siapkan pesawat untuk kita kembali ke Ibu Kota"
"Hmm"
Galen menutup sambungan telepon. Dia kembali ke ruangan Nirmala, disana ada seorang perawat yang sedang memeriksa keadaannya dan juga membawakan makanan juga obat untuk Nirmala. Galen menghampirinya dengan hati-hati, Laura tidak ada disana.
"Nona, semuanya baik. Tolong dimakan makanannya dan obatnya diminum ya"
"Biar saya saja, Dok" ucap Galen saat melihat perawat itu ingin menyuapi Nirmala makan.
"Ah, baik Tuan"
Setelah perawat pergi, Galen beralih duduk di pinggir ranjang pasien. Dia mengambil makanan di atas meja kecil disamping tempat tidur. Melihat Nirmala yang seperti mulai ketakutan dengan keberadaannya.
"Nirma, ini aku Galen. Sampai kapanpun, aku tidak akan menyakiti kamu. Sekarang kamu makan ya" ucap Galen lembut.
Tangan Nirmala saling meremas di atas pangkuannya. Lalu di mengangguk meski rasa takut masih mendominasi. Namun, dia mengingat ucapan Laura beberapa waktu lalu, jika Galen dan Laura tidak akan melakukan hal jahat padanya.
Galen tersenyum, setidaknya Nirmala tidak berontak dan menjerit ketakutan lagi seperti tadi. Galen mulai menyuapinya dengan penuh perhatian.
"Laura kemana?" tanya Galen dengan lembut, tatapannya yang penuh kasih sayang pada gadis di depannya ini.
"Dia pulang, katanya Mommy dan Daddy mencarinya" ucap Nirmala dengan suara sedikit bergetar.
Sungguh dada Galen begitu sesak melihat keadaan wanitanya ini. Dia mencoba untuk kembali membuat Nirmala tidak takut lagi padanya. Tidak banyak berbicara dan bertanya, hanya fokus menyuapinya makan.
"Sudah Tu-tuan, aku su-sudah kenyang" ucap Nirmala dengan suara bergetar.
Galen mengangguk, dia mengambil segelas air di atas meja. Lalu di memberikan pada Nirmala dengan hati-hati.
"Minum dulu obatnya ya. Besok kita akan pergi ke Rumah Sakit lebih baik di Ibu Kota. Kamu akan tinggal di Apartemen dulu, jangan dulu pulang ke Rumah karena situasi belum baik"
Nirmala hanya diam saja dengan memegang erat gelas ditangannya. Ketika Galen ingin menyuapi obat dari tangannya, Nirmala langsung menjauhkan wajahnya. Hal itu membuat Galen sadar, jika Nirmala yang sekarang masih begitu takut dengan sebuah sentuhan. Dia langsung menjauhkan tangannya dari mulut Nirmala. Menaruh kembali obat di piring kecil, dan memberikan pada Nirmala.
"Minum sendiri obatnya"
Nirmala mengangguk dan menuruti ucapan Galen. Dia meminum obatnya dengan tangan bergetar. Hati Galen benar-benar terasa hancur ketika melihat wanitanya dalam keadaan seperti ini.
Bersambung
Maaf baru up, kemarin ada nikahan sepupu aku.
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪