Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
"Nama kamu siapa?" tanya ibu Setia lagi.
"Zain bu." jawabnya singkat mulai risih dengan pertanyaan² yang aneh² menurutnya.
"Nama lengkap kamu?"
"Zainuddin Hamdan." jawabnya singkat. Ibu Setia hanya manggut² sambil makan baksonya yang sisa sedikit. "Kamu tadi siapa namanya?" tanyanya.
"Eka Pertiwi bu." jawabnya singkat.
"Kamu sudah punya anak nak?" tanya ibu Setia mengalihkan pembicaraan.
"Huh akhirnya aku gak diwawancarai lagi. Mertua Hana cocok jadi reporter!" batin Zain. "Tapi sama dengan ibuku juga cerewet, perempuan sama saja. Huh." gumamnya lagi.
"Sudah bu. Alhamdulillah sudah ada satu cowok bu!" jawabnya jujur.
"Wah pasti lucu ya! Aku juga sudah pengen nimang cucu!" ujarnya kode keras.
Hasyim melirik Hana yang berada disampingnya. "Ibu ini bikin masalah saja!" gerutu Hasyim dalam hati.
"Semoga aku juga segera dikasi cucu." ucapnya lagi.
"Aamiin. Iya bu." jawab mereka bersamaan semua.
"Kami pamit ya. Makasih traktirannya Hana dan suami." ucap mereka semua.
"Makasih Hana." ucap Diana pelan didekat Hana, lalu Hana hanya mengangguk saja.
"Pulang sama kak Zain ya biar lebih aman!" usul Hana pada Diana dan Ni'mah.
"Boleh deh kalau bertiga." ucap Diana. "Ikuti kami dibelakang saja karena kami bawa motor." ujarnya lagi.
"Kak Zain tolong antar teman² aku ya!" pinta Hana pada Zain.
"Iya. Beres!" dia nurut apa kata Hana. Mereka berpisah, Hana naik mobil bersama Suami dan mertuanya. Sedangkan yang lain naik motor masing² kecuali kak Sandra dan kak Eka boncengan karena searah.
***
"Ibu kenapa tadi tanya² begitu sih?" tanya Hasyim membuka percakapan diperjalanan pulang.
"Tanya apa Hasyim?" tanya balik ibu Setia.
"Tanya Zain yang mau dijodohkan ke anak ibu!" ujar Hasyim kesal.
"Loh emang kenapa? Salah ya?" jawabnya sambil bertanya dengan ketus.
"Ya kan kenapa begitu sekali bertanyanya bu, seolah anak ibu gak laku!" ucap Hasyim.
"Emang adik kamu belum laku kan?" tanyanya enteng. "Ibu mau jodohkan dia biar cepat nikah kayak kamu Hasyim."
"Kenapa lagi sistem perjodohan bu? Biarkan mereka cari sendiri, cukup aku saja yang dijodohkan!" seru Hasyim mengeluarkan unek²nya.
"Kamu ini kenapa sih Hasyim! Kamu bahagia kan dengan pernikahan kamu? Harusnya kamu bersyukur punya isteri S2 cerdas lagi." ujar ibu bangga.
"Bukan itu maksud aku bu! Tapi cukup aku saja yang ibu jodohkan jangan mi adik²ku supaya mereka cari jodohnya masing², menikah sama orang yang dia suka, dia cintai bu!" jelas Hasyim, Hana hanya menjadi pendengar perdebatan ibu dan anak tersebut.
"Kamu belum bahagia dengan Hana? Kamu menyesal ibu jodohkan dengan Hana? Atau karena kamu belum punya anak dengan Hana? Atau kamu gak cinta sama Hana?" tanya ibu Setia beruntut.
"Bukan begitu bu! Aku sudah bahagia sama Hana, aku nyaman sama dia bu. Kalau masalah anak itu kan rezeki dari Allah, untuk saat ini aku masih bahagia berdua menikmati masa pacaran! Kalau cinta itu akan hadir seiring berjalannya waktu bu. Tapi ibu bahagia kan sudah punya menantu?" jelas Hasyim sekaligus bertanya lagi.
"Iya ibu bahagia sudah punya menantu Hasyim, tapi ibu pengen cucu." ucapnya jujur.
"Bu." geram Hasyim. "Aku bahagia berdua, kalau sudah saatnya pasti dikasih bu sama sang Pencipta." gumam Hasyim.
"Terserah kalian saja lah!" ujar ibu pasrah sebelum turun karena sudah sampai ditujuan. "Singgah Hana." ajaknya.
"Terima kasih ibu, kami langsung saja." ujar Hana sambil berjabat tangan ibu mertuanya lalu kembali masuk ke dalam mobil.
***
"Kamu gak usah masukkan ke hati perkataan ibu." ujar Hasyim.
"Iya kak." gumam Hana pelan.
"Setelah ini kamu mau kerja lagi?" tanya Hasyim mengalihkan pembicaraan.
"Kalau diizinkan aku mau kerja lagi kak." ucap Hana.
"Boleh! Yang penting ingat kewajiban." ucap Hasyim mengingatkan. Hana mengangguk tanda mengerti! "Aku sebenarnya gak setuju kalau adik² aku sampai dijodoh²kan seperti aku. Cukup aku saja!" jelas Hasyim.
"Memangnya kenapa kak? Kalau mereka mau!" tanya Hana memastikan.
"Ya kalau begitu sistemnya, mau gak mau ya harus mau!"
"Kok bisa? Kalau gak suka kan bisa tolak baik² kak."
"Gak bisa de! Kalau di rumah itu perkataan orang tua itu mutlak. Apalagi untuk aku, mereka tidak mau tau alasannya apalagi penolakan." jelas Hasyim. Mereka turun dari mobil pun pembahasan masih berlanjut.
"Itu tandanya kakak sayang sama orang tua kakak, menjadi anak yang patuh pada orang tua!" ujar Hana. "Bahkan aku mau terima kakak karena kakak itu patuh dan sayang sama orang tua kakak." ucapnya lagi.
"Kalau gak patuh sama orang tua ya sama siapa lagi? Mereka yang membuat kita ada di dunia ini."
"Yang menciptakan kita Allah kak, patuh memang harus tapi jangan lupa di atas orang tua kita masih ada Allah yang harus dipatuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya." jelas Hana.
"Kamu gak akan paham maksudku Hana. Hidupku rumit Hana, aku saja gak paham kenapa orang tuaku memperlakukanku seperti ini."
"Atau kakak anak pungut? Tapi kakak mirip kok sama mereka!" ucap Hana spontan.
"Mungkin aku hanya anak angkat atau anak pungut." ucap Hasyim.
"Ya sudah aku masuk kamar dulu ya kak, mau istirahat! Jangan terlalu lelah kak, ingat masih ada aku yang ada untuk kakak." senyum Hana ramah sambil mengedikan sebelah matanya menggoda. Hasyim hanya tersenyum melihat tingkah isteri yang terpaksa dia nikahi itu.
"Merokok dulu sambil minum kopi. Orang tua bikin pusing saja!" batin Hasyim. "Apa salahku dulu sampai dikasih begini sama orang tuaku ya?" dalam hati bertanya². Cukup dua batang dia hisap lalu menyusul isterinya ke kamar untuk istirahat.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆