Randy Ajiwinata terpaksa menikahi sahabat istrinya karena permintaan sang istri. Tika Ajiwinata meninggal dunia setelah melahirkan putri mereka. Dia mempercayakan suami dan putrinya kepada sahabatnya sendiri.
Karena permintaan terakhir sang sahabat. Rania Rudolf yang sedang di landa patah hati harena penghianatan sang kekasih. Akhirnya terpaksa menjadi ibu sambung untuk putri sahabatnya sendiri.
Walaupun Randy tidak pernah mengangap kehadirannya. Namun, Rania tetap bertahan dan menyayangi putrinya dengan sangat baik. Rania yang memiliki kesalahan di masa lalu berusaha memperbaiki kesalahannya dengan memenuhi wasiat sang sahabat.
Akankah Rania sangup bertahan dengan sikap dingin Randy kepadanya? Atau dia memilih untuk menyerah dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Yuk intip terus kisahnya...
Jangan lupa beri dukungan kalian kepada author ya.
follow akun media sosial Author.
Fb: Elprida wati tarigan.
Ig: elprida.wati.73
tiktok: elprida wati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
"Sstt! kau diam," ucap Dirga langsung menutup mulut Rania.
"Kau mau apa? kenapa kau mengikutiku?" tanya Rania geram sambil menepis tangan Dirga.
"Aku ingin bicara denganmu. Aku mohon sebentar saja,"
"Bicara apa lagi sih, Ga? nanti jika Randy lihat bagaimana? Bisa-bisa dia salah paham,"
"Kenapa kau selalu memikirkan dia? sedangkan dia tidak pernah memikirkanmu,"
"Tentu saja aku memikirkan dia. Karena bagaimanapun dia adalah suamiku. Jadi aku harus menghormatinya dan menjaga pernikahan kami,"
"Dia memang suamimu. Tapi dia tidak mencintaimu. Ingat, Ra! kau itu baginya hanyalah istri pajangan,"
"Diam kau! kau tidak tau apa-apa. Jadi kau tidak perlu ikut campur dalam masalahku,"
"Aku tidak ikut campur. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Jika memang dia mencintaimu, apa dia telah menyentuhmu?"
Mendengar pertanyaan Dirga, Rania langsung terdiam. Dia tidak bisa berkata-kata karena memang Randy belum pernah menyentuhnya sama sekali. Jangankan menyentuh mereka saja tidur secara berpisah.
"Aku tau dia belum memberikan nafkah batin kepadamu," ucap Dirga terkekeh kecil.
"Ra! maafkan aku. Aku salah karena tidak bertindak tegas dengan hubungan kita. Tapi aku berjanji aku akan memperbaiki semuanya. Aku mohon beri aku waktu," ucap Dirga mengengam tangan Rania.
"Kau gila, Ga! kita sudah milik orang lain. Jadi tidak mungkin untuk kita bersatu lagi," ucap Rania tegas lalu menepis kasar tangan Dirga.
"Kita memang sudah menjadi milik orang lain. Tapi bukan untuk hati kita. Aku tau kau masih mencintaiku. Aku juga begitu. Kau tidak bahagia dengan pernikahanmu. Sama seperti diriku yang tidak pernah bahagia bersama Arin. Aku hanya mencintaimu, Ra! Aku mohon kita perbaiki lagi hubungan kita ya," ucap Dirga menangkupkan kedua tangannya di wajah Rania.
Rania menatap lekat mata Dirga. Dia dapat melihat cinta yang begitu besar terpancar di mata Dirga. Cinta yang sangat besar bahkan masih sama seperti dulu. Namun, walaupun mereka masih saling mencintai, akan tetapi takdir mereka tidak akan pernah bisa bersatu.
"Maaf, Ga! pernikahan itu bukanlah permainan. Tapi pernikahan itu ikatan suci. Jadi Maaf! aku tidak bisa menerimamu lagi dalam kehidupanku. Lebih baik kau melupakanku dan mencoba menerima Arin," ucap Rania meneteskan air matanya lalu melepaskan tangan Dirga.
"Tapi, Ra!"
"Maaf! aku tidak mencintaimu lagi. Aku hanya mencintai suamiku. Jadi, aku mohon jangan ganggu aku lagi," ucap Rania menghapus air matanya lalu mencoba membuka pintu.
"Maaf! aku tidak bisa menuruti keinginanmu. Aku akan terus memperjuangkan cinta kita. Kau lihat saja," ucap Dirga menatap tajam Dirga.
"Jika kau terus memperjuangkan cinta kita. Maka, itu sama saja kau ingin aku menderita. Tapi jika itu yang kau inginkan silahkan saja. Karena perbuatanmulah yang menunjukkan bagaimana cintamu yang sebenarnya kepadaku," ucap Rania kembali melangkahkan kakinya.
Mendengar ucapan Rania, Dirga hanya terdiam sambil menatap punggung Rania. Dia mengusap wajahnya kasar lalu berteriak penuh amarah.
"Arghh... Ini semua karena Arin. Seharusnya dia menolak perjodohan itu," teriak Dirga sambil melayangkan tinjunya ke dinding.
"Lihat saja! jika aku tidak bisa hidup bahagia dengan Rania. Maka, kau juga tidak akan bisa hidup bahagia denganku," ucap Dirga mengepalkan tangannya geram.
...----------------...
Arin berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sudah seminggu Dirga tidak pernah kembali ke rumah mereka. Bahkan ponsel Dirga juga tidak pernah bisa di hubungi. Sikap Dirga yang selalu menjauhinya membuat Arin menjadi frustasi.
"Arghhh! kenapa nasibku menjadi seperti ini? kenapa aku tidak pernah bahagia? padahal aku hanya ingin hidup bahagia dengan pria yang aku cintai," teriak Arin mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Bagaimana jika ancaman Rania benar. Dia akan merebut Dirga dariku. Ini tidak bisa di biarkan. Aku harus berbuat sesuatu," ucap Arin seperti orang linglung.
"Rin! apa kau ada di dalam?" tanya seorang pria sambil mengetuk pintu kamar Arin.
Mendengar suara briton yang sangat dia kenal memanggilnya, Arin langsung menarik napasnya pelan. Dia menghapus air matanya lalu berusaha mengatur emosinya.
"Ia, Pa!" ucap Arin bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati pintu.
Ketika Arin membuka pintu dia melihat seorang pria paru baya yang mengunakan stelan jas lengkap berdiri di depan pintu.
"Ada apa, Pa?" tanya Arin dengan suara sedikit serak karena habis menangis.
Melihat keadaan menatunya yang sangat kacau, Bima hanya mampu membuang napasnya kasar. Dia melihat mata Arin yang membengkak karena menangis denga penuh rasa iba.
"Apa bisa papa bicara denganmu?" tanya Bima menatap Arin.
"Bisa, Pa! Ayo masuk,"
"Tidak! lebih baik kita bicara di luar. Papa tunggu kamu di bawah," ucap Bima tersenyum lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Arin.
"Baik, Pa!" ucap Arin kembali menutup pintu.
Arin pergi ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya. Dia menatap dirinya dari pantulan cermin dengan tatapan kosongnya. Berlahan dia mengingat jika Bima sedang menunggunya di ruang tamu. Dengan cepat Arin mengeringkan wajahnya dengan handuk lalu bersiap untuk menemui Bima.
Arin berjalan dengan sejuta pertanyaan di pikirannya. Karena tidak biasanya mertua laki-lakinya itu menyapanya. Namun, kali ini Bima datang secara langsung untuk berbicara kepadanya. Tentu saja hal itu membuat Arin menjadi binggung dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Ada apa ini? kenapa Papa tiba-tiba ingin bicara denganku? Mudah-mudahan tidak ada masalah lain lagi," batin Arin sambil berjalan menuruni anak tangga.
Bersambung......
rania jadi randy.. 😂😂