Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Hari yang membawa Luka
Pagi itu, Kinanti bangun dengan senyuman di wajahnya. Dia merasa bahagia memikirkan masa depannya bersama Fabio, pria yang sudah lama ia cintai. Pernikahan mereka tinggal beberapa minggu lagi, dan Kinanti sudah membayangkan hari-hari indah yang akan mereka jalani bersama. Dengan semangat, ia mengenakan seragam kerja pabrik, lalu menaiki angkot seperti biasa. Perjalanan ke pabrik terasa lebih cerah hari itu.
Setibanya di pabrik, suasana khas yang ramai menyambutnya, suara mesin-mesin besar bercampur dengan hiruk-pikuk para pekerja. Kinanti menjalani tugasnya dengan tekun, wajahnya berseri-seri, membuat beberapa rekan kerjanya bertanya-tanya tentang kebahagiaannya. "Kinan, wajahmu cerah sekali hari ini. Pasti karena calon suamimu, ya?" canda seorang teman. Kinanti hanya tersenyum malu.
Namun, tanpa sepengetahuan Kinanti, di rumah orang tuanya, Fabio, calon suaminya, datang bersama ibunya. Wajah Fabio tampak tegang, sementara ibunya menatap dengan pandangan tajam. Mereka langsung duduk di ruang tamu, dan suasana berubah dingin.
“Pak, Bu,” Fabio memulai, “Saya harus jujur. Saya datang hari ini untuk membatalkan pernikahan kami.”
Orang tua Kinanti terkejut. Ibunya langsung bertanya, “Kenapa, Nak? Apa ada masalah di antara kalian?”
Ibu Fabio yang angkuh segera angkat bicara. “Bukan masalah kecil, Bu. Fabio berasal dari keluarga ningrat, dan kami sudah menentukan pasangan yang sesuai untuknya. Kinanti tidak sepadan. Dia hanya gadis biasa yang bekerja di pabrik. Itu tidak pantas untuk keluarga kami.”
Kata-kata itu terasa seperti duri yang menghujam hati orang tua Kinanti. Mereka hanya bisa diam, tak mampu membalas. Fabio menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah kedua orang tua itu. "Maafkan saya, Pak, Bu. Saya tidak punya pilihan," ujarnya lemah.
Sore itu, ketika Kinanti pulang, ia melihat wajah ibunya yang sembab dan ayahnya yang termenung di ruang tamu. Dengan hati-hati, ia bertanya, “Ada apa, Bu? Ayah, kenapa murung?”
Sang ibu hanya memeluknya erat sambil menangis. Ayahnya mencoba bicara, suaranya bergetar, “Fabio... dia membatalkan pernikahanmu, Nak. Dia bilang kamu tidak pantas untuk keluarganya.”
Kinanti tertegun. Dunia yang sebelumnya terasa indah seolah runtuh dalam sekejap. Air mata mulai mengalir di pipinya, tetapi dia menahan tangisnya agar tidak pecah. Dengan suara bergetar, ia bertanya, “Hanya karena aku orang biasa, Ayah?”
Orang tuanya hanya mengangguk, tak sanggup berkata lebih. Malam itu, Kinanti duduk sendiri di kamar, memandang undangan pernikahannya yang belum sempat dibagikan. Hatinya hancur, tetapi ia bertekad bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Kinanti tahu, meski ia hanyalah gadis biasa, dirinya memiliki harga diri yang jauh lebih tinggi daripada sekadar status ningrat atau harta.
"Tega sekali mas Fabio memutuskan hubungan disaat semua tinggal selangkah lagi, hiks hiks."Kinanti terisak menangis tertahan, dia berusaha menahan tangisnya yang pecah berurai airmata. Dikamar nya yang sederhana. "Apa salahku mas, kenapa , kenapa...."Kinan menutup mulutnya ,ingin rasanya dia berteriak saat ini.
Hari itu adalah awal dari perjalanan Kinanti untuk membuktikan bahwa kebahagiaan tidak hanya berasal dari cinta yang gagal, tetapi dari bagaimana ia membangun kembali hidupnya.
Setelah kabar batalnya pernikahan Kinanti dan Fabio ,para tetangga Kinan tak ayal mencibir bahkan semakin menyudutkan Kinan bahwa dia akan sial seumur hidup dan sulit mendapat jodoh . "Hei, dengar enggak, kabar kalau si Kinan anak paka Karyo enggak jadi nikah, padahal katanya sih tinggal sebentar lagi."ucap salah satu tetangga Kinan.
"Iya, Aku dengar itu, bahkan katanya sudah hampir dekat dan tinggal sebulan lagi, kasian juga ya ..."ucap seorang ibu paruh baya.
"Yang jelas, si Kinan bakal sial, dan tidak akan mendapatkan jodoh kalau gagal nikah, biasanya begitu."ujar salah satu tetangga kinan bernama Wati.
Pertemuan yang Mengubah Segalanya
Di kamar rumahnya yang rapi, Fabio berdiri di depan cermin besar, merapikan kemeja mahal yang ia kenakan. Ia terlihat bersemangat, bahkan senyuman kecil tersirat di wajahnya. Hari ini, ia akan menemui Citra, mantan kekasih yang dulu ia cintai, namun hubungan mereka sempat terhenti karena Citra harus melanjutkan studinya di luar negeri. Kini, Citra telah kembali, dan Fabio merasa ada peluang untuk menghidupkan kembali hubungan mereka.
Fabio tahu, keputusan ini berisiko. Ia telah membatalkan pernikahannya dengan Kinanti, gadis sederhana yang tulus mencintainya. Namun, hatinya kini sepenuhnya tertuju pada Citra, wanita yang dianggapnya sepadan dengan dirinya—berpendidikan tinggi, cantik, dan berasal dari keluarga terpandang.
Setelah merasa puas dengan penampilannya, Fabio keluar dan melajukan mobilnya menuju sebuah kafe mewah di pusat kota, tempat ia berjanji bertemu dengan Citra. Sepanjang perjalanan, pikirannya berputar-putar tentang percakapan yang akan mereka lakukan.
Sementara itu, di sisi lain, Kinanti baru saja selesai bekerja di pabrik. Ia merasa ada yang aneh ketika salah satu temannya berkata, “Kinan, tadi aku lihat calon suamimu. Dia masuk ke sebuah kafe sama wanita cantik. Mirip Citra, sepupumu.”
Kinanti terdiam, hatinya tersayat. Sepupunya, Citra, berasal dari keluarga yang lebih mapan. Meski masih kerabat, kehidupan mereka berbeda jauh. Keluarga Citra tinggal di rumah besar dan memiliki gaya hidup serba mewah, sementara keluarga Kinanti hidup pas-pasan. Citra juga dikenal memiliki sifat angkuh, meski sering tersenyum di depan orang lain.
Fabio tiba di kafe tepat waktu, dan Citra sudah menunggunya. Dia tampak anggun dalam balutan gaun berwarna pastel, dengan senyuman yang memikat. Fabio merasa jantungnya berdebar melihat wanita yang dulu sempat ia cintai.
“Citra, lama sekali kita tak bertemu,” ujar Fabio sambil menarik kursi dan duduk di hadapan Citra.
“Ya, Fabio. Dunia memang kecil, ya? Aku dengar kamu hampir menikah,” balas Citra dengan nada ringan, meskipun senyum sinis tersirat di wajahnya.
Fabio menghela napas. “Iya, aku membatalkannya. Aku rasa itu keputusan yang tepat. Aku dan dia tidak sepadan.”
Citra tertawa kecil. “Ah, kamu memang selalu punya standar tinggi, Fabio. Jadi, apa yang membawamu ke sini?”
"Tentu saja seorang gadis cantik dan menarik sepertimu!" Fabio mengangkat kedua alisnya.
"Ha ha ha, kamu bisa saja ."Mereka berdua tertawa bersama.
Percakapan mereka terus mengalir, penuh nostalgia dan canda tawa. Fabio merasa semakin yakin bahwa Citra adalah wanita yang tepat untuknya, seseorang yang bisa mengangkat martabatnya dan keluarganya. Namun, di balik senyuman Citra, ada rencana terselubung.
Citra tahu bahwa dengan mendekati Fabio, ia bisa menunjukkan pada keluarganya, terutama Kinanti, bahwa ia selalu lebih unggul dalam segala hal. Ia ingin memastikan bahwa kesenjangan antara mereka semakin terlihat.
"Lihat saja Kinan, kini akulah pemenangnya. "Batin Citra.
Sore itu menjadi awal dari hubungan baru antara Fabio dan Citra, hubungan yang didasari bukan hanya oleh cinta, tetapi juga ambisi dan kebanggaan. Namun, tanpa mereka sadari, keputusan ini akan membawa konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.
Bagaimana perasaan Kinan setelah mengetahui hal ini dan apa yang akan dilakukannya ?
di awal minggu depan mulai pindah ke kantor pusat... ternyata mbulettt
di awal nenek lastri.. sekarang nenek parwati.. 😇😇😇
nyong mandan bingung kiye...