Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Pukul 14:30 di bandara XX negara XX.
Akhirnya hari ini Anggun dan Arthur hari ini telah sampai kembali di negeri kelahiran nya.
"Arthur .. ingat pesan Mommy , jangan lepas masker mu , !" pesan Anggun pada putranya.
"Tapi kenapa Mommy? Arthur merasa sesak seperti ini!" Rengek Arthur engan nafas yang di buat berat.
"Dengar nak, udara di sini tidak sama dengan di tempat kita sebelumnya, Mommy tidak mau kau terkena polusi lalu sakit, Apa kau paham?" ucap Anggun seraya berlutut mensejajarkan tinggi nya dengan Arthur.
"Oke Mommy Arthur paham. Arthur akan menurut!" ucap Arthur sambil hormat dengan sikap polosnya .
"Arthur tahu Mommy, pasti Mommy tidak mau wajah ku di lihat oleh seseorang, Karena aku mirip dengan orang itu kan? tapi Mommy, Aku memang ingin dilihat olehnya, Dan yang lebih penting aku ingin melihat mu berbahagia dengan orang itu. Dan aku pasti akan melakukan apapun untuk merealisasikan nya!" ucap Arthur dalam hati.
"Sekarang kita ke tempat parkir, Sopir suruhan grand pa sudah menunggu di sana.!" ucap Anggun kemudian menggandeng tangan putranya. Arthur pun mengikuti Mommynya.
"Arthur tunggu di sini sebentar ya, Mommy mau ke toilet dulu sebentar !" ucap Anggun
"Ayolah Mommy, di sini tidak enak. Nafasku sudah mulai sesak. Apalagi dengan masker ini !" keluh Arthur
"Hanya sebentar saja sayang, Mommy janji tidak akan lama!" ucap Anggun " Ingat jangan kemana-mana, Mommy takut kamu hilang. Ini pertama kalinya kamu datang ke sini!" peringatnya lagi
"Oke Mami, jangan lama !" Ketus Arthur. Menunggu adalah pekerjaan paling menyebalkan bagi Arthur.
Anggun tak lagi mendengar ucapan anaknya. Dia segera pergi karena merasa kantung kemih nya sudah penuh. Arthur yang ditinggalkan sendiri hanya mondar-mandir. Pandangan matanya mengedar melihat kesana kemari. Hingga mata itu tertumbuk pada suatu objek yang membuatnya tertegun.
Arthur mengucek matanya. Memastikan bahwa penglihatan nya tidak salah. Pria itu? Bukankah dia? Iya matanya tidak salah. Pria itulah yang sedang dia cari selama ini. Arthur ingin berlari menuju ke arah orang itu, lalu mendekapnya dan memanggilnya Daddy. Tapi apakah pria itu akan percaya bahwa dia adalah putranya.
Ah kenapa otaknya menjadi blank? Sekian lama mencari informasi, Setelah bertemu malah tak bisa mendekati. Jarak orang itu sudah semakin dekat dan semakin dekat lagi dengan nya . "
"Oh ayolah Arthur , berpikir cepat !" gumam Arthur .
"Uhuk ..uhuk..!
"Uhuk... Uhuk..! Uncle help me..." Arthur berlutut sambil memegang dadanya. Nafas nya tersengal
"Uhuk uhuk !" Arthur pura-pura tubuhnya lemas kemudian Limbung ke belakang.
"Hei.. apa yang terjadi denganmu..?" pria itu yang tak lain adalah Ben mendekat ke arah Arthur.
"Da da Arthur se sak uncle!" Arthur berbicara terputus putus, lalu badannya limbung.
"Lepaskan masker nya, Tuan. Mungkin dia sesak nafas.!" seru Kevin yang berdiri di belakangnya. Dan Ben pun melakukan saran itu secara hati-hati dia membuka masker anak kecil itu.
Deg...
Ben tertegun melihat wajah di balik masker itu. Ada rasa familiar, Ben Seperti melihat dirinya sendiri di masa kecil.
Wajah Arthur terkulai lemah , Matanya terpejam. Ben menoleh ke arah Kevin .
"Ambilkan air minum" Titah Ben. Dan Kevin pun mengambil botol kecil yang selalu tersedia di dalam koper nya.
"Ini Tuan. !" Kevin mengulurkan botol itu. Kevin tercenung melihat wajah di balik masker lalu dia memperhatikan wajah Tuannya. Wajah keduanya benar-benar mirip. Sehingga siapapun yang melihatnya sekilas pasti akan mengira bahwa bocah kecil itu adalah putra dari Tuan Ben.
"Minum lah !!" Ben mencoba membantu Arthur untuk minum .
"Uhuk ... uhuk...!" Arthur kembali terbatuk. Tapi sudah bisa membuka matanya. Di pandangnya wajah tampan yang terpampang di hadapannya. Benar benar merupakan foto kopi an dirinya. Arthur mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah itu. Dan entah kenapa Ben juga tak menolaknya. Air mata Arthur menetes.
"Hei kenapa menangis? apakah benar-benar sakit?" tanya Ben cemas. Kevin yang justru melongo. Tuan Ben bukanlah orang yang suka pada anak kecil. Tapi kenapa dengan bocah di depan nya jadi terlihat begitu khawatir ?!
"Di sini sakit Uncle..!" Arthur menunjuk dada nya.
"Ini sakit Daddy , Aku berada di dekatmu tapi tak bisa memeluk mu!" ucap Arthur dalam hati .
"Bisakah Uncle mengusapnya pelan pelan ?!" pinta Arthur. Lagi lagi Ben merasa bahwa dirinya tidak bisa menolak permintaan bocah kecil itu. Pelan sekali dan mengusap dada bocah itu berharap bisa mengurangi rasa sakitnya
Ben terus mengusap dada Arthur hingga keadaan Arthur menjadi lebih baik.
"Kenapa dia tidak bertanya siapa namaku ? bukankah kalau di film biasanya protagonis akan bertanya siapa namamu anak kecil? begitu?" batin Arthur masih betah memandang wajah pencetak dirinya
"Karena kamu tidak bertanya maka aku yang harus berinisiatif !"
"Aku sudah lebih baik uncle, terima kasih. Aku Arthur Jordi, di masa depan pasti akan membalas kebaikanmu hari ini !" ucap Arthur lalu berdiri.
Ben tertawa mendengarnya, Sungguh itu bukanlah ucapan yang bisa di ucapkan oleh anak kecil.
"Arthur Jordi? itu nama lengkapmu? sejujurnya Uncle belum pernah mendengar nama ber marga Jordi!" ucap Ben.
"Tentu saja tidak pernah Uncle, karena ini adalah nama pemberian Mommy ku, Katanya itu gabungan dari Jordan dan Diwangga!" jawab Arthur dengan wajah polosnya.
Ben tertegun mendengar nama itu, Jordan ? apakah hanya kebetulan sama ?
"Baiklah, Lalu apakah yang sedang di lakukan bocah kecil seperti mu sendirian di bandara yang luas seperti ini? Di mana orang tuamu? Apakah kau sedang tersesat?" tanya Ben Sambil memegang kedua tangan bocah itu.
"Aku tidak sendirian Uncle, Aku bersama dengan Mommy ku. Dia sedang berada di toilet. Lagi pula aku bukan anak kecil. Aku ini sudah lima tahun .!" ucap Arthur dengan satu tangan di pinggang dan satu tangan lagi mengacungkan lima arinya. Membuat Ben tertawa karena merasa gemas melihatnya. Sehingga dicubitnya dua pipi bocah itu kiri kanan
"Tuan. Pesawat kita sebentar lagi berangkat !" Kevin menyela obrolan mereka
"Baiklah anak kecil..!"
"Arthur.. namaku adalah Arthur, Uncle harus ingat itu !" Arthur memotong ucapan Ben.
"Baiklah Arthur, Uncle harus pergi. Jaga diri baik baik .!" ucapkan menepuk kecil kepala Arthur kemudian berlalu pergi.
"Oke , bye Uncle..!" Arthur melambaikan tangannya.
Arthur tersenyum manis sepeninggal an Ben dan Kevin. Lalu memasang kembali maskernya
"Ini bukan salahku Mommy, bukan aku yang membuka masker, tapi Daddy!" seringai nya licik. "Dan aku pastikan setelah ini kau tidak akan menyuruhku menggunakan masker lagi. Siapa suruh kau bilang takut aku terkena polusi, Aku jadi punya ide untuk bisa bicara dengan Daddy tadi kan ?"
"Arthur, !" seru Anggun yang baru saja datang.
"CK , kenapa Mommy lama sekali sih ? apa Mommy tahu, Arthur hampir saja berubah jadi lumut tadi!" ucap Arthur dengan berkacak pinggang. Anggun tergelak mendengarkannya, Putranya itu selalu saja jadi hiper bola.
"Ya sudah kita pulang , oke ?!"
"Lets go ..!!" seru Arthur lalu berjalan duluan, Seakan dia sudah tahu jalan ke rumah saja. Anggun terkekeh dengan tingkah menggemaskan putranya.