Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert Group.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proyek Mustahil
Proyek Diamond Star. Nama itu saja sudah cukup membuat bulu kuduk karyawan Albert Group merinding. Proyek yang dianggap mustahil, sebuah tantangan yang bahkan para senior pun enggan untuk disentuh. Terlalu rumit, terlalu banyak kendala, dan tenggat waktunya yang super ketat. Namun, suatu hari David Albert, CEO Albert Group, dengan senyum misteriusnya, menyerahkan proyek tersebut kepada Alya.
"Alya," kata David, suaranya tenang namun penuh tantangan. "Saya ingin Anda menangani proyek Diamond Star."
Alya terdiam sejenak, matanya melebar. Ia sudah mendengar tentang proyek ini, dan nama Diamond Star sudah menjadi legenda buruk di kalangan karyawan. Proyek yang bahkan banyak senior merasa terlalu rumit dan berisiko untuk dijalankan.
"Proyek Diamond Star, Bapak Albert?" tanyanya, sedikit ragu, berusaha menahan kecemasan yang mulai merayap. "Itu… proyek yang sangat sulit."
David tersenyum tipis, senyum yang penuh arti. "Saya tahu, Alya," katanya, "Tapi saya percaya Anda bisa melakukannya."
Alya mengerutkan kening, merasa sedikit tertekan. Ia tahu bahwa David sangat mempercayainya, tetapi proyek ini begitu kompleks, penuh dengan tantangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, satu hal yang pasti, jika ia bisa mengatasi proyek ini, ia akan membuktikan kemampuannya kepada seluruh perusahaan.
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Baiklah, Bapak Albert," jawabnya, suaranya penuh tekad, "Saya akan menerima tantangan ini."
David mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Saya akan memberikan Anda semua sumber daya yang Anda butuhkan," katanya, "Tetapi ingat, waktu sangat terbatas."
Setelah pertemuan itu, Alya langsung tenggelam dalam tugas berat yang ada di depan mata. Ia mempelajari setiap dokumen proyek Diamond Star dengan seksama, berusaha memahami seluruh rincian yang ada. Tak dapat disangkal, proyek ini memang sangat rumit, penuh dengan berbagai kendala teknis dan administratif yang harus diselesaikan. Masalah koordinasi antara berbagai departemen juga menjadi penghalang besar.
Beberapa kali, Alya merasa putus asa, tetapi tekadnya untuk membuktikan bahwa ia mampu menuntaskan proyek ini lebih kuat dari rasa takut atau cemas. Setelah beberapa hari bekerja tanpa henti, Alya akhirnya menyadari bahwa ia tidak akan bisa melakukannya sendirian.
Alya menghubungi beberapa karyawan senior, termasuk Ibu Ratna dan Pak Budi, yang selama ini selalu bersikap dingin padanya. Kedua orang ini memang sudah sangat berpengalaman, tetapi mereka terkenal sangat berhati-hati dan cenderung jarang bekerja sama dengan orang lain.
"Ibu Ratna, Pak Budi," kata Alya, suaranya terdengar ramah namun tegas. "Saya membutuhkan bantuan Anda untuk proyek Diamond Star."
Ibu Ratna dan Pak Budi saling berpandangan. Mata mereka menunjukkan keraguan, seperti tidak yakin apakah mereka harus terlibat. Ibu Ratna mengangkat alisnya dan berkata dengan nada sinis, "Proyek Diamond Star? Anda yakin bisa menyelesaikannya, Alya?"
Alya menatap mereka dengan serius. "Saya yakin," jawabnya, "Tapi saya tidak bisa mengerjakannya sendiri. Proyek ini terlalu besar dan terlalu rumit. Saya membutuhkan bantuan kalian."
Setelah beberapa saat penuh keheningan, Pak Budi mengangguk. "Baiklah," katanya dengan suara berat, "Kami akan membantu Anda, tapi hanya karena kami tahu betapa sulitnya proyek ini."
Ibu Ratna pun akhirnya mengangguk pelan. "Kami akan ikut bergabung, tetapi kita harus bekerja dengan cepat dan efisien."
Mereka pun mulai bekerja bersama, dan tak lama kemudian suasana di ruang kerja mulai berubah. Ibu Ratna, Pak Budi, dan Alya mulai berkolaborasi dengan cara yang tak pernah mereka lakukan sebelumnya. Meskipun awalnya canggung, mereka mulai saling memahami satu sama lain. Alya membawa ide-ide segar dan solusi kreatif, sementara Ibu Ratna dengan ketelitiannya memastikan semua detail proyek terlaksana dengan sempurna. Pak Budi yang memiliki kemampuan analisis yang tajam pun berhasil menemukan banyak kesalahan kecil yang hampir terlewatkan.
Alya memimpin rapat-rapat tim dengan penuh semangat, mendorong setiap orang untuk berpikir di luar kebiasaan dan mencari solusi cepat. Mereka mulai bekerja lembur, bahkan sampai larut malam. Di tengah kelelahan, Alya dan timnya memesan pizza dan minuman ringan untuk mengisi tenaga. Mereka bercanda, saling berbagi cerita, dan saling menyemangati. Suasana yang dulunya tegang di ruang kerja Albert Group mulai mencair, dan perasaan tim yang sebelumnya terpisah kini menjadi lebih kompak.
"Ibu Ratna, Pak Budi, kalian luar biasa!" kata Alya sambil tersenyum lebar, meskipun lelah. "Kita hampir selesai. Kita bisa melakukannya!"
Mereka semua tertawa lelah, namun penuh kepuasan. Setelah beberapa minggu kerja keras, akhirnya mereka berhasil menyelesaikan proyek Diamond Star tepat waktu. Mereka mengirimkan hasilnya ke klien, dan tanggapan yang mereka terima sungguh memuaskan. Klien sangat puas dengan hasil kerja mereka, bahkan memberikan pujian yang sangat tinggi atas pencapaian yang luar biasa tersebut.
Hari setelah proyek selesai, David Albert memanggil Alya dan timnya ke ruangannya. Ketika mereka semua masuk, David sudah menunggu di mejanya dengan ekspresi serius namun terlihat lebih hangat daripada biasanya.
"Alya," kata David, suaranya terdengar bangga, "Anda telah melakukan pekerjaan yang luar biasa."
Alya merasa lega mendengar kata-kata itu. "Terima kasih, Pak," jawabnya sambil tersenyum. "Kami semua bekerja keras untuk mencapai hasil ini."
David mengangguk, tatapannya penuh penghargaan. "Saya tahu," katanya, "Saya juga melihat bagaimana Anda bekerja sama dengan Ibu Ratna dan Pak Budi. Saya bangga dengan Anda semua. Ini adalah hasil kerja sama tim yang sangat baik."
"Terima kasih, Pak," kata Ibu Ratna dan Pak Budi bersamaan. Mereka juga tampak bangga dengan pencapaian yang telah mereka raih bersama Alya. "Kami berusaha sebaik mungkin."
David tersenyum dan menyandarkan tubuhnya di kursi. "Baiklah, Alya," katanya sambil menatap Alya dengan tatapan yang lebih hangat. "Sebagai penghargaan atas prestasi Anda dalam proyek ini, saya ingin memberikan bonus khusus."
Alya terkejut. "Bonus, Pak?" Ia merasa tidak percaya. "Saya sangat menghargai itu, Pak."
"Saya ingin Anda mempertimbangkan untuk menghabiskan waktu liburan di Bali selama seminggu," kata David dengan nada yang lebih lembut. "Biaya perjalanan dan penginapan akan ditanggung oleh perusahaan."
Alya terdiam, tidak percaya dengan tawaran itu. "Wah, terima kasih banyak, Pak! Ini hadiah yang luar biasa!" jawab Alya dengan wajah cerah, penuh kebahagiaan.
David tersenyum lebar. "Anda pantas mendapatkannya, Alya. Nikmati liburan Anda, dan kembalilah dengan semangat baru."
Alya merasa sangat terharu. Selama ini, ia selalu merasa bahwa pekerjaannya tidak pernah cukup dihargai. Namun, hari ini, semua kerja keras dan tekadnya telah membuahkan hasil yang luar biasa. Ia tahu, perjalanan masih panjang, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa tantangan apapun bisa dihadapi.