Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Setelah sesuai jamnya Andin memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Rian tiga kali lalu langsung membuka pintu tanpa menunggu sang pemilik ruangan menyuruhnya masuk. Andin hanya mengukuti peraturan yang di berikan Ardy tanpa ingin membantahnya.
Andin mundur satu langkah dengan ekspresi terkejut, ketika dirinya melihat Rian sedang berciuman dengan Ara meski mata Rian menatap ke arah Andin.
Wajah Andin memerah lalu dengan cepat dia menutup kembali pintu ruangan Rian.
Matanya mulai mengabut karena menahan air yang mulai membendung.
Ardy yang melihat Andin memegang dadanya yang naik turun seperti ekspresi syok kini berjalan mendekati Andin namun ketika Ardy mendekat, Andin langsung melangkah pergi menuju kamar mandi tanpa menghiraukan panggilan Ardy yang memanggilnya.
‘Ada apa dengan anak itu?’ pikir Ardy lalu mengetuk pintu ruangan Rian dan langsung masuk tanpa perintah.
“Kamu harus ajarkan bawahanmu itu Ri, biar dia tahu etika masuk ke ruang atasannya” Ucap Ara yang duduk di pangkuan Rian.
Ardy menatap Rian dengan tatapan bertanya tentang apa yang terjadi.
“Saya pikir anda tahu diri nona, atasan saya sudah punya istri dan saya sudah di perintahkan oleh tuan besar untuk mengawasi pak Rian” ujar Ardy yang sangat setia dengan sang kakek.
“Ardy, apakah semua sudah siap? bukankah kita akan mengadakan rapat?” Tanya Rian sambil menurunkan Ara dari pangkuannya.
“Sayang... aku masih kangen dengan kamu” ucap Ara yang bergelayut di tangan Rian namun tidak di respon oleh sang empu yang memiliki tangan. Rian berusaha melepaskan tangan Ara dari lengannya lalu pergi tanpa bicara. Begitu pun Ardy yang mengikuti langkah kaki Rian keluar.
Ara yang di tinggal sendirian dalam ruangan hanya bisa menyusul dua lelaki yang sudah berlalu.
Rian bertatapan dengan Andin yang baru saja keluar dari toilet. Rian merasa puas melihat mata Andin yang sedikit kemerahan.
“Ini dia pegawaimu yang masuk tanpa permisi. Ganggu kami berkasih sayang saja” ujar Ara yang kini berjalan mendahului Ardy dan Rian.
“Maaf nona... ini kantor dan saya hanya menjalankan tugas” ucap Andi sopan dengan mata masih sesekali menatap Rian lalu menundukkan pandangan.
“Ri... kamu lihat ini karyawanmu mulai membantah aku” ucap Ara sambil menarik tangan Rian menunjukkan ke manjaan di hadapan Andin.
“Kamu ikut saya dan Ardy, rapat akan segera di mulai. Untuk kamu Ara lebuh baik kamu pulang. Nanti aku akan mengunjungi apartemenmu” ucap Rian yang terdengar dingin lalu berjalan mendahului mereka bertiga.
Setelah beberapa menit mereka sampai di ruangan rapat yang terdapat Samuel.
Samuel terpana dengan kecantikan Andin yang mirip dengan adik wanitanya yang telah lama ia cari. Namun Samuel tidak terburu – buru mencari semuanya.
Rapat terjadi sekitar jam 2 dengan hasil yang sangat memuaskan. Setelah kepergian Samuel dari ruangan rapat, Rian memutuskan untuk mengajar Andin dan Ardy makan siang di luar untuk merayakan keberhasilan atas kerja sama mereka dengan Samuel.
“Ardy, kamu bisa pergi pesankan makanan untuk kami?” ucap Rian yang datang ke rumah makan jepang. Rumah makan ini memiliki metode memesan ke arah kasir lalu langsung menunggu untuk mengambil pesanan.
Ardy yang memesan makanan dan menunggu pesanannya berada jauh dari Rian dan Andin sehingga dirinya tidak tahu apa yang di obrolkan mereka.
“Aku ingin makan daging yang banyak, kamu juga” Ucap Rian memecahkan kesunyian. Sebab dari pergi tadi sampai sekarang Andin diam tanpa bicara. Andin masih sama yaitu diam tanpa menjawab atau memberikan respon kepada Rian tentang tawaran sang suami atau atasannya itu.
Sebenarnya Rian menunggu Andin bertanya tentang Ara atau dirinya tapi harapannya sepertinya musnah karena sampai detik ini tidak ada pertanyaan tentang Ara atau dirinya.
“An... kamu tahu kita nikah terpaksa? Dan kamu harus tahu bahwa sebelum pernikahan itu terjadi Aku masih memiliki kekasih dan kamu lihat sendiri bukan bagaimana kekasihku itu.” ucap Rian sambil menatap Andin yang terdiam tanpa kata.
“An... Kamu tetap istriku dan kamu tetap milikku tapi hatiku sudah lama di miliki Ara, kamu siap ya berbagi karena aku tidak bisa meninggalkan Ara” ucap Rian yang mengejutkan Andin.
Begitu egoisnya Rian yang ingin memiliki dua wanita dalam waktu bersamaan. Istri mana yang tidak sakit hati mendapatkan pernyataan yang begitu menyakitkan dari sang suami.
“Kenapa kamu tidak menikahi Ara saja? Kenapa harus aku? Kenapa harus merusak hidupku?” tanya Andin kesal.
“Dia masih ingin meraih cita-citanya sedangkan aku di paksa kakek untuk segera menikah” ucap Rian dengan sorot mata memohon.
“Jadi kamu kira aku tidak punya cita-cita? Begitu maksud kamu?” ujar Andin dengan nada yang mulai meninggi.
“Aku tidak paham dengan keadaan kita, yang pasti aku ingin mencoba untuk berumah tangga denganmu, dan untuk Ara... aku akan mempelajari isi hatiku apakah harus memilih kamu atau dia. Karena jujur dia yang lebih dahulu masuk ke dalam hidupku” ujar Rian dengan wajah serius.
“Baiklah, bagaimana kita lakukan kesepakatan. Selain kesepakatan yang waktu itu kita bicarakan, bagaimana berikan aku waktu 4 bulan untuk meraih hatimu? Jika dalam waktu 4 bulan ke depan kita berdua tidak ada ketertarikan satu sama lain maka aku siap berpisah denganmu dan silakan kamu kembali dengan Ara?” Ujar Andin menawarkan kesepakatan.
“Baiklah jika kamu yakin begitu” ujar Rian.
“Tapi... selama 4 bulan ke depan aku tidak ingin kamu bertemu dengan Ara bagaimanapun kondisinya” ujar Andin.
“Baiklah” ucap Arya yang di akhiri dengan senyuman sebelum Ardy kembali bergabung dengan nampan berisi makanan.
Setelah makan siang, mereka bertiga kembali ke kantor.
Rian kembali ke ruangannya sedangkan Andin bersama Ardy sibuk mengerjakan beberapa file.
Jam pulang pun telah tiba, Ardy memilih pulang lebih dahulu mengingat hari ini ulang tahun adiknya yang usianya baru 17 tahun.
Tinggal Rian dan Andin di lantai atas.
Rian memanggil Andin untuk masuk ke dalam ruangannya. Andin pun mengikuti perintah Rian lalu ia masuk ke dalam ruangan CEO itu.
“Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Andin.
"Ini sudah jam pulang, jadi tidak perlu terlalu formal bicaranya" ucap Rian yang telah siap untuk pulang.
"Apakah kamu sudah siap pulang?" tanya Rian.
"Iya" ucap Andin singkat. Lalu Andin berbalik dan meninggalkan Rian sendirian di ruangan.
"Kenapa sikapnya jadi dingin begitu?" Rian bermonolog kepada dirinya.
Rian keluar dari ruangannya dan di sambut Andin yang telah siap untuk pulang.
"Saya sudah pesan taksi online, saya permisi duluan pak" ucap Andin lalu meninggalkan Rian yang membeku di depan ruangan.
Rian berjalan cepat ketika tersadar dari lamunannya. Dia ingin membuka hatinya untuk Andin dan meyakini hatinya bahwa Ara bukan jodohnya.
Rian meraih tangan Andin sebelum masuk kedalam lift.
"Jam kerja kita sudah selesai, kamu adalah istriku bukan seketarisku." ucap Rian menatap mata Andin.
Andin melepas cekalan tangan Rian ke tangannya. lalu melangkah masuk kedalam lift tanpa menjawab atau bicara kepada Rian.
Andin merasa menyesal menerima pernikahan yang rumit menurutnya. Dia menjadi orang ketiga di antara Ara dan Rian. Andin merasa waktu 4 bulan yang menjadi kesepakatannya dengan Rian tidak mungkin bisa merubah hati Rian, pasalnya hubungan Ara dan Rian sepertinya telah berjalan lama.
Andin bisa mengetahuinya ketika melihat Ara dengan kemanjaannya duduk di pangkuan Rian.