Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Udah pulang dari tadi mas..?"
Tanya Emily dengan wajah menunduk ,karena saat ini Satria lebih parah lagi hanya mengenakan boxer saja lalu meraih handuk yg di gantung .
"Lumayan empat puluh menit yang lalu "
"Hah .... Kalo empat puluh menit kenapa gak bangunin gue dari tadi ?? Ngapain aja juga dia ,jangan jangan..."
Emily memeriksa tubuhnya seketika dapat merasakan lega karena saat ini bajunya masih utuh .
Suara gemericik air menandakan Satria sedang mandi , Emily beranjak dari ranjang melihat apa yg Satria bawa.
"Uwidih...pizza ,aaaaaa ice Americano "
Emily memekik menemukan kopi kesukaan nya .Tapi tunggu di sini cuma ada satu ,apakah ini hanya untuk Satria??
"Tunggu tunggu gue harus apa ?Memanasi pizza ukuran Segede gaban kah ? Tapi gimana caranya astaga , definisi ingin makan tapi mempersulit hidup"
Tapi jika tidak ada nasi kurang afdol bagi warga Konoha , Emily segera menakar nasi lalu mencucinya .Toh tidak lama memasak nasi sembari menunggu Satria selesai mandi saja.
Benar sekali ketika Satria keluar dari kamar mandi dengan baju rumahan celana pendek dan kaos oblong putih rambutnya yg di biarkan berantakan itu terlihat jauh lebih muda masih cocok di sebut anak SMA.
"Belum makan..?"
Sambut Satria setelah berada di dapur melihat pizza yg masih rapih keberadaannya di dalam kotak sudah di pastikan Emily belum memakan nya.
"Belum Mas.....Ini mau di panasin.."
Satria menggeleng..
"Tidak perlu ,saya sudah lapar.."
Emily merasa bersalah ,tadinya ia tidak perlu menunggu Satria dulu langsung saja di panasin dalam potongan kecil kecil.
"Tadi aku masak nasi Mas ..!Apa sekalian mau sam nasi??"
"Nasi..???"
Kening Satria mengerut .
"Ah ...Iya , orang kaya macam dia mana tau enak nya makan apapun pake nasi , paling makan mie instan aja jarang jarang."
****
"Tadi siang kemana saja ?"
Satria membuka pembicaraan setelah beberapa waktu hening menyantap pizza hingga habis hanya ada suara dari televisi.
"Ehm...Habis dari rumah trus mampir dulu buat makan siang.."
Satria mengangguk , tangan nya sedari tadi tibisa diam berapa kali mengganti Chanel.
"Oh iya bentar .."
Emily beranjak lalu berlari kecil menuju kamar.
"Ini kartu nya Mas , makasih tadi udah di pake buat jajan.."
"Kenapa di kembalikan..?"
"Hah ...gimana??"
Satria berdehem singkat .
"Itu memang saya berikan untuk keperluan kamu ,pakai saja...!"
"Gila....Jadi ini beneran buat gue ? Astaga baru aja kerja berapa hari "
Emily menarik kembali lengannya ia genggam kartu itu kuat kuat bingung sebenarnya mau berterima kasih atau bagaimana ini terlalu besar menurut nya .
"Makasih Mas...!"
"Hhhmmm.."
Satria itu tipe yg tidak suka berbicara banyak sepengetahuan Emily selama mereka tinggal bersama .Bahkan yg dominan banyak bicara ya dirinya .
Suasana di sekitaran kembali canggung ,AC di ruangan itu semakin menusuk kulit nya di tambah tidak ada obrolan hanya suara televisi saja yang menjadi pengisi suara di malam itu.
****
"Emily..!"
Seorang pria berlari mendekati dirinya ,ia yg semula berniat akan menuju ruangan Bos nya terhenti melihat Sebastian dengan raut wajah kusut .
"Astaga.. Kenapa gak hubungi gue ?? Semalem gue kepikiran tau..?"
"Ah iya ...Ya ampun " Emily menepuk jidatnya.
"Sorry Bas hp gue lowbet dan lupa gak nelpon lo jadinya."
"Astaga Em...gue takut banget sampe ..ah udah lah yg penting lo sekarang gak apa apa."
Sebastian membolak-balik tubuh Emily ,merasa lega tidak ada yg kurang sedikit pun dari tubuh sang sahabat.
"Gue gak pa apa ko ,ah lo mah terlalu berlebihan" aman ko aman deket ini"
"Lo katanya Menteng ??"
Emily berdehem tenggorokan nya sedikit tercekat .
"Iya...kan bagi gue Menteng deket .."
"Gila aja deket ,satu jam tau ko lo bilang deket .Kenapa sih harus di Menteng.?? Itu kan jauh dari kantor , kenapa gak coba pindah aja??"
"Emm... nanti deh gue pikirin ,tapi sorry yah gue lagi buru buru nih di panggil Pak Satria."
Sebastian tersadar dari kekhawatiran nya ia melepaskan tangan nya dari pundak Emily.
"Oh iya .. Sorry ya gue ganggu nih ."?
"Its oke gue duluan ya.."
Sebastian mengangguk .
"Ntar gue tunggu lo di kantin pas jam istirahat "
"Oke.."
Setelah itu Emily berlari kecil menuju lift selama itu Sebastian melihat nya hingga punggung wanita itu tidak terlihat lagi .
"Gimana gue bisa menyatakan perasaan ini Em.? Sedangkan lo menganggap gue cuma sahabat lo aja"
Sebastian menunduk melihat ke dua kaki nya apakah dia harus maju atau berhenti dan selamanya mengubur perasaan itu .?
Sedangkan Emily ketika sampai di depan ruangan Bos nya ia berhenti sejenak merapihkan rambut serta bajunya mungkin sedikit berantakan karena ia berlari kecil tadi.
Tok tok tok ....
Suara pintu di ketok , Emily menunggu beberapa detik tidak ada jawaban dari dalam sana .Ia kembali mengetuk pintu sama tidak ada jawaban , memberanikan diri membuka sedikit pintu.
"Selamat siang Pak ..Maaf saya .."
Brukkk ...
Emily melihat pemandangan di depan nya tanpa sadar menjatuhkan berkas berkas yg sudah ia print sebelum nya .Dua insan yg sedang di liputi hawa nafsu , Satria mencekik leher wanita di depannya . Sedangkan wanita itu tanpa takut sedikitpun membalas tatapan penuh kebencian.
Brak ..!
Satria mendorong wanita itu hingga terjatuh dan tersungkur. Tidak ada wajah penyesalan ,ia malah membalikan badan begitu saja.
"Bajingan kamu Satria ,segera tanda tangani itu aku gak akan bosan untuk terus selalu ke sini."
"Dia kan istri nya Pak Satria "
Wanita itu berdiri mengumpulkan isi tas nya yg berceceran ,mata Emily tak sengaja melihat test pack bahkan benar benar terkejut karena di sana menandakan garis dua .
"Sebenarnya apa yg terjadi di antara mereka..?"
Wanita itu berlalu untung saja pertahanan Emily kuat ,tidak tumbang walaupun pundaknya di senggol dengan keras . Setelah nya di susul suara bantingan pintu.
Emily masih setia berdiam diri tanpa suara ,berkas berkas yg berjatuhan sudah ia kumpulkan lagi.
"Kamu... Apakah punya waktu malam ini..??"
Emily bingung menjawab nya ,mengapa tiba-tiba Satria menanyakan hal seperti itu ? Apakah ada pertemuan lagi ? Jujur saja Emily sedang males apalagi bawaan datang bulan.
"Saya ingin mengajak mu ke suatu tempat "
"Baik Pak.."
Walaupun banyak pertanyaan yg menari di otaknya ia tetap mengiyakan dulu ajakan itu ,karena emosi Satria masih menggebu .
Jam istirahat tiba Emily melihat pesan masuk dari Sebastian sedang menunggu nya di kantin . Emily tertawa geli teringat moment mereka berdua saat SMA ke mana mana pasti selalu bersama sama sampai di juluki ban motor gandengan terus .
Kantin terlihat ramai tidak ada yg membedakan, semua nya memyampur menjadi satu entah itu senior ataupun junior .Bahkan yg jabatannya tinggi hingga OB saja di samakan .
"Emily .. astaga lo lama banget . Untung udah gue ambilin makan siang elo ,tuh liat antreannya udah kaya kereta "
Emily melihat ke belakang dan. ....