Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan
Naura menarik napas dalam-dalam ketika ia berdiri di depan gedung megah perusahaan suaminya, Alex. Hari ini, dia memutuskan untuk mengejutkan Alex dengan kedatangannya ke perusahaan. Selain ingin tahu tentang perusahaan, dia juga ingin mencari surat kepemilikannya.
Awalnya, Naura berpikir bahwa ini adalah ide terbaik untuk mengetahui kecurangan sang suami. Namun, ketika ia melangkah masuk ke dalam gedung, perasaannya campur aduk antara takut dan cemas.
“Semoga saja aku menemukan semua surat-surat berharga milikku,” bisiknya pada diri sendiri sambil melangkah menuju lift.
Dia menekan tombol lantai enam, tempat di mana kantor Alex berada. Sejak menikah, Naura merasa sangat bangga bisa menjalin kehidupan bersama Alex yang penuh dengan pencapaian. Namun, terkadang ia merasa kehidupan pribadinya semakin jauh dari apa yang ia inginkan.
Sesampainya di lantai enam, Naura keluar dari lift dan berjalan menyusuri koridor dengan langkah mantap. Ia menyapa resepsionis yang mengenalinya, lalu melanjutkan perjalanan menuju ruangan Alex. Di luar pintu, ia berhenti sejenak untuk merapikan penampilannya.
Namun, saat ia mengulurkan tangan untuk membuka pintu, suara tawa perempuan dari dalam ruangan mengganggu ketenangannya. Ia mendengarkan sejenak, dan semakin dekat, suara itu terasa familiar. Jantungnya berdetak cepat saat kenyataan mulai menyadarkan bahwa mungkin ia akan menemukan sesuatu yang tidak diinginkan.
“Oh, Alex. Kamu tahu aku suka kalau kamu seperti ini!” suara Weny terngiang jelas di telinganya.
Naura tertegun, mulutnya terasa kering. “Apa yang mereka lakukan?” pikirnya panik. Walau dia telah mengetahui pengkhianatan sang suami, tapi terus terang belum siap benar untuk melihat kenyataan buruk di depan matanya. Perlahan, ia membuka pintu dengan hati-hati, dan pemandangan di dalam ruangan menyayat hatinya.
Alex dan Weny berada di sofa kecil yang ada di sudut ruang kerja. Mereka berdekatan, tertawa dan berbisik mesra. Alex tersenyum lebar, dan Weny menjulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya. Melihat itu, hati Naura seolah diremas, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Ia melangkah masuk, suaranya gemetar saat ia memanggil nama suaminya.
“Mas Alex …?” Suara Naura terdengar lemah, hampir tak terdengar.
Keduanya terkejut. Alex langsung berdiri, wajahnya berubah pucat. “Naura! Kamu … bagaimana kamu bisa di sini?” tanyanya, berusaha menyembunyikan ketegangan di suaranya.
Weny, di sisi lain, tampak malu. Dia langsung berdiri dan meluruskan gaun yang dipakainya, berusaha tampil seolah semuanya baik-baik saja. “Eh, Naura! Apa kabar?” sapanya dengan nada yang lebih tinggi dari biasanya, berusaha keras untuk terlihat santai.
Naura melirik Weny, lalu kembali menatap Alex dengan tatapan jijik dan memuakan. “Aku hanya ingin memberikan kejutan. Tapi sepertinya, aku datang di waktu yang salah?” Ia menggerakkan tangan ke arah sofa, tanda bahwa ia melihat semuanya.
"Tumben kau datang ke sini? Mau apa?" tanya Alex dengan suara sedikit penuh penekanan.
"Aku mau mengambil apa yang menjadi hakku. Mulai minggu ini, aku yang akan memimpin perusahaan. Aku mau kamu adakan rapat, dan meminta semua atasan divisi masing-masing membuat laporan hasil kerja mereka. Terutama staff keuangan!" seru Naura.
"Apa kau mencurigai ku ingin mengambil alih perusahaan ini? Apa kau yakin bisa memimpinnya?" tanya Alex dengan raut wajah meremehkan.
"Aku yakin bisa." Naura menjawab dengan singkat.
"Tak semudah yang kau omongkan. Kau pikir memimpin perusahaan kayak mengajari anak TK!" seru Alex sambil tertawa.
"Aku bisa sambil belajar. Ini warisan orang tuaku, seharusnya aku yang memimpinnya."
Weny yang dari awal hanya diam karena malu, akhirnya menghampiri mereka berdua. Saat ini tanpa malu dia memeluk lengan Alex yang sedang berdiri menghadap Naura.
"Seharusnya kau bersyukur perusahaan ini dipimpin Alex dengan baik, bukannya mencurigai suamimu. Istri macam apa yang tak mempercayai suami sendiri!" ujar Weny.
Naura hanya tersenyum menanggapi ucapan Weny. Dia lalu mendekati meja kerja suaminya. Tanpa peduli kedua orang itu, dia duduk dan meraih intercom. Menghubungi sekretarisnya Alex dan memintanya menuju ruangan.
Alex melihat apa yang Naura lakukan dengan mata melotot. Tak percaya jika istrinya itu berani melakukan itu. Dia berjalan mendekati meja kerjanya. Dan merampas intercom dari tangan istrinya.
"Lancang sekali kau ...!" teriak Alex. Weny mengekor dari belakang tubuh pria itu.
"Kenapa ...? Ini perusahaan ku. Kau yang lancang memasukan sembarang orang tanpa izin dariku!" ucap Naura dengan suara keras.
Alex dan Weny sampai tak percaya melihat keberanian wanita itu. Tangan pria itu lalu terangkat ingin menampar istrinya, tapi diurungkan karena terdengar suara langkah kaki. Naura tersenyum mengejek saat melihat itu.
Ketukan di pintu membuat Weny mundur dan memilih duduk di sofa. Naura mempersilakan orang itu masuk.
"Duduklah ...!" perintah Naura.
Sekretaris Alex itu duduk berhadapan dengan Naura. Dia tampak sedikit keheranan.
"Saya mau semua jadwal kerja dari pak Alex. Besok umumkan jika kita akan mengadakan rapat darurat untuk semua kepala divisi dan saya mau semua laporan keuangan dan kinerja mereka. Perusahaan ini akan saya ambil alih!" ucap Naura.
"Baik, Bu. Akan saya beritahu semuanya agar menyiapkan semua laporan besok," ucap Santi.
"Baiklah, terima kasih. Kamu boleh kembali dan umumkan segera biar mereka bisa menyelesaikan laporan hari ini dan besok bisa serahkan pada saya!" ucap Naura.
"Baik, Bu." Santi hanya menjawab singkat. Sepertinya masih syok dengan apa yang terjadi.
Santi lalu berdiri dan keluar dari ruangan dengan masih penuh tanda tanya. Setelah kepergian sekretarisnya, Alex mendekati Naura.
Naura sebenarnya takut Alex nekat melakukan sesuatu, sedangkan dia sendiri dan dalam keadaan hamil. Menyesal dulu dia tak suka bergaul sehingga tak banyak memiliki teman.
Alex berdiri di samping Naura dan menatap wanita itu dengan tajam. Seperti ingin memakannya hidup-hidup. Sebelum pria itu nekat, dia langsung berdiri dan berjalan menjauh.
"Aku ingin kamu juga siap-siap, Alex. Aku akan mengurus surat perceraian kita!" ucap Naura dengan suara lantang.
Alex tampak mengepalkan tangannya menahan amarah. Naura langsung berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Kau pikir aku akan tinggal diam? Aku tak akan biarkan kau memimpin perusahaan, ini harus menjadi milikku. Aku yang telah membuatnya jadi berkembang!" gumam Alex dalam hatinya.
Laura.. muncul
tergeser produk baru, Laura 🤭🤭
.stlh apa yg lauara dptkn mka alex akan di depak..oleh laura