NovelToon NovelToon
AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Angst
Popularitas:267.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”

Nur Amala meremat potret tunangannya yang sedang mengecup pucuk kepala wanita lain, hatinya hancur bagaikan serpihan kaca.

Sang tunangan tega mendua, padahal hari pernikahan mereka sudah didepan mata.

Dia tak ubahnya seperti 'Habis manis sepah di buang'.

Lima tahun ia setia menemani, dan menanti sang tunangan menyelesaikan studinya sampai menjadi seorang PNS. Begitu berhasil, dia yang dicampakkan.

Bukan hanya itu saja, Nur Amala kembali dihantam kenyataan pahit. Ternyata yang menjadi selingkuhan tunangannya tidak lain ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

“Perkenalkan, nama saya Hendi. Warga kampung Pertanian.”

Pria tadi mengulurkan tinggi tangannya, ia berdiri di samping undakan tangga dapur.

Amala menangkupkan tangannya. “Amala.”

Hendi segera menarik lagi tangannya, ia mengusap tengkuk yang tak gatal guna menutupi rasa malu. Baru kali ini ada seorang wanita menolak jabat tangan dengannya.

“Nama panjang kamu, Nur Amala ‘kan?” ia masih berusaha menarik perhatian sosok yang sedari tadi terkesan dingin.

Amala mengangguk singkat, ia enggan menatap orang asing yang sok akrab.

“Boleh saya panggil Nur, tidak?” tawarnya begitu lancang memandangi wajah Amala.

“Tidak. Hanya almarhum bapak saya yang boleh memanggil nama itu,” sungguh dia merasa risih.

Kecanggungan pun begitu terasa, sampai sosok paruh baya menghampiri mereka.

“Ternyata Nak Hendi sudah sampai, ayo masuk dulu!” Mak Syam mempersilahkan Hendi memasuki bangunan rumahnya dari arah dapur, ia ikut masuk juga.

Amala mundur ke samping, membiarkan sang ibu membawa tamu nya ke ruang tamu.

Amala tersenyum sinis, dia tak bodoh. Tanpa bertanya pun bisa menebak maksud ibunya, bila hanya tamu biasa tidak mungkin di suruh masuk lewat pintu belakang.

Mak Syam menepuk pundak putrinya. “Jangan melamun, Nak. Tolong buatkan kopi hitam untuk Nak Hendi! Tadi dia yang membantu Mamak panen sisa jahe.”

“Iya,” jawab Amala singkat, tangannya begitu cekatan membuat secangkir kopi.

“Ini, Mak.” Amala memberikan nampan ke ibunya yang sedari tadi menunggu.

Mak Syam mendorong punggung Amala. “Ayo ikut Mamak ke depan!”

“Terima kasih ya, Amala. Maaf sudah merepotkan,” begitu santun tutur katanya sambil melirik Amala yang menghidangkan minum beserta camilan.

Amala kembali mengangguk singkat. Kalau bisa, rasanya ingin sekali mengusir laki-laki ini.

Namun, sang ibu terlihat begitu gigih agar dirinya mengakrabkan diri.

Mak Syam membuka separuh pintu depan, ia tidak mau sampai timbul fitnah kalau sang putri duduk berdua dalam satu ruangan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.

“Ya sudah, Mamak tinggal ke sumur dulu ya. Kalian mengobrol lah!” Mak Syam hanya menatap Hendi, tidak berani memandang tatapan tajam Amala.

Mau tak mau, Amala duduk di sofa seberang Hendi.

Selepas Mak Syam keluar dari rumah, di ruang tamu hanya ada keheningan. Amala masih senantiasa menutup rapat mulutnya.

“Saya dengar kamu membuka usaha catering ya, Amala?” tanyanya basa-basi.

“Bukan catering, hanya penjual keliling,” jawab Amala.

“Sama saja itu. Sekarang masih kecil-kecilan, siapa tahu kedepannya menjadi bisnis yang menjanjikan,” ia mengulas senyum hangat supaya Amala terpesona berujung terpikat.

“Sejak kapan mengenal ibu ku?” Amala enggan menanggapi ucapan Hendi.

“Belum lama, tetapi orang tua kita saling kenal dekat. Mak Syam sering sekali bercerita tentang dirimu, Beliau selalu membanggakan anak sulungnya yang pintar cari uang.”

Dalam diamnya dan masih tertunduk, kening Amala berkerut. Kita, uang, dua kata itu membuatnya menyeringai sinis.

“Oh ya … malam minggu besok ada tontonan layar tancap di kampung kami, kamu mau tidak kalau saya ajak menonton bersama?” ucap Hendi begitu gamblang, ia kemudian menyeruput kopi buatan Amala. “Manisnya pas, seperti yang buat.”

“Boleh saya tahu, sebelumnya di mana Anda tinggal?” Amala mendongak menatap lawan bicaranya, sungguh ia mulai muak. Pria ini begitu lancang.

“Panggil Mas saja ya, biar akrab … sebelumnya saya tinggal di ibukota provinsi selama 5 tahun. Baru dua bulan ini memutuskan kembali ke kampung halaman biar bisa menemani masa tua ibuk,” Hendi menatap dalam netra Amala yang mempesona.

“Oh ….”

Diam-diam Hendi tersenyum, ia terpesona sekaligus tertantang dengan sikap Amala yang begitu dingin sekaligus misterius. Dia sungguh menyukai wanita yang sulit di taklukkan.

Tak berselang lama, Hendi pun pulang.

                ***

“Amala, bagaimana kesanmu setelah bertemu Nak Hendi?” tanya Mak Syam. Mereka baru saja selesai makan malam.

Amala menumpuk piring kotor, dan menaruhnya di ember besar. Besok pagi baru dicuci, ia kemudian mencuci kedua tangannya.

“Dia kah calon suami Amala selanjutnya, Mak?” Amala balik bertanya.

Uhuk.

Mak Syam terbatuk akibat menelan air liurnya sendiri, begitu terkejut oleh pertanyaan Amala yang langsung pada intinya.

Mak Syam menatap punggung sang anak yang merapikan meja makan. “Dia sosok yang baik, Amala. Suka membantu Mamak di ladang, orangnya juga ramah, tutur katanya sopan dan terjaga.”

“Tidak jauh berbeda bila disandingkan dengan Yasir, dulu dia juga seperti yang Mamak bilang tadi. Tapi, nyatanya _”

“Hendi berbeda dari Yasir, Nak. Percaya sama Mamak! Dia pemuda baik-baik dari keluarga sederhana, satu suku pula. Setara dengan kita,” sela Mak Syam.

“Apa statusnya?” melihat bagaimana luwesnya pria tadi, ia yakin kalau Hendi sudah berpengalaman berinteraksi dengan wanita.

“Duda tanpa anak. Istrinya menceraikannya dikarenakan tidak tahan hidup susah, biasalah wanita kota," bela Mak Syam.

Amala kembali duduk di hadapan sang ibu, menatap serius wajah yang sudah memiliki garis keriput. “Mamak yakin? Kita tidak boleh menelan mentah-mentah cerita yang hanya dari satu sisi saja. Bisa jadi dia seorang pemalas, makanya istrinya menggugat cerai.”

“Hust, nggak boleh ber suudzon begitu,” dengus Mak Syam tak suka.

“Apa yang membuat Mamak yakin betul, kalau dia sosok yang tepat buat Amala?”

“Dia pernah gagal dalam pernikahannya, biasanya orang seperti itu banyak belajar dari pengalaman, supaya lebih hati-hati bila berkeluarga lagi. Hendi juga tidak berpendidikan tinggi. Jadi, tidak ada namanya perbandingan derajat.”

"Apakah menurut Mamak, wanita seperti Amala ini hanya cocok bersanding dengan pria yang sama kastanya dengan kita?" tanyanya lirih.

"Bukan seperti itu, Nak. Mamak hanya tidak ingin kejadian Yasir terulang lagi. Kau harus sadar diri akan posisi kita, agar tak lagi merasakan sakit yang sama," lirih Mak Syam, sorot matanya sudah berkaca-kaca.

Amala menghela napas berat. “Tidakkah ini terlalu cepat, Mak? Baru empat bulan Amala gagal dalam hubungan yang kemarin. Apa kata orang nanti?”

"Jangan dengarkan omongan orang, Amala! Kita hidup bukan untuk dinilai oleh mereka. Yang terpenting tidak menyusahkan apalagi merugikan orang lain!” tegas Mak Syam.

Amala mendengus sambil menggeleng kepala. Ia berdiri membuka hijabnya dan menggantungkan di paku belakang pintu dapur.

“Bukankah apa yang sedang Mamak rencanakan ini, hasil dari mulut orang? Amala yakin, Mamak terusik oleh mulut-mulut sumbang yang mencemooh bahkan mencap Amala sebagai perawan tua, wanita tak pandai menjaga pasangannya, iya ‘kan?”

Deg.

Tepat, tebakan Amala benar. Mak Syam tidak tahan oleh mulut julid yang menghakimi anak sulungnya.

‘Bukan hanya itu saja Nak. Mamak harus gerak cepat sebelum keluarga Nyak Zainab kembali melamar mu. Maafkan Mamak Amala, ini semua demi kebaikan mu,’ batin Mak Syam berkata pilu.

Melihat gelagat Wahyuni dan juga Agam, Mak Syam meyakini kalau mereka kembali berkeinginan meminang putri sulungnya. Maka dari itu ketika ibunya Hendi mengusulkan perjodohan, langsung menyetujui.

“Jika, Amala menerima perjodohan ini, apakah Mamak bahagia …?”

.

.

Bersambung.

Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih bagi yang sudah sabar dan tertib membaca setiap bab nya🙏. Dukungan Kakak semuanya sungguh berarti ❤️🤍

Salam hangat dari saya ... Cublik ❤️‍🔥

1
Fatmawatiiska Fatmawatiiska
semangat kk,aku nungguin lho, cap cup cup,sama misua aja kk🤣🤣🤣,dable up ya🙏🏻🙏🏻
BigDeal
pake helm rani, malu.
Sugiharti Rusli
si Tia sama Dhien memang kompak yah dan biang usil kali mereka😅😅😅
BigDeal
ngaku² 🤣
BigDeal
tia, tos dulu kita.
Lala Kusumah
pastinya malu tuh si Rani 😂😂🤭
BigDeal
mode penjilat ON
BigDeal
HUAHAHAHHAHA
BigDeal
bagus dhien ang ang ang ang 🤣
BigDeal
ketimbang elu, ngembat milik kakak sendiri lalu tinggal di daerah yg sama.
BigDeal
ngapa? kau nak rampas juga? pernah kena sebat pakai ekor pari kau nirma? sini,
BigDeal
yaiyalah wong di ucapin kakaknya bener semua 🤣
Ponikem Pemalang
lanjut thour....
Nisa Ramadani
wkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk wkwekwkkwwkkwkwk
bu bidan mati kutu
charis@ŕŕa
jangan bergantung dong lanjut gemes q
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendiri
lanjuuuuuuut othor lanjuuuuuuut 😆😆😆😅
Cublik: Tak mencari wangsit dulu, Kak😆
total 1 replies
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendiri
dengan amal gitu dek tia biar bidan rani langsung kejang kejang 😆😆
Cublik: Macam orang kesurupan 😆😆
total 1 replies
Dewi Eka
Aduh thor bikin penasaran sih
Cublik: Biar kangen selalu dengan Amala dan Bang Agam Kak ✌️😁🥰
total 1 replies
Irma
hhmmm di gantung
Cublik: Biar kangen terus Kakak nya 🙏✌️❤️
total 1 replies
Watini Salma
haduh kok ngegantung sih, penasaran kan jadi nya
Cublik: Biar kangen Kak dengan Amala dan lainnya 😁✌️🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!