Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Perasaan
"Aku dari tadi kepikiran karena tak ada kabar dari kamu, eh ternyata kamu malah enak-enakkan tidur di sini." lirih Brian tepat di depan wajah Kaila yang tertidur pulas. "Dasar nakal." gumamnya lagi dengan menampilkan senyum indahnya.
Tadi begitu sampai, Brian langsung turun dan mencari Kaila. Dan kata karyawan wanita itu, ownernya lagi berada di ruangannya. Tanpa basa-basi lagi ... langsung cus Brian naik kelantai dua mencari orang yang menjadi sumber moodnya berantakan hari ini.
Brian yang merasa lelah karena harus bolak-balik dari luar kota memilih untuk ikut merebahkan tubuhnya di samping Kaila, di spot yang masih bisa untuk menampung tubuhnya.
Tak membutuhkan waktu lama pria itu langsung bisa tertidur begitu mencium aroma yang menenangkan dari tubuh Kaila.
"Em." dengan mata yang masih terpejam alis Kaila terangkat keatas, antara heran, kaget, dengan berbagai pertanyaan dalam otak kecilnya. Kaila merasa saat ini tubuhnya sedang memeluk sesuatu ... tapi apa, karena di tempat tidurnya yang ada di cafe tak ada guling, hanya ada dua bantal saja.
Hidung wanita itu juga mencium aroma yang menenangkan untuknya, untuk memastikan lagi kaila semakin mengendus aroma itu sehingga nafasnya menerpa kulit leher Brian yang membuat pria itu mau tak mau membuka matanya karena ada sesuatu yang terasa menggelitik.
"Shit ... kalau kayak gini terus bisa-bisa aku lepas kontrol." kesal Brian dalam hati.
"Kai." panggil Brian. "Kaila." panggilnya lagi karena penggilan pertama tak ada respon.
Kaila yang merasa seperti di panggil pun sedikit demi sedikit mulai membuka kedua kelopak matanya.
Kaila langsung kaget saat melihat Brian begitu dekat dengannya. Di tambah lagi setelah menelisik posisi mereka yang mana Kaila sedang berbaring dengan kaki dan tangan menindih tubuh Brian bagai seperti memeluk sebuah guling. Kaila pun langsung melepaskan pelukannya dan merubah posisi tidurnya menjadi duduk sehingga membuatnya meringis karena kepalanya sakit akibat terburu-buru berganti posisi dari tidur ke duduk.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Brian yang ikut duduk dengan menatap lekat ke arah Kaila.
"Ka ... kamu sejak kapan di sini?" tanya Kaila dengan gugup . Alih-alih menjawab pertanyaan Brian ... Kaila malah ikut melontarkan sebuah pertanyaan sehingga membuat Brian mendengus.
"Kalau ada orang tanya itu di jawab, bukannya malah balik nanya." kata Brian.
"Aku gak apa-apa, jadi sekarang jawab pertanyaan aku." kata Kaila.
"Sudah dari tadi, mungkin karena kamu pules banget jadi gak merasakan kehadiran aku." jawab Brian. "Dasar kebo." cibirnya dengan tersenyum, namun membuat bibir Kaila jadi cemberut. "Seharian kemana? Aku hubungi kok gak di angkat?" tanah Brian dengan tangan yang terulur merapikan beberapa anak rambut Kaila yang sedikit menutupi wajah ayu wanita itu.
"Aku gak kemana-mana, cuma di dapur aja." jawab Kaila. "Orderan lumayan banyak jadi aku bantu mereka buat nyiapin semuanya, sedangkan ponselnya ada di ruangan, jadi kau gak tau kalau kamu telpon." sambungnya menjelaskan situasi yang terjadi tadi di cafe.
Karena hari sudah sore, mereka memutuskan untuk pulang. Sedangkan La cafe & resto akan di handle oleh karyawan Kaila sampai tutup nanti.
❤️
Kaila yang berusaha turun dari lantai dua tiba-tiba namanya di panggil oleh seseorang yang membuatnya urung melangkah kearah dapur.
"Kaila" panggilnya.
Orang tersebut langsung berjalan menghampiri Kaila yang masih diam tanpa pergerakan sambil mengingat-ingat siapakah gerangan yang memangilnya. Wajahnya tak begitu asing namun dia lupa siapa namanya.
"Hai Kai, apa kabar?" tanyanya begitu sudah sampai di hadapan Kaila.
"Hai, aku baik." jawab Kaila dengan canggung. "Kamu ... ?" kata Kaila dengan jari menunjuk ke arah lawan bicaranya.
"Aku Feri, teman SMA kamu dulu, masa kamu lupa." katanya. "Kita satu kelas loh dulu pas kelas dua." imbuhnya lagi.
"Oh, maaf aku benar-benar lupa." ucap Kaila yang merasa tak enak sendiri.
Begitulah Kaila, jika sudah bertahun-tahun tak bertemu ... dia akan ingat wajahnya namun lupa dengan namanya.
"Ayo gabung Kai, sudah lama kita tak ketemu apa lagi ngobrol." ajaknya yang di iyakan oleh Kaila. Tak ada salahnya untuk berbincang dengan teman lama, mungkin itulah yang ada di pikirannya.
Mereka duduk bereng Dnegan saling berhadapan, menceritakan banyak hal terutama tentang masa-masa SMA dulu. Entah sangking asiknya atau apa, Kaila sampai tak menyadari jika ada sepasang mata yang dari beberapa menit laku menyorotnya dengan tajam.
"Eh mau kemana bos?" tanya Samuel kala melihat Brian yang tiba-tiba berdiri dari duduknya.
Sok bertanya padahal Samuel sudah bisa menebak bosnya itu mau pergi kemana.
"Jangan pakai emosi bos, belum tentu yang terlihat dengan mata adalah hal yang benar seperti dalam pemikiran kita." nasehat Samuel yang membuat atasannya itu menyorotnya dengan tajam.
Tak ada kata terucap, Brian langsung pergi meninggalkan Samuel melangkah menuju ke arah dimana Kaila berada.
Begitu dekat, Brian langsung meraih tangan Kaila dan sedikit menariknya sehingga membuat gadis itu terpaksa berdiri dengan rasa kaget.
"Bri." lirih Kaila.
"Ikut aku." kata Brian dengan nada dingin, tak seperti biasanya.
"Maaf Fer, aku tinggal dulu." kata Kaila dengan tubuhnya yang sudah tertarik mengikuti jalannya Brian menuju ke lantai atas.
Feri yang melihat pun hanya diam sambil mencerna situasi yang ada. Dan Samuel ... sahabat sekaligus asisten Brian itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Brian.
"Akhirnya misi aku buat bikin Brian move on dari j***ng itu berhasil." katanya dalam hati.
Ya ini lah tujuan Samuel. Saat melihat Kaila di tambah lagi dengan seluruh informasi yang dia dapatkan mengenai gadis itu, membuat Samuel menyarankan ide gilanya. Karena apa? karena dia yakin kalian adalah gadis yang tepat untuk mendampingi Brian.
❤️
Brak
Brian langsung menutup pintu ruangan Kaila sat keduanya sudah masuk ke dalam.
"Asik ya ngobrolnya ... seru ... sampai aku dateng aja kamu gak tau." hardik Brian.
"Apaan sih Bri, namanya juga teman lama ya pasti kalau aru ketemu ngomongin banyak hal." sahut Kaila.
"Tapi aku gak suka Kaila!" seru Brian yang membuat Kaila reflek memejamkan kedua matanya sangking kerasnya suara pria tersebut. "Aku gak suka kamu deket sama pria lain apapun alasannya." tegasnya lagi.
"Ya gak bisa gitu dong Bri, kita itu tak ada hubungan apa-apa kecuali hanya kekasih pura-pura." akta Kaila yang tak mau kalah.
Enak saja dia gak boleh dekat dengan siapapun, nanti kalau dirinya sudah gak Brian butuhkan ... gak ada lagi pria yang mau dekat dengannya. Hem bisa jadi perawan tua.
"Bisa!" teriak Brian. "Karena apa? karena aku cinta sama kamu dan kamu gak boleh jadi milik siapapun kecuali milik Brian Davis seorang." sambungnya dengan mantap.
Deg
"A ... Apa kamu bilang Bri?" tanya Kaila yang saat ini seperti orang linglung.
"Aku sayang dan cinta sama kamu Kai." aku Brian dengan tangan menggenggam kedua tangan Kaila.
"Tapi kesepakatan itu." kata Kaila.
"Persetan dengan kesepakatan kita, pokoknya mulai detik ini kamu adalah milik Brian Davis." ujar Brian.
"Dasar pemaksa." cibir Kaila yang padahal selama hatinya berbunga-bunga.
"Jadi gimana? Apa selama kita berinteraksi kamu tak merasakan hal yang sama padaku?" tanya Brian yang masih menggenggam tangan Kaila dan dengan mata menatap mata Kaila dalam.
Kaila menganggukkan kepalanya. "Iya aku juga memiliki rasa yang sama, namun aku berusaha untuk selalu menekannya sebab aku takut jika rasa itu akan membuat aku sakit ... karena cinta bertepuk sebelah tangan." jujur Kaila.
Brian langsung menarik tubuh Kaila kedalaman pelukannya.
"Gak kamu gak merasakan rasa itu sendirian, karena akupun sama." lirih Brian. "I love you Kaila Sasmita." ucap Brian.
"I love you to Brian Davis." balas Kaila.
semoga bell bell tdk melakukan hal yg tidak diinginkan berbuat jahat mungkin,, semoga