(#HIJRAHSERIES)
Keputusan Bahar untuk menyekolahkan Ameeza di SMA Antares, miliknya mengubah sang putri menjadi sosok yang dingin.
Hidup Ameeza terasa penuh masalah ketika ia berada di SMA Antares. Ia harus menghadapi fans gila sepupu dan saudaranya, cinta bertepuk sebelah tangan dengan Erga, hingga terlibat dengan Arian, senior yang membencinya.
Bagaimanakah Ameeza keluar dari semua masalah itu? Akankah Erga membalas perasaannya dan bagaimana Ameeza bisa menghadapi Arian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Hasna Raihana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Merepotkan!
Sebisa mungkin pandangan Ameeza fokus mendengarkan penjelasan Ily—seniornya. Namun, rasa kantuk seolah terus berusaha mendobrak pertahanannya. Sudah berbagai cara ia lakukan untuk menghilangkan kantuk ini. Dari mulai memelototkan matanya paksa, menggunakan lem perekat, minum air banyak sampai mencubit sekeras mungkin tangannya sendiri. Namun, usahanya gagal total. Perlahan kedua kelopak mata Ameeza menutup.
"AMEEZA!"
Suara gebrakan dan panggilan melengking itu langsung menusuk gendang telinga Ameeza. Sehingga kedua kelopak matanya otomatis terbuka. Namun, saat pandangannya terfokus ke depan ia dikejutkan dengan kedua seniornya yang sudah ada tepat di depan mejanya. Sebisa mungkin Ameeza memasang topeng berlagak biasa saja.
"Senior lagi nerangin itu dengerin, jangan molor," cibir Ily pedas. Dan jangan lupakan wajah seniornya itu sudah merah padam. Bukan salting, yah. Melainkan seniornya itu benar-benar marah besar.
"Urus tuh, Gas. Males gue."
Selepas mengatakan itu Ily berjalan menuju meja depan. Lantas meraih tasnya dan menutup pintu kasar yang menciptakan suara sangat keras.
Ameeza sempat mendengar Agas—seniornya menghela napas pelan. Kemudian ia berjalan ke depan. Lalu pandangannya menyeluruh menatap adik kelasnya. Deheman dari Agas cukup untuk menghentikan pandangan aneh dari adik kelasnya mengenai sikap Ily.
"Oke, gue rasa pertemuan kita cukup sampai di sini. Kalau ada yang mau di tanyakan boleh tanyakan di pertemuan selanjutnya atau tanyakan di grup club buku. Demikian pertemuan kali ini kakak ucapkan terima kasih untuk yang sudah hadir. Ke depannya tolong di ajak lagi, yah teman-teman kalian yang tidak hadir hari ini. Terimakasih."
Satu persatu anak-anak di dalam ruangan itu keluar. Kini hanya menyisakan Ameeza yang tengah membenahi alat tulisnya dan Agas yang tengah bersidekap di depan dada dengan pandangan lurus menatap Ameeza.
"Bisa gue ngomong sebentar sama lo?"
Alis Ameeza menyatu. Ia merasa punya firasat tak enak hari ini. Terlebih lagi ekspresi Agas sangat serius. Dalam hati Ameeza berdoa semoga saja tidak akan terjadi apapun.
"Duduk," titah Agas seraya menunjuk kursi tengah paling depan yang tepat berhadapan dengan Agas.
Untuk saat ini Ameeza menurut saja tanpa banyak oceh. Setelah duduk, Ameeza menatap Agas yang masih terdiam dengan kedua tangannya sudah berpindah ke saku celana.
"Hari ini lo beruntung."
Walau sebenarnya Ameeza penasaran dengan kata-kata Agas. Ia sebisa mungkin menahan diri untuk tidak bersuara. Biarkan saja ia hanya menyimak tanpa mengeluarkan suara apapun jika dirasa tak penting.
"Karena yang ngasih nasehat ke lo bukan Ily, tapi gue. Kalau Ily gue gak jamin lo bakalan tetep pertahanin muka tembok lo. Gue yakin seratus persen lo bakalan sakit hati dan nangis kalau dikasih nasehat sama Ily," ucap Agas pelan tapi seolah mengoyak hati Ameeza.
Tak tahan mendengar itu Ameeza akhirnya bersuara. "To the point, Kak."
"Intinya lo harus lebih menghargai orang yang lagi berbicara di depan. Kalau lo sendiri mau dihargai sama orang lain," nasihat Agas.
Sebelum sepenuhnya berbalik. Agas menoleh menatap Ameeza seolah teringat sesuatu. "Oh, dan satu lagi. Erga itu temen sekelas lo 'kan?"
"Iyah."
"Gue gak mau tahu lo harus cari dia. Tanya kenapa di gak masuk selama tiga pertemuan belakangan ini. Gue gak dapet laporan apapun tentang dia. Makanya gue mau lo cari dia. Gue kasih waktu lo sampai pertemuan selanjutnya," tutur Agas diiringi dengan senyuman singkat diakhir kalimat.
Ameeza hendak memukul meja. Namun, urung ketika seniornya itu kembali berbalik setelah mencapai ambang pintu. "Kalau gagal lo bakalan terima konsekuensinya."
Setelah Agas menghilang dari balik pintu. Ameeza meluapkan kekesalannya dengan memukul meja berkali-kali. Sampai di pukulan terakhir tangannya meleset dan berakhir mengenai paku yang ada di tepi meja.
Menahan nyeri yang mulai menjalari sisi telapak tangannya. Gigi Ameeza gemerletuk.
Ngerepotin banget, sih lo!
Kenapa sih gue harus terus berurusan sama Erga?!
...-oOo-...
Hari berikutnya saat jam pulang sekolah tiba, Ameeza mencegat Erga yang baru satu langkah keluar dari bangkuannya. Kebetulan kelas sudah sepi, maka dari itu Ameeza berani melakukan tindakan ini.
Erga masih diam memandang sekilas dan berusaha tenang dengan sikap tiba-tiba Ameeza. Meski sebenarnya ia sedikit gelisah mengenai sesuatu hal. Namun, ia berusaha mempertahankan raut wajah datarnya.
Ameeza mamandang Erga dengan sorot mata penuh kejengkelan. Walau sebenarnya ia malas membujuk manusia di depannya ini. Tapi, apa boleh buat keadaan tidak sedang berpihak padanya. Jika tidak melakukan ini Ameeza tidak tahu apa konsekuensi yang akan diterimanya.
Sebelum berbicara Ameeza menghela napas pelan. Sebisa mungkin mengubur dalam kekesalan yang terus mencuat. "Minggu besok lo harus hadir."
Tanpa peduli dengan jawaban Erga, ia berbalik. Lantas berjalan pergi meninggalkan ruang kelasnya. Namun, belum sempat Ameeza mencapai ambang pintu, Erga lebih dulu bersuara.
"Saya gak bisa."
Kaki Ameeza terasa dipaku ditempat. Mendengar penuturan singkat itu membuat gejolak emosinya yang semula sudah dikubur dalam kembali mencuat. Ia berbalik. "Gue tanya apa alasan lo bolos di club buku?"
Kurang dari satu menit Erga sempat terdiam. Memikirkan kata yang pas untuk menjelaskan keadaannya saat ini. Lalu ia berkata, "Ada acara keluarga."
Alis kanan Ameeza naik. "Yaudah, minggu besok lo izin dulu sama Kak Agas atau Kak Ily."
Masa bodoh dengan tanggapan Erga selanjutnya. Ameeza lebih dulu berbalik dan pergi. Sedangkan Erga ia mengurungkan niatnya untuk sekedar berkata terimakasih pada Ameeza karena sudah peduli padanya.
...-oOo-...
Hari ini Ameeza memilih izin tidak hadir di club buku karena sedang sakit. Padahal itu hanya alibi agar ia bisa beristirahat sekaligus menjernihkan pikirannya yang seolah sudah terkontaminasi oleh satu hal.
Erga.
Si kutu buku plus si irit bicara itu akhir-akhir ini membuatnya kesal secara beruntun. Dan Ameeza menyesal sudah memilih club buku sebagai ekskulnya. Hal inilah yang membuat Ameeza terus saja berhubungan dengan yang namanya Erga.
Tak butuh waktu lama mobil berwarna silver miliknya parkir di tempat khusus mobil. Selepas membuka seat belt-nya Ameeza segera keluar dari mobil.
Hari ini ia hanya ingin refreshing sejenak. Melupakan segala kekesalan dan amarah yang tertumpuk di hatinya. Ameeza memilih Cafe ElBa sebagai pelariannya.
Setelah memesan minuman. Ameeza menopang dagu bosan. Menatap seluruh isi cafe yang di dominasi anak-anak SMA.
"Selamat menikmati," ucap seorang pelayan.
Ameeza hanya mengangguk tanpa senyuman.
Ameeza menyedot ice blend coffee yang dipesannya. Ia mencoba minuman ini karena penasaran dengan rasanya. Juga karena kebanyakan anak-anak di kelasnya suka membicarakan tentang minuman ini.
Tidak buruk menurutnya. Setidaknya ice blend coffee ini bisa membantu mendinginkan hati dan kepalanya yang tengah panas. Masih menyesap minuman, Ameeza mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe. Dan tatapannya seketika terhenti pada salah seorang laki-laki yang sibuk meracik kopi.
Erga.
Yah, laki-laki itu dengan setelan kaos putih dipadukan dengan apron berwarna mocca tampak sangat ahli meracik kopi di mata Ameeza. Ameeza terus memperhatikan Erga dari awal meracik kopi sampai menyajikan kopi.
Ameeza serasa ditampar oleh batinnya sendiri yang berteriak tak terima dengan kekaguman yang Ameeza tunjukan. Tersadar akan kebodohannya Ameeza segera mengalihkan pandangan. Berusaha bodo amat jauh lebih baik daripada diam-diam memperhatikan.
Dan sekarang Ameeza tahu Erga sudah berbohong. Dia bilang izin tidak hadir di club buku karena ada urusan keluarga. Ternyata dia kerja di cafe ini.
"Pembohong," gumam Ameeza dengan smirknya.
...-oOo-...