Fahira Salsabila, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai satu anak perempuan bernama Yumna Arsyila.
Dia yang berstatus janda dinikahi oleh seorang pria yang bekerja sebagai Manager perusahaan ternama yang bernama Arka Ardinatha karena dijodohkan oleh orangtua Arka.
Fahira dinikahi tapi tak pernah disentuh oleh suaminya sampai dua tahun lamanya hanya dengan alasan tidak mencintainya.
Lalu bagaimana dengan perasaan Fahira yang tulus padanya, Apakah Fahira akan tetap terus bertahan dengan siksa batinnya ?
Atau justru dia akan pergi meninggalkan Arka ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Tak Tersentuh
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 4
Satu minggu berlalu, Pak Wira dan Bu Dewi pagi ini pamit pulang ke Jogja menggunakan Travel yang sudah dipesan oleh Arka. Karena ini hari minggu, Arka libur kerja dan bisa mengantar orangtua nya yang akan pulang.
"Itu Bu Travelnya sudah datang.." kata Arka sambil membawakan koper orangtuanya di bagasi Travel.
Bu Dewi dan Pak Wira berdiri dari duduknya dan berpamitan dengan Fahira juga Yumna yang selalu berada di samping Bundanya.
"Ibu pulang dulu ya nak, ingat pesan Ibu kemarin. Jika suamimu macam-macam, jangan sungkan bilang sama Ibu dan Bapak. Biar nanti Ibu yang kasih pelajaran buat dia." ujar Bu Dewi sedikit berbisik agar Arka tidak mendengarnya.
"Iya Bu, Fahira akan selalu mengingat pesan Ibu.." sahut Fahira tersenyum.
Setelah drama berpelukan dan berpamitan dengan menantu juga cucunya, kini kedua orangtua Arka sudah masuk ke dalam mobil Travel untuk melakukan perjalanan pulang ke Jogja.
*
Fahira sudah menyiapkan beberapa masakan untuk makan siang, Fahira lalu melangkah menuju kamarnya untuk menyuruh suaminya itu makan.
Baru satu langkah dia berjalan, Fahira sudah melihat Arka bersiap untuk pergi. Padahal ini hari minggu, tidak ada pekerjaan apapun dikantor.
"Mau kemana Mas ?" tanya Fahira melangkah mendekati Arka.
"Keluar.."
"Makan siang dulu Mas, aku sudah masakin telor balado kesukaanmu." tawar Fahira dengan ramah seperti biasanya.
"Nggak, kau makan saja sendiri. Aku nggak lapar."
Fahira yang melihat sikap Arka kembali seperti semula, hatinya terasa begitu ngilu bak di sayat pisau berkarat.
Fahira kembali mendekat menghadap Arka yang masih memakai sepatunya di sofa. Fahira laku duduk disamping Arka dan mengajaknya bicara.
"Kau sebenarnya kenapa Mas ? Apa salahku ? Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini ? Tidak sudikah kau sedikit saja memberikan ku kesempatan untuk lebih pantas dicintai olehmu ?" Ujar Fahira hampir meneteskan air matanya.
Arka yang mendengar ucapan Fahira disamping nya hanya menatapnya sekilas dan kembali mengikat tali sepatunya.
"Nggak usah drama Fahira, sejak awal aku sudah memberitahu mu. Aku nggak akan pernah bisa mencintaimu." sahut Arka kemudian berdiri akan melangkah pergi.
"Jika kau tidak bisa mencintaiku kenapa kau menerima perjodohan dari orangtua mu Arka ! Kau pikir aku hanya boneka yang bisa kau permainkan begitu saja ! Aku juga punya perasaan !"
Fahira berteriak hingga membuat Yumna berlari menghampiri sang Bunda dan memeluk pahanya karena takut.
Sedangkan Arka yang mendengar Fahira berteriak padanya tak terima. Arka menatap Fahira dengan begitu tajam dan menyahut ucapannya.
"Kenapa ! Kau tidak suka ! sudah ku katakan sejak awal, jangan berharap lebih padaku ! Sekali aku bilang tidak bisa mencintaimu maka tetap tidak bisa ! Paham !"
Arka membalas teriakan Fahira dan melangkah pergi meninggalkan nya begitu saja. Fahira yang sudah melihat kepergian suaminya runtuh seketika menangis sejadi-jadinya.
Yumna yang melihat itu memeluk sang Bunda dan ikut menangis dipelukannya. Hati Fahira begitu sakit, dia ingin sekali pergi. Tapi melihat kebaikan kedua mertuanya yang selama ini selalu membantunya, membuat dirinya sulit untuk pergi.
*
Malam hari, jam satu dini hari. Mobil Arka memasuki halaman rumahnya. Arka membuka pintu mobil nya sempoyongan karena terlalu mabuk.
Dia membawa seorang wanita kerumahnya, wanita itu membantu Arka menyetir mobilnya karena Arka sudah tidak mampu menyetir. Wanita itu yang bernama Kiara mengalungkan lengan Arka dilehernya dan membantunya berjalan.
Tak lama Arka sudah berbaring di atas kasurnya dibantu Kiara yang membawanya masuk. Sedangkan Kiara yang sudah membawanya ke kamar, dia kembali berdiri lalu melangkah akan pergi. Saat baru satu langkah, tangannya ditahan oleh Arka agar tidak pergi meninggalkannya.
"Temani aku disini.." ujar Arka dengan suara mabuk nya.
Sedangkan Kiara yang ditahan kembali duduk disamping Arka. Dia mengusap kepala Arka dengan lembut dan mengecupnya singkat.
"Sayang, aku sangat mencintaimu. Tapi kenapa kau menikahinya ? Bukan menikahiku ?" lirih Kiara berbisik di depan wajah Arka.
Arka yang belum sepenuhnya tidur, dia membuka matanya dan menatap Kiara di depan matanya menjawab ucapan kekasihnya itu.
"Aku tidak mencintainya sayang, bahkan menyentuh seujung jari pun tak pernah aku lakukan. Aku hanya mencintaimu.."
Keduanya kini saling berciuman dan saling memagut lidah di kamar Arka. Keduanya kembali melakukan adegan panas untuk yang ke beberapa kalinya.
Arka yang tadi siang pergi, dia menemui kekasihnya Kiara dan membawanya ke Hotel untuk bercinta seharian disana.
Fahira yang tertidur pulas, merasa terusik dengan suara desahan seorang wanita yang samar-samar dia dengar dari kamarnya. Fahira mengerutkan keningnya, duduk bersandar menatap Yumna yang masih tertidur, dan dia bangkit melangkah perlahan agar tidak menimbulkan suara.
Fahira membuka pintunya dengan sangat pelan, dia mencari sumber suara yang ia dengar semakin keras ditelinganya. Fahira melongokkan kepalanya dibalik pintu kamar Arka yang sedikit terbuka.
Fahira melihat adegan sang suami dan seorang wanita dikamar itu dengan begitu mesranya membuat matanya membola seketika. Fahira berbalik menutup mulut dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya.
Fahira seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat, dia kembali menoleh memastikan apa itu benar suaminya, dan ternyata benar. Fahira melangkah memasuki kamarnya dengan mata yang sudah merah padam menahan sebak di dadanya.
Dada Fahira serasa di himpit batu besar, nafasnya begitu terasa sesak. Dia merasakan sakit yang luar biasa di dalam relung jiwanya. Fahira ingin sekali berteriak menangis sekencang-kencangnya namun itu tidak bisa ia lakukan.
Dia akhirnya berlari memasuki kamar mandi, dan menguncinya dari dalam. Di buka nya kran shower dan dia terduduk lemas menghujani tubuhnya diatas shower yang begitu dingin agar sedikit menetralkan panas hatinya yang sakit seakan terbakar.
Fahira menangis sejadi-jadinya dibawah guyuran air shower. Tak menyangka, suami yang sangat dia cintai berani menghianatinya membawa wanita lain di atas ranjangnya. Sungguh miris..
*
Arka terbangun dengan posisi telanjang bulat ditutupi selimut dan disampingnya ada Kiara yang menjadikan dada Arka sebagai bantal.
Arka terkejut setelah melihat ada Kiara disampingnya. Dia mengedarkan pandangannya menatap keseluruh ruangan ternyata berada dikamarnya.
"Ah, pusing sekali kepalaku. Sepertinya semalam aku mabuk berat."
Arka bergumam hingga membuat Kiara terbangun. Kiara bangkit perlahan dan duduk sebentar lalu mencium pipi Arka sekilas kemudian beranjak dari kasurnya.
"Bangunlah, sudah siang ? Aku mandi dulu ya ?" kata Kiara tersenyum padanya meninggalkan Arka ke kamar mandi.
Arka yang masih menetralkan rasa pusingnya, terduduk bersandar disandaran kasurnya menatap ke sembarang arah sambil memijat kepalanya yang terasa sangat berat.
*
Sedangkan Fahira yang sudah tenang, seakan tak terjadi apa-apa bersiap menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Yumna saja. Karena memasak untuk suaminya juga percuma, dia tidak akan mau menyentuhnya.
Fahira yang sedang menyuapi Yumna tak sengaja melihat Arka keluar dari kamarnya sedang bercanda dengan Kiara. Hatinya masih sakit, namun dia berusaha tetap terlihat baik-baik saja.
Arka memeluk pinggang Kiara mendekati meja makan untuk sarapan bersama. Namun melihat meja nya tak ada apapun, hanya ada roti tawar dan beberapa selai bertanya pada Fahira.
"Kamu nggak masak Fahira ?" tanya Arka.
Fahira yang sedang menyuapi Yumna hanya meliriknya sekilas dan menyahutnya singkat.
"Nggak.." sahut Fahira ketus.
"Kenapa ? Apa bahan makanannya habis ?" tanya Arka lagi karena memang merasa sangat lapar habis bertempur dengan Kiara semalam.
"Masih ada.." sahut Fahira lagi datar tanpa ekspresi.
"Lalu ? Kenapa nggak masak ?"
"Bukannya kau tidak menyukai masakanku ? Setiap aku tawari juga kau selalu menolak ? Jadi untuk apa aku capek-capek masak ?"
Fahira menyahutnya dengan nada kesal hingga membuat Arka emosi. Dia melirik Kiara sekilas dan kembali bicara dengan Fahira.
"Buatkan makanan untukku, aku lapar.." perintah Arka lalu duduk di meja makan di ikuti Kiara.
"Kau pikir aku pembantumu ? Buat saja sendiri.. Ayo Yumna.."
Fahira berdiri menggandeng tangan Yumna melangkah masuk ke kamar meninggalkan mereka berdua di meja makan. Fahira lalu membanting pintu kamar itu dengan sangat keras hingga membuat bahu Kiara terjungkat kaget.
Arka berdiri dari kursinya dan melangkah lebar ingin menggedor pintu kamar Fahira, baru beberapa langkah, tangannya ditahan oleh Kiara agar tidak terbawa emosi.
"Hey sayang, sudah biarkan saja. Kita makan diluar saja, lagian kamu juga udah telat berangkat ke kantor. Yuk ?"
Kiara menahan Arka dan mengusap lengannya agar tidak terbawa emosi oleh ulah Fahira yang meninggalkannya dimeja makan begitu saja. Kini akhirnya Arka menuruti saran dari Kiara untuk pergi dari rumah sebelum dirinya terlambat ke kantor.
Sedangkan Fahira menangis memeluk Yumna dengan eratnya, dirinya ingin pergi. Namun Fahira kembali mengingat sumpah janjinya yang ingin membuat Arka bertekuk lutut dihadapannya, hingga akhirnya dia kembali memilih menahan rasa sakit itu sendirian.
...----------------...
Bersambung...