Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 26
Mena saat itu langsung tanggap dan memilih untuk pergi.
Sedangkan Ben berdiri tepat di hadapan Daisy dengan menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku celana.
Mata mereka saling memandang, sepasang mata yang ganas dan sepasang mata penuh kebencian.
"Sudah puas mengumpatiku di dalam hati." Kata Ben.
Daisy tersadar dan memalingkan wajahnya lalu melihat ke arah makanan di hadapannya, ia menarik nafas dan resah apakah Ben akan marah padanya lalu menghukumnya.
"Sudah selesai?" Kata Ben.
"Ap... Apa... Saya tidak mengatakan apapun..." Kata Daisy berbohong dan melirik kekanan lalu kekiri, ia terlihat panik.
"Apa ada yang memberitahumu, jika kau tidak pandai berbohong? Tapi aku tidak bertanya tentang kau mengumpatiku di dalam hati, melainkan apa kau sudah selesai makan."
"Astaga!!! Makanya kalau bertanya itu yang jelas!!! Apa kau berniat menjebakku!!!" Umpat Daisy lagi.
"Su... Sudah..."
"Seperti yang aku lihat, kau makan cukup banyak, tapi lain kali kau harus mengabiskan semuanya." Kata Ben.
"Sa... Saya tidak bisa memakan itu semua secara bersamaan, karena saya bukan babi."
"Aku tahu kau bukan babi, maka dari itu aku membawamu kemari. Jika kau babi sudah ku penggal kepalamu dan ku jadikan barbeque."
Daisy menelan ludahnya, Ben selalu bisa memutar kalimatnya dan menusukkannya kembali padanya.
"Berdiri dan ikut denganku." Perintah Ben.
Kemudian Daisy menurut, Ben sadar Daisy semakin terlihat cantik dengan balutan pakaian mahal, bahkan Daisy terlihat lebih cantik dari berlian langka manapun yang pernah ia dapatkan.
Sebuah polesan dan mahakarya luar biasa semua ada di wajah serta perawakan Daisy, apalagi rambut hitam Daisy yang sedikit bergelombang, dengan tubuh ideal dan dada menantang yang sintal belum lagi saat itu Daisy memakai celana panjang membuat tubuh Daisy semakin terlihat cukup tinggi meski belum sebanding dengan Ben.
Ben kemudian melihat scraf yang menutupi leher Daisy. Ben percaya Daisy berusaha menutupi itu.
"Pilihan yang tepat." Kata Ben.
"Ya Tuan?" Tanya Daisy.
Ben merasa sesuatu telah bergejolak ketika ia melihat Daisy tampil dengan wajah segar dan cantik. Hasrattnya kembali menggebu dan tubuhnya mulai panas, seolah Ben ingin menyerang Daisy saat itu juga dan ia ingin melakukannya hingga sepanjang hari.
"Ikuti aku." Kata Ben mengalihkan pandangannya dengan cepat dan pergi keluar lebih dulu.
Daisy mengikuti langkah kaki Ben dengan terseok, dan kuwalahan.
"Apa dia mau pamer kaki panjangnya!!!" Gerutu Daisy dalam hati.
Tiba-tiba Ben berhenti membuat Daisy mendadak linglung dan tidak siap lalu menabrak punggung Ben.
Saat itu Ben membuka salah satu lift di dalam mansion dan bersiap turun, dengan sigap Ben menahan tubuh Daisy yang hampir jatuh.
"Aku penasaran apa yang membuatmu bersemangat menggodaku."
"A.... Aa... Aapppaaa??!!!" Daisy terkejut dengan kalimat tuduhan Ben.
"Baiklah mari kita coba sesuatu yang baru." Kata Ben.
Daisy masih di buat tak mengerti, namun ia tahu rencana apapun yang di buat Ben akan selalu merugikannya.
Ben dengan cepat menarik Daisy masuk, setelah pintu lift tertutup Ben melummaat bibir Daisy dengan rakus, hingga ciumannya berbunyi dan membuat gairah Ben semakin naik. Tiba-tiba Ben berhenti sejenak.
"Apa sebaiknya kita tidak jadi melihat pertunjukkan, apa aku harus membawamu ke kamar saja." Kata Ben.
"Aa... Aapa.... Sa... Saa... Saya rasa, saya belum siap, saya masih sangat kesakitan."
"Apakah benar-benar masih sakit?" Tanya Ben.
Daisy mengangguk lemah.
Ben menaikkan satu sisi bibirnya ke atas, dan wajahnya sedikit kecewa.
"Baiklah kalau begitu satu ciuman lagi." Kata Ben.
"Tu.. Tunggu..."
Namun Ben tidak memperdulikan penolakan Daisy, dia melakukan apapun yang ia inginkan tanpa ada bantahan, meski pun Daisy menolak itu tidak akan membuatnya mundur.
Ben menekan tubuh Daisy ke dinding, dan ******* mulut Daisy lagi, hingga suara-suara ciuman itu berbunyi keras, Ben sangat bersemangat dan juga panas.
TINGG!!!
Pintu Lift terbuka, terlihat Traver yang sedang menunggu di dekat lify segera memutar tubuhnya, sedangkan Daisy sangat malu melihat Traver bahkan para pengawal lain segera memutar tubuh mereka ketika melihat adegan dewasa ada di dalam lift setelah pintu terbuka.
"Ben benar-benar ingin meruntuhkan semua harga diriku, baiklah Daisy, tebalkan mukamu, memang seperti ini kan seharus ya, menjadi tahanan ranjang akan melalui hari-hari fulgarr setiap saat bersamanya, dan apa itu harga diri? Apa itu kesucian? Aku sudah tidak memilikinya lagi sejak aku memutuskan meminta tolong padanya, dan kedepannya di hadapan mereka hal ini pasti akan sering terjadi."
Ben keluar lebih dulu di susul Daisy, namun pemandangan aneh membuat rasa penasarannya berkecamuk di dalam benaknya. Tempat apakah itu?
Semua penuh dengan komputer-komputer besar dengan angka-angka serta simbol-simbo dan huruf-huruf yang tak ia mengerti, semua di penuhi dengan para pengawal yang sibuk memonitori dan beberapa berbicara melalui sambungan earphone mereka.
Daisy lalu menatap beberapa pintu baja berwarna abu-abu yang cukup banyak berjejer di sana. Ruangan itu sangat luas dan ia yakin kini sedang berada di ruang bawah tanah.
Ben melangkah kan kakinya dengan cepat ke sebuah ruangan yang tembus pandang, di sana Daisy melihat kaca tembus pandang dan memperhatikan pelayan-pelayan yang pernah memperlakukannya buruk mengalami kondisi sekarat.
"Ohhh astaga!!!" Teriak Daisy sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"A... Apa yang anda lakukan pada mereka!!!" Teriak Daisy.
"Aku? Bukan aku yang melakukannya." Kata Ben.
"Lalu siapa jika itu bukan anda, mereka berada di ruangan bawah tanah yang anda miliki." Kata Daisy menekan.
"Itu perbuatan Traver." Kata Ben dan melihat ke arah Traver.
"Apa..." Daisy kemudian melihat ke arah Traver.
"Dia sedikit bosan, dan suka bermain-main, menyayat kulit, menyiksa orang, memukul orang, dia menyukainya."
"Ini kriminalitas!" Teriak Daisy.
"Kau tidak menyukainya meski mereka telah berbuat jahat padamu."
"Tentu saja aku tidak suka, ini semua penyiksaan! aku membencinya! Lepaskan mereka!" Teriak Daisy.
Traver kemudian membuka kaca itu menjadi kaca transaparan 2 arah. Para pelayan itu melihat kedatangan Daisy dan langsung menggedor-gedor kaca.
"******!! Apa kau ****** itu!!! Karena dirimu lah kami berada di sini, dasar ****** hina!!! Kata salah satu pelayan.
"Kau sok suci!! Kau hanya pelayan yang naik ke atas ranjang Tuan Ben!!! Jangan pernah menyentuh Tuan Ben!!! Dia milikku!!! Kata pelayan lain.
"Wanita jalanggg!!! Aku akan membunuhmu!!! Kau pasti merasa bangga telah tidur dengan Tuan Ben!!! Tapi ingatlah dia akan membuangmu, dia akan segera membuangmu seperti dia membuangkuuu.....!!!!" Teriak pelayan lain lagi.
Seketika suara mereka tidak lagi terdengar karena Traver kembali menutup kaca tembus pandang 2 sisi, menjadi 1 sisi saja, dan mereka tidak bisa melihat Daisy lagi.
Namun, Daisy masih bisa melihat para pelayan itu mencoba mendobrak kaca dan membenturkan diri mereka.
Daisy sontak terkejut, meski dobrakan mereka tidak bersuara karena kedap suara, namun itu pasti terasa sakit di tubuh mereka, Daisy seketika mengerutkan tubuhnya dan berlindung di belakang Ben.
Ben sedikit melepaskan senyuman.
"Kau masih mau melepaskan mereka." Kata Ben.
"Ta... Tapi... Kenapa mereka seperti itu padaku..." Kata Daisy.
"Mereka di pengaruhi obat-obatan terlarang yang telah di kembangkan oleh seorang mafia. Mafia itu adalah musuh bebuyutan Tuan Ben, dia menggunakan para pelayan ini untuk menyakiti Tuan Ben dengan cara memasukkan obat-obatan terlarang itu ke dalam makanan Tuan Ben, namun saya mengetahuinya lebih dulu, dan membuat mereka meminumnya sendiri, mereka akan gila dengan obsesi mereka sendiri, dan ternyata obsesi mereka adalah Tuan Ben."
Daisy menelan ludahnya dan mendelik, mereka seperti zombie yang penuh darah. Daisy yakin, bahkan sebanyak apapun Traver menyiksa mereka, para pelayan itu pasti tidak merasakan sakit, karena seperti yang Daisy lihat sekarang, para pelayan itu bahkan membentur-benturkan kepalanya di kaca hanya agar dapat memecahkannya dan membunuh Daisy.
bersambung