Sebuah cerita perjuangan hidup seorang ayah yang tinggal berdua dengan putrinya. Meski datang berbagai cobaan, selalu kekurangan, dan keadaan ekonomi yang jauh dari kata cukup, tapi keduanya saling menguatkan.
Mereka berusaha bangkit dari keadaan yang tidak baik-baik saja. Ejekan dan gunjingan kerap kali mereka dapatkan.
Apakah mereka bisa bertahan dengan semua ujian? Atau menyerah adalah kata terakhir yang akan diucapkan?
Temukan jawabannya di sini.
❤️ POKOKNYA JANGAN PLAGIAT GAESS, DOSA! MEMBAJAK KARYA ORANG LAIN ITU KRIMINAL LHO! SESUATU YANG DICIPTAKAN SENDIRI DAN DISUKAI ORANG MESKI BEBERAPA BIJI KEDELAI YANG MEMFAVORITKAN, ITU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA KARYA JUTAAN FOLLOWER TAPI HASIL JIPLAKAN!❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Jagung Bakar
Vera mendapat kunjungan dari orang tuanya. Perdebatan di ruang tamu terdengar tak bersahabat di telinga Dinda. Dinda juga tidak paham dengan apa sebenarnya yang mereka ributkan di bawah sana. Keluar dari kamar, menuju lantai satu ruang tamu.. Dinda makin jelas mendengar mamah dan oma nya bersitegang.
"Apa kamu sudah tidak punya ot_ak sekarang? Jangan pernah berpikir untuk menikah dengan Teguh! Mau jadi apa kamu nanti? Lihat kehidupan mewah dan berkecukupan setelah kamu diperistri Cokro! Meski dia sudah ma_ti sekarang, setidaknya dia mewariskan seluruh hartanya untuk mu dan Dinda!" Bentak oma Dinda keras.
"Mami jangan egois dong mam! Dari dulu aku selalu nurutin keinginan mami sama papi! Pokoknya sampai ma_ti pun aku ogah menikah dengan orang lain selain Teguh! Mami enggak tahu sakitnya hatiku saat tahu cintaku enggak bisa kumiliki. Mami cuma bisa mikirin kepentingan sendiri!" Tidak kalah sengit, Vera berani berteriak menyuarakan apa yang dia rasa.
"Oowh gitu.. Kepentingan diri sendiri yang mana maksudmu? Selama ini kamu juga menikmati semua ini Vera! Jangan lupa, kamu dari kecil tidak pernah hidup susah dan kekurangan. Saat papi mu menawarkan perjodohan mu dan Cokro nyatanya dengan suka hati kamu terima. Malah kamulah yang ingin pernikahan kelian dipercepat! Tidak usah berlakon menjadi orang yang paling menderita jika sebenarnya kamu adalah orang yang paling bahagia!"
Vera membelalakkan matanya, bisa-bisanya maminya berkata seperti itu. Padahal maminya juga tahu, kenapa dulu Vera meminta agar pernikahannya dengan almarhum suaminya dipercepat. Vera berharap setelah menikah, Cokro akan cepat menghadap Sang Pencipta. Agar kisahnya dengan Teguh bisa dilanjutkan. Tapi, sekarang keputusannya itu malah dijadikan maminya untuk menyindirnya seperti itu.
"Mami enggak pernah sayang sama aku!" Teriak Vera keras.
"Kalau aku tidak sayang kamu, sudah ku biarkan kamu hidup terlunta-lunta karena menikah dengan Teguh yang tak jelas itu!"
"Mami hanya ingin kamu dan Dinda hidup terjamin. Tidak kekurangan, bahagia bisa nyusul saat kamu punya uang! Kamu tahu, segala sesuatu bisa dibeli dengan uang Vera! Bukan dengan perasaan konyol mu itu!"
"Mau atau tak mau, mami sudah siapkan suami untukmu. Menikah dengannya akan membuat hidupmu lebih bahagia. Mami tak menerima penolakan!" Hardik maminya Vera.
Perdebatan berakhir setelah maminya Vera melihat sosok Dinda terpaku di anak tangga.
"Dinda, ayo ikut sama oma. Nginep di rumah oma ya." Tawar oma pada cucunya.
"Oma sama mama kenapa bertengkar?" Bocah itu melihat ke arah mamanya yang duduk dengan bahu bergetar. Sudah bisa dipastikan jika saat ini Vera menangis.
"Bukan bertengkar sayang.. Oma hanya ngasih tahu mamamu agar nurut sama oma. Surga anak ada pada ibunya, jadi selama oma masih ada.. Mamamu wajib berbakti kepada oma dengan menuruti semua kemauan oma." Ucap omanya Dinda sambil melirik ke arah Vera yang tak menjawab sama sekali.
Vera sakit hati. Dari dulu selalu diatur oleh kedua orang tuanya, harus begini dan begitu.. Tak ada kebebasan untuknya memilih jalan hidupnya sendiri. Selalu seperti itu, dengan embel-embel berbakti kepada orang tua, maminya menekannya sehingga mau tak mau dia terpaksa menuruti kemauan maminya.
"Mah.. Mamah kenapa? Mamah dimarahi oma ya?" Dinda mendekati mamanya saat omanya sudah pergi dari rumahnya.
"Bisa diem enggak Din? Mama lagi pusing, enggak usah banyak tanya!" Vera berjalan menuju kamarnya cepat. Meninggalkan Dinda yang sudah berembun matanya karena bentakan dari Vera tadi.
____
Teguh menghentikan kayuhan sepedanya. Memarkir sepedanya asal saat melihat seorang anak kecil seusia anaknya berjualan jagung bakar keliling. Masih ada banyak di wadah itu. Entah sudah laku berapa, atau mungkin juga belum ada satupun yang berniat membeli jagung bakar yang dia jajakan.
"Dek.. Satunya berapa?" Tanya Teguh. Tak disangka mata itu berbinar mendengar ada orang yang menanyakan dagangannya. Mungkin orang ini berniat membeli satu atau dua buah jagung yang dia jual. Pikir anak kecil itu.
"Satunya dua ribu pak, kalau beli tiga harganya lima ribu." Senyum itu membuat Teguh mengusap ujung kepala si bocah.
"Kalau aku beli semua, boleh?" Bocah ini mengangguk cepat. Raut kebahagiaan terukir nyata saat tangan kecilnya memasukkan satu per satu jagung bakar yang sudah dingin ke dalam kantong plastik.
"Allhamdulillah, makasih ya pak.. Semuanya dua puluh lima ribu."
Kata 'pak' yang diperuntukkan untuk memanggil Teguh seakan mengingatkan Teguh dengan putrinya yang ada di rumah. Teguh memberikan selembar uang seratus ribu kepada bocah itu, yang dia sendiri tak tahu siapa namanya.
"Maaf pak, saya tidak punya kembalian. Dari tadi jualan saya belum ada yang beli. Tunggu sebentar ya pak, saya tukerin uang dulu ke toko sebelah." Bocah itu ingin beranjak dari tempatnya berjongkok setelah tadi memasukkan jagung ke dalam plastik tapi, gerakannya terhenti oleh panggilan Teguh.
"Itu buat kamu semua dek."
"Subhanallah.. Ya Allah, terimakasih pak.. Saya bisa beli obat buat mbah saya." Air mata itu jatuh saat mengatakannya.
"Mbah? Mbahnya kenapa?" Tanya Teguh penasaran.
"Mbah saya sakit pak. Saya tinggal bertiga bersama kedua mbah saya.. Orang tua saya sudah berpisah. Ibu saya menikah lagi. Bapak juga. Mereka punya keluarga sendiri, sehingga saya dititipkan sama mbah saya." Cerita itu bergulir lancar tanpa ditanya.
"Orang tua kamu enggak ngajak kamu tinggal bareng?" Pertanyaan Teguh dijawab gelengan pelan.
"Saya tinggal bersama mbah saya pak.." Ulangnya lagi. Teguh bisa mendengar suara anak itu bergetar.
Teguh berjalan menyeberang jalan. Melanjutkan perjalanan pulang setelah membeli empat bungkus nasi di warung makan terdekat. Yang tiga bungkus untuk bocah tadi beserta kedua mbahnya, dan yang satu bungkus lagi untuk Ayu tentunya.
Teguh tak membeli nasi untuk dirinya sendiri, karena banyaknya jagung bakar yang dia beli tadi. Hatinya pilu melihat bocah sebaya anaknya berjalan menuju mobil dan motor yang berhenti di beberapa toko, hanya untuk menjajakan dagangannya. Banyak yang menolak secara halus, ada pula yang tak menganggap bocah itu ada, dengan acuh membiarkan saja kehadirannya hingga sang bocah berlalu pergi karena merasa terabaikan.
Dalam hati Teguh berdoa, untuk terus diberi kesehatan agar bisa menemani Ayu hingga dewasa. Menjadikan Ayu orang yang memiliki bekal hidup, berguna untuk agama serta sesamanya. Tak bisa Teguh bayangkan, jika Allah memanggilnya saat Ayu masih seusia sekarang.. Bagaimana nasib putrinya nanti tanpanya..
"Astaghfirullah... Maafkan hamba Ya Allah, hamba berpikir jauh seperti itu.. Mendahului ketentuan yang Engkau gariskan. Sesungguhnya hamba pasrahkan hidup serta matiku hanya kepadaMu Ya Rabb."
Ayu yang sedang menyikat sepatu di depan rumah terlihat bahagia melihat kepulangan bapaknya. Apalagi saat tahu ada banyak jagung bakar yang bapaknya bawa.
"Bapak.. Bapak abis pesta jagung bakar ya?" Tanya Ayu melihat dua plastik penuh jagung bakar.
"Bukan nduk. Ini tadi bapak beli di jalan.. Oiya, kamu bagiin ini buat tetangga samping rumah ya. Sisakan dua untuk kamu sendiri." Perintah Teguh memarkirkan sepeda di depan rumah.
"Siap bos!! Ayu pergi sekarang ya pak, anterin ini."
Teguh melihat langkah kaki kecil Ayu berjalan dengan sesekali melompat-lompat gembira. Diraihnya sepatu yang tadi Ayu sikat dengan air. Teguh melanjutkan pekerjaan anaknya yang tertunda karena perintahnya.
mgkn noveltoon bs memperbaiki ini..