"Jangan pernah temui putriku lagi. Kamu ingin membatalkan pertunangan bukan!? Akan aku kabulkan!"
"Ti... tidak! Bukan begitu! Paman aku mencintainya."
Luca Oliver melangkah mendekati tunangannya yang berlumuran darah segar. Tapi tanpa hasil sama sekali, dua orang bodyguard menghalanginya mendekat.
"Chery! Bangun! Aku berjanji aku akan mencintaimu! Kamu mau sedikit waktu untukmu kan? Semua waktuku hanya untukmu. Chery!"
Tidak ada kesempatan untuknya lagi. Ambulance yang melaju entah kemana. Segalanya berasal dari kesalahannya, yang terlalu dalam menyakiti Chery.
*
Beberapa tahun berlalu, hati Oliver yang membeku hanya cair oleh seorang anak perempuan yang menangis. Anak perempuan yang mengingatkannya dengan wajah tunangannya ketika kecil.
"Kenapa menangis?"
"Teman-teman memiliki papa, sedangkan aku tidak."
Ikatan batin? Mungkinkah? Pria yang bagaikan iblis itu tergerak untuk memeluknya. Membuat semua orang yang melihat tertegun, iblis ini memiliki hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Liar
Gila kerja, mungkin itulah yang terjadi. Perusahaan yang sudah jauh lebih berkembang dan stabil. Tapi tidak juga dapat menjangkau sang paman.
Rapat yang berlangsung cukup lama, dikarenakan untuk menghemat budget tim perencana membuat proyek yang terlalu ambisius. Tanah di luar kota dengan harga murah, ingin dijadikan apartemen, berharap para investor akan ikut membangun perkantoran atau pabrik di dekat lokasi.
Ide gila bukan? Walaupun keuntungan yang dihasilkan juga akan demikian. Tapi resiko yang terlalu tinggi. Siapa yang ingin membeli apartemen yang berada terlalu jauh dari kota.
Karena itulah, Oliver memberikan kesempatan pada orang lain untuk mempresentasikan ide mereka.
Hingga, pada akhir rapat.
Pemuda itu, meraih microphone di hadapannya."Hal pertama yang harus diingat adalah kompetitor. Pastikan untuk mencari cara mematahkan sayap mereka." Senyuman menyungging di wajahnya.
Sungguh komisaris sekaligus pemilik perusahaan yang pemberani, menyatakan hal kotor di hadapan rapat terbuka. Tapi itulah yang membuat para investor tersenyum.
Menggunakan cara kotor, itu sudah biasa bagi Oliver, termasuk memasukkan mata-mata ke perusahaan pesaing. Cara bagaikan pemburu, memakan atau dimakan.
*
Namun.
Hari ini berbeda, pemuda itu memakai setelan tuxedo putih membawa buket bunga mawar putih.
"Tuan..." Ucap sang supir pribadi membukakan pintu mobil.
"Hari ini aku menyetir sendiri." Wajah Oliver tersenyum hangat, meraih kunci dari sang supir.
Pemuda yang bersenandung menyetir mobilnya meninggalkan gedung perusahaan, kala matahari hampir terbenam.
Kala itulah security mendekati sang supir."Tuan mau kemana? Apa berkencan?" tanyanya. Ingin mengetahui wanita seperti apa yang dapat menaklukkan pemilik perusahaan tanpa hati.
Sang supir menghela napas."Tuan menemui tunangannya lagi."
"Tunangannya? Apa cantik?" Tanya security lagi.
"Kamu baru bekerja jadi tidak tau, 6 tahun lalu kekasihnya meninggal. Semenjak itu tuan akan datang setiap hari libur menemui kekasihnya." Sang supir menghela napas, sedikit tidaknya dirinya tahu, kemana tujuan Oliver.
"Hah? Sudah 6 tahun! Tidak masuk akal, aku yakin tuan menemui pacar barunya. Mana ada yang begitu setia pada orang mati."
*
Berkencan? Memang itulah yang dilakukan Oliver. Pemuda yang duduk di atas terumbu karang, wajahnya tersenyum.
"Sayang..." Panggilnya menatap ke arah laut, meletakkan buket bunga mawar putih, di atas air yang terus bergerak.
Wajahnya tersenyum."Bagaimana kabarmu?" Tanyanya pada laut, seakan bicara pada Chery.
"Apa di laut begitu dingin?" Oliver membuka botol wine. Menuangkannya ke dalam dua buah gelas yang berbeda.
"Beberapa hari ini aku tidak bisa datang. Maaf..." Tidak ada jawaban, pemuda itu hanya bicara seorang diri.
Air matanya mengalir meminum red wine seorang diri. Berharap dirinya segera mabuk, ini adalah hari ulang tahun Chery. Merayakannya bersama, pemuda yang meraih lilin kecil dari dalam saku jasnya.
Kala lilin dinyalakan, fatamorgana itu terlihat. Seorang gadis yang duduk di terumbu karang, tepat di sampingnya.
"Aku merindukanmu..." Kalimat yang tidak mendapatkan jawaban, fatamorgana kekasihnya hanya tersenyum.
"Chery, apa menyakitkan?" Tanyanya mengepalkan tangannya. Sebuah dendam yang masih tersimpan pada Reza.
"Aku harus apa?" Kembali Oliver bertanya, berharap Chery membimbingnya pada kematian.
Tapi.
Angin meniup lilin di tangannya. Bersamaan dengan fatamorgana kala matahari telah terbenam itu menghilang.
Oliver kembali meminum wine, menatap ke arah buket bunga mawar putih yang terus terhempas ombak. Terbawa arus entah kemana.
Tidak ada kalimat yang terucap di dari bibirnya lagi. Wajahnya tersenyum, memakai setelan tuxedo putih hanya untuk menemui pengantinnya.
Kerinduan yang sampai saat ini bagaikan menyisakan lubang di hatinya.
*
"Happy birthday mama! Happy birthday mama! Happy birthday mama sayang! Happy birthday mama!"
"Happy birthday mama! Happy birthday mama! Happy birthday mama sayang! Happy birthday mama!"
Erza dan Raiza menyanyikan lagu untuk ibu mereka. Chery tersenyum, kemudian meniup lilin.
"Ini hadiah dari Aldiano dan Rien, mereka tidak bisa datang. Dasar paman laknat. Tidak seperti aku ..." Ucap Leo memberikan tiga paperbag pada adiknya.
"Ayah tidak perlu memberikan hadiah untukmu." Mahardika mengangkat salah satu alisnya, mengangkat tubuh Erza kemudian memangku nya.
"Ayah pelit!" Keluh Chery berusaha tersenyum, menatap ayahnya yang membawa dua buah paper besar untuk Erza dan Raiza.
Dua orang anak kembar, namun bukan kembar identik. Raiza mewarisi wajah ibunya, sedangkan Erza mewarisi wajah ayah kandungnya.
"Kakek! Muah!" Raiza mencium pipi Mahardika. Begitu pun dengan Erza yang terlihat cendrung lebih dingin dan pendiam.
"Ayah, aku ingin pergi ke makam Firman..." Chery menunduk menghela napas kasar.
Mahardika mengangkat salah satu alisnya."Untuk apa kesana!? Kamu hanya harus menjalani hidup baru. Jangan terpaku pada orang yang bahkan kamu tidak ingat wajahnya bagaimana."
"Hanya saja sudah 6 tahun, ayah mengatakan aku mengalami kecelakaan bersama pacarku. Aku bisa mengingat semua orang, kecuali Firmansyah, ayah dari Erza dan Raiza. Sudah saatnya anak-anak mengunjungi makam ayah mereka." Chery menghela napas kasar.
"Iya! Tapi ingat cerita ayah tentang orang yang bernama Oliver!? Dia orang gila yang mengejar-ngejarmu. Kamu tau kan status ayah, dia mendekati untuk memanfaatkan---" Kalimat Mahardika disela.
"Kakek, aku ingin mengunjungi makam ayah. Sekali saja..." Pinta Erza gemetar, seorang anak yang bahkan tidak pernah bertemu dengan sosok ayahnya.
"Iya! Raiza juga!" Teriak Raiza kecil penuh semangat.
"Sial!" Batin Mahardika, tidak tahan rasanya, kala putrinya tercinta menyajikan honey lime tea. Raiza yang memijit nya, bahkan Erza, menyuapi sang kakek dengan buah anggur.
Benar-benar tiga makhluk manis perayu.
*
Segalanya dimulai dari 6 tahun yang lalu. Henti jantung, itulah yang dialami oleh Chery. CPR dilakukan dalam ambulance yang melaju, perlahan mengembalikan detak jantungnya. Alat pernapasan telah terpasang, tapi tetap saja tidak mengembalikannya dari kondisi kritis.
Lebih dari satu kali operasi dijalaninya. Pisau yang sempat melukai bagian lambung membuat pendarahan parah. Beberapa tulang di jemarinya patah.
Mahardika hanya dapat terdiam di depan ruang operasi. Tubuhnya gemetar ketakutan, satu satunya tujuan hidupnya, kini terbaring di meja operasi. Entah berapa lama.
Oliver mencoba menghubunginya. Namun Mahardika membanting handphonenya, air matanya mengalir. Seharusnya dirinya tidak menuruti permintaan putrinya untuk bertunangan dengan... ubur-ubur?
Hingga seorang dokter melangkah keluar dari ruang operasi. Dengan cepat empat orang pria yang terlihat kacau itu mencegahnya.
"Bagaimana kondisi adikku!?"
"Bagaimana kondisi adikku!?"
"Bagaimana kondisi adikku!?"
Tanya ketiga kakak protektif kompak. Mahardika hanya dapat terdiam menunggu jawaban dari tiga pertanyaan yang tertuju pada sang dokter.
"Operasi berjalan sukses, tapi untuk patah tulang sendiri penyembuhannya cukup lama." Jawaban dari sang dokter tersenyum. Menghela napas kondisi pasien cukup buruk dengan berbagai luka luar terutama di bagian wajah, jari, kuku dan luka tusukan yang mengenai lambungnya.
*
Menunggu pengaruh obat bius hilang. Perlahan mata gadis itu terbuka. Semua orang terlihat menangis di dekatnya.
Tidak dapat bergerak bebas."Ayah..."panggil Chery dengan nada lemah usai sang dokter memeriksa keadaannya.
"Kita liburan seperti janjiku!" Aldino menitikkan air matanya.
"Pameran ke Spanyol, bersama kakak..." Rien menghela napas lega.
"Adikku!" Leo yang biasanya paling gentleman menangis terisak. Sama seperti Mahardika yang sudah menangis dari sebelumnya.
"Seharusnya ayah tidak menyetujui hubunganmu dengan Oliver! Dasar br*ngsek! Karenanya Cheryku tersayang---" Kalimat Mahardika disela.
"Oliver... siapa?" Pertanyaan Chery dengan nada lemah membuat semua orang tertegun.
"Dokter!" Leo berlari keluar. Sedangkan Rien menekan tombol dekat tempat tidur berkali-kali.
Bagaimana Chery dapat tidak mengingat hanya satu orang saja?
Sedangkan Aldiano tersenyum."Kamu tidak mengingat Oliver?" Tanyanya.
"Terakhir yang aku ingat, hanya duduk seorang diri di bangku taman. Saat itu hujan, hanya itu..." Jawab Chery, pelan.
"Oliver adalah makhluk yang harus kamu hindari. Dia....
kedatangan erza dan raiza bikin kejutan besar buat oliver
😅😅😅😅😅😅
ternyata udah up 3 part aja
makasih thor
walau aju bacanya sering telat
pasti seruuuuuuu
"itu anak mu dgn Cherry" hehe