Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Mereka bertemu lagi.
Padahal Kanara sudah sangat amat berhati-hati agar tidak bertemu dengan pria itu lagi. Tapi entah takdir seperti apa yang menjeratnya sehingga ia bertemu kembali dengan laki-laki itu.
Keduanya berada di sebuah restoran kecil berdekatan dengan sekolah Bian. Habis dari interview tadi Kanara jalan-jalan sebentar ke pasar untuk mengecek harga-harga pakaian untuk dia belikan ke putranya nanti. Habis itu dia kelaparan dan masuk ke restoran ini. Restoran murah dan lezat seperti yang dia baca pada tulisan di depan.
Ada cukup banyak orang yang makan di sini. Lihat saja, Kanara harus mengantri. Awalnya dia tidak sadar kalau laki-laki yang mengantri di belakangnya adalah Brandon, nanti ketika dia menoleh ke belakang dan pandangannya bertemu dengan iris tajam Brandon, barulah ia sadar.
Kanara gugup. Brandon sangat tinggi. Saat pria itu menatap ke bawah, ia merasa terintimidasi sekali. Mau kabur juga tidak bisa dan nanggung sekali. Akhirnya Kanara hanya bisa menunjukkan senyum tipisnya yang kaku ke pria itu. Karena senyumannya tak mendapat balasan, ia kembali membalikkan badannya ke depan.
Wanita itu menggigit bibirnya. Ya ampun malu sekali, gugup juga.
Kenapa pria kaya sepertinya makan di restoran ini, rela antri lagi.
Gumam Kanara dalam hati. Brandon yang berdiri di belakangnya mengamati keseluruhan penampilan wanita beranak satu itu sambil tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Penampilan wanita yang berdiri di depannya ini rapi seperti baru habis interview. Brandon lalu mengingat perusahaannya hari ini sedang mengadakan interview untuk asisten dan office girl, apa wanita ini juga baru habis interview di kantornya?
Brandon terus menatap Kanara dari belakang. Pria itu juga bertanya-tanya dalam hati kira-kira berapa umur wanita ini? Mungkin empat atau lima tahun lebih muda darinya. Kalau anaknya sudah sebesar itu, pasti dia menikah waktu usianya masih sangat muda. Masih SMA?
"Mau pesan yang makanan mana mbak?"
Si kasir makanan bertanya pada Kanara. Sekarang sudah gilirannya.
"Yang ini dan ini,"
Kanara menunjuk ke nasi putih, ayam goreng tepung, dan sayuran.
"Ada lagi?"
Kanara menggeleng. Makanannya sudah tersedia dalam piring di tangan kasir itu.
"Semuanya dua puluh lima ribu mbak." kata si kasir menatap Kanara.
Kanara pun mengeluarkan dompetnya. Saat ia memeriksa ke isi dompetnya, uangnya hanya ada dua puluh ribu. Kurang lima ribu. Uang yang lain sengaja dia simpan di kontrakan karena takut kalau dia bawa-bawa dan ketemu rampok, dia dan Bian akan kesulitan.
Kanara terus mencari-cari di dalam dompet, tapi tidak juga menemukan pecahan uang lima ribu untuk melengkapi dua puluh ribunya.
"Duh lama banget sih, yang lain pada ngantri nih! Kalo nggak punya duit gak usah makan di sini kalee!"
Seru seorang perempuan di belakang. Kanara jadi merasa tidak enak.
"Pakai ini saja." tiba-tiba Brandon menyodorkan sebuah kartu miliknya di depan kasir. Tangannya melewati bahu Kanara yang tingginya hanya sebahu pria itu. Tangan Brandon bahkan menyenggol bahu Kanara.
Kanara menoleh ke pria itu, ia merasa malu.
"Kau terlalu lama mencari uangmu." kata Brandon datar. Padahal alasan karena pria itu merasa kesal pada perempuan di belakang yang cara bicaranya memojokkan wanita ini. Brandon kesal saja, dia juga bingung. Mungkin karena dia tidak suka melihat ada orang yang direndahkan seperti itu.
Orang-orang yang pada ikut antri terheran-heran melihat black card Brandon. Jelas dia bukan orang sembarangan. Emang di restoran kecil kayak gini bisa bayar pake black card kayak gitu?
Beberapa dari orang-orang itu bertanya-tanya. Namun pertanyaan mereka terjawab saat si kasir mengeluarkan sebuah mesin pembayaran khusus untuk kartu-kartu sejenis kartu Brandon.
Kasir itu pun sepertinya mengenali Brandon karena ia sangat hormat pada pria itu.
"Mau sekalian pesan makanannya tuan? Biar hitung sekalian." tanya kasir tersebut.
Tuan? Bukan pak? Tapi kalau pak kayak nggak terlalu cocok saja. Soalnya wajah Brandon ini belum ke bapak-bapakan meski sudah terlihat seperti pria matang. Memang lebih cocok dipanggil tuan atau bos, soal-nya perangainya seperti itu. Lalu Brandon maju dan berdiri di samping Kanara. Refleks Kanara menggeser tubuhnya ke samping.
"Yang seperti biasa." ucap Brandon. Lalu Kanara melihat kasir itu memasukkan daging sapi panggang, wortel dan kacang polong.
"Ini tuan," si kasir mengembalikan kartu milik Brandon setelah menggesekkannya di mesin kartu. Brandon mengambil piring berisi makanan Kanara dan memberikannya kepada wanita itu.
"Ambil," ucap Brandon datar.
Kanara mengambilnya tapi belum mengatakan apa-apa, masih seperti orang linglung saja.
Wanita itu melihat Brandon mengambil makanannya dan berjalan melewatinya. Setelah itu baru Kanara sadar kalau dirinya belum mengucapkan terimakasih pada pria itu. Ia pun berjalan mengikuti Brandon. Meski malu ia tetap mengikuti pria itu, untuk menyampaikan rasa terimakasihnya.
Ketika Brandon duduk di sebuah meja kosong yang berada di pojok, ia baru menyadari dirinya di ikuti oleh perempuan beranak satu itu. Tatapannya datar sekali melihat perempuan yang hanya berdiri di depannya dengan sikap malu-malu. Namanya Nara, Brandon ingat sekali waktu perempuan itu bilang namanya ke adiknya.
"Katakan sesuatu," katanya kemudian.
"Mm ... Te-terimakasih sudah membantuku membayar makanan ini. Aku akan menggantinya nanti."
"Tidak perlu." balas Brandon langsung. Hanya dua puluh lima ribu dan dia meminta ganti? Bikin-bikin malu. Harta kekayaannya tidak akan pernah habis tujuh turunan, dari lahir dia sudah kaya dan dalam bisnis dirinya sukses besar. Membelikan restoran ini kepada wanita itu saja belum termasuk satu persen dari kekayaannya.
Membelikan restoran? Pada wanita ini? Kau pasti mabuk Brandon.
Brandon membuang jauh-jauh pikirannya jauh-jauh. Kadang dia bingung juga. Sikapnya selalu dingin, tapi malah kadang berpikir yang tidak-tidak tiap kali melihat wanita ini.
"Ada lagi?" Brandon menatap wanita itu. Kanara menggeleng cepat.
"Maaf mengganggu waktu anda,"
Setelah mengatakan itu Kanara pergi. Ia mencari tempat yang agak jauh dari meja Brandon, kalau perlu tidak terlihat oleh laki-laki itu karena dia malu.
Brandon melirik sekilas ke Kanara kemudian mengangkat bahunya tidak peduli. Ia heran saja kenapa dirinya bisa dipertemukan berkali-kali dengan wanita itu. Apa wanita itu yang sengaja mengikutinya? Tapi firasat Brandon tidak. Wanita itu tidak tampak seperti seseorang yang ingin mengikutinya, malah cenderung ingin menghindarinya.
Apa dia sudah mendapatkan tempat tinggal?
Tempat tinggalnya di sekitaran sini?
Brandon bertanya-tanya dalam hati sambil mengunyah makanannya. Saat sadar lagi-lagi ia memikirkan wanita itu, Brandon lagi-lagi membuang pikirannya jauh-jauh.
iya bos tes dna aja sambil nunggu info lengkap dr pengawalmu,,,
bian sini onty bisikin lg,, bos brandon itu daddymuuuu😍
aku suka