Bahu Bakoh

Bahu Bakoh

Bab 1. Kaos Kaki

Seorang anak kecil berjalan pelan menunduk sepulang sekolah. Bukan mencari receh yang mungkin jatuh tapi, dia hanya berhati-hati kalau-kalau sepatu yang dipakainya terbuka makin lebar di bagian depannya. Sepatu yang sudah seperti mulut buaya yang sedang berjemur itu masih saja dipakai si bocah karena memang dia tidak memiliki sepatu lain lagi sebagai gantinya.

Teriknya matahari siang ini menambah dahaga si bocil, tatapannya makin sayu saat melihat penjual es dawet yang sedang dikerubungi para fansnya yang kehausan butuh kesejukan pada tenggorakan mereka.

Diah Ayu, nama bocah yang sekarang membuka tas selempang nya. Mencari botol air mineral yang dia pakai sebagai wadah air minumnya. Masih ada sedikit air. Dia meneguk air itu sambil membayangkan sedang menikmati es dawet yang manis dingin di setiap tegukan nya.

"Yu Ayu.. Kamu pulang bareng aku aja yuk!" Ajak Dinda, teman sekelas Ayu yang sedang dibonceng ibunya dengan motor matic.

Rumah mereka berdekatan, itu sebabnya Dinda menawarinya tumpangan. Tadinya Ayu, panggilan bocah delapan tahun itu, bersemangat ingin pulang bersama Dinda. Tapi akhirnya, Ayu menggeleng pelan saat melihat wajah ibu Dinda yang merengut menunjukkan ketidaksukaan yang nampak nyata.

Mata ibu Dinda bahkan melotot mengisyaratkan agar Ayu tak mendekati motornya yang masih menyala.

"Din, habis ini mama mau ambil belanjaan di kios koh Al lho. Belanjaan mama banyak! Mau ditaruh di mana belanjaan mama kalau kamu ngajak dia segala." Kata ibunya Dinda judes.

Tak mau makin banyak drama, Ayu hanya tersenyum saat Dinda melambaikan tangan dengan jarak yang makin menjauh.

Setengah jam berjalan kaki, Ayu sampai juga di rumahnya. Melepaskan sepatu yang menjadi alas kakinya, yang telah berjasa membawanya kembali pulang ke rumah tanpa merasakan sakitnya butiran kerikil dan panasnya aspal jalanan.

"Bapak belum pulang.." Ucap Ayu saat melihat rumahnya masih sepi.

Setelah mengganti baju, Ayu berjalan menuju dapur. Matanya menyusuri meja kecil, di sana ada dua bungkus mi instan. Dengan cekatan Ayu mengambil beberapa batang kayu bakar guna menyalakan perapian. Tak ada kompor gas, hanya tungku tanah liat yang sudah hitam dan penuh dengan abu bekas pembakaran.

Hanya mi instan saja sudah cukup membuat Ayu senang. Perutnya yang sedari tadi berdendang bisa kembali kalem setelah menyantap sepiring mi tadi.

"Yu.." Suara lelaki yang sangat dia kenal memanggil namanya.

Ayu yang telah menyelesaikan makannya langsung beranjak keluar dari dapur setelah mendengar bapaknya memanggilnya.

"Ya pak. Tadi mi nya tak makan satu pak, masih satu.. mumpung apinya masih nyala, Ayu masakin satunya buat bapak ya?!"

Ayu ingin kembali ke dapur tapi bapaknya mencegah niatnya itu.

"Udah Yu. Enggak usah.. Bapak udah makan tadi. Ini.. bapak beliin kamu kaos kaki. Kamu bilang kaos kakimu udah bolong. Jempolnya kelihatan.. Ini buat sekolah besok ya." Bapak menyerahkan kaos kaki putih ukuran anak SD pada Ayu. Ayu tersenyum. Dia senang bukan kepalang.

Saking senangnya, Ayu membuka kaos kaki yang masih terbungkus plastik dengan gerakan cepat. Dia mencobanya. Matanya terlihat berbinar. Dia sudah membayangkan besok waktu sekolah dia tak perlu lagi menekuk ujung jempolnya guna menyembunyikan jempolnya yang muncul dari balik sepatu karena kondisi kaos kakinya yang bolong.

"Suka Yu?" Tanya bapaknya tersenyum melihat kebahagiaan putri kecilnya.

"Suka pak! Ayu suka banget.. Bapak kok tahu ukuran kaki Ayu, lihat deh pak! Pas dipake Ayu." Ayu tidak tahu jika semua ukuran kaos kaki anak SD dibuat sama dari pabriknya.

Ayu sekarang duduk di kelas dua SD. Dia tinggal berdua dengan bapaknya di rumah kecil berlantai tanah, dengan dinding dari papan kayu yang terlihat dibeberapa bagian nampak dimakan rayap. Tak ada televisi layar datar, apalagi smart TV seperti di kebanyakan rumah di desa mereka. Hanya TV dengan layar jenong seperti ikan lohan yang menghiasi ruang tamu mereka. Itupun sudah tidak berfungsi karena bapak Ayu belum bisa membelikan stb agar televisi mereka bisa beralih ke siaran televisi digital.

Bapak Ayu bekerja sebagai kuli pemecah batu. Pekerjaan serabutan yang tidak setiap hari bisa beliau andalkan untuk menghasilkan uang. Sebagai alternatif lain agar kebutuhan tercukupi, bapak Ayu kadang bekerja di pasar menjadi tukang panggul barang di sana. Tetap bukan pekerjaan yang menjanjikan kemewahan tapi, itulah yang beliau bisa lakukan untuk mensejahterakan Ayu. Meski bapak Ayu sangat yakin saat ini kehidupan keluarganya jauh dari kata sejahtera.

Malam tiba, rintik hujan jatuh berirama saat air dari langit itu terjun bebas membentur genting rumah pak Teguh, nama ayah Ayu. Dia teringat anaknya tadi menjemur sepatu di teras rumah mereka. Bergegas pak Teguh mengambil sepatu Ayu sebelum basah kuyup karena kehujanan.

Di tengah pekatnya malam, diiringi gemericik air hujan, pak Teguh mengambil benang dan jarum khusus untuk menjahit bagian depan sepatu Ayu yang menganga.

'Yu.. Maafkan bapak yang belum bisa memberikan sepatu baru buat kamu nak. Hanya kaos kaki itu saja yang bisa bapak berikan.'

Suara petir mengagetkan Ayu yang sudah tertidur pulas di kamarnya. Dia berjalan keluar kamar mencari bapaknya yang masih terjaga. Ayu melihat bapaknya sibuk bergelut dengan benang serta jarum, menjahit sepatunya yang rusak.

"Pak.." Lirih Ayu.

"Lho kenapa Yu? Kaget sama petir ya? Sini.." Tangan pak Teguh melambai meminta Ayu menghampirinya. Ayu menurut.

"Maaf ya Yu.. Bapak belum bisa beliin sepatu baru." Ujar pak Teguh saat Ayu duduk merapat kepadanya.

"Enggak apa-apa pak. Tangan bapak berdarah?" Melihat tangan bapaknya.

"Hahaha.. Bukan, ini cat. Kamu baru bangun jadi ngawur lihatnya." Pak Teguh menyembunyikan tangannya.

Tapi, Ayu tak mudah dibohongi. Meski baru berusia delapan tahun tapi, Ayu cukup kritis dengan keadaan sekitar.

"Bapak enggak usah bohong sama Ayu. Ayu lihat kok tangan bapak berdarah.. Kalau saja ibu masih ada ya pak, bapak enggak perlu ngesol sepatu Ayu sendiri kayak gini. Pak.. Ayu kangen banget sama ibu.." Ayu terisak.

Kalau sudah seperti ini, pak Teguh hanya bisa menghela nafas. "Yu.. Ibu sudah tenang di alamnya ya. Kalau kangen ibu, kamu ingat bapak nyuruh apa sama kamu?"

"Bacain al-fatihah pak.." Masih terisak.

"Iya. Bacain al-fatihah, berdoa sama Allah agar ibu di sana enggak sedih lihat kamu di sini nangisin ibu terus." Mengusap lembut rambut Ayu.

Hati pak Teguh pun tersayat jika Ayu mulai merasakan kerinduan pada ibunya yang telah pergi mendahului mereka menghadap sang Pencipta.

"Yu.. Dengarin bapak, enggak usah nangis terus. Besok kita ke tempat ibu ya, mau? Katanya kamu mau kasih lihat ke ibu gambar yang kemarin kamu bikin di sekolah." Pak Teguh menciptakan suasana baru agar Ayu tidak terus-menerus menangis. Ayu mengangguk meski belum sepenuhnya terdiam dari tangisnya.

"Tidur lagi ya kesayangannya bapak." Ayu terdiam, dia lebih memilih tidur di pangkuan bapaknya. Pak Teguh membiarkan saja Ayu bermanja kepadanya seperti itu.

Dengan suara pas-pasan pak Teguh menyanyikan lagu kasih ibu sambil mengusap perlahan kepala Ayu. Lambat laun mata Ayu terpejam, tertidur dengan harapan bisa bermimpi bertemu ibunya.

'Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.'

Tak terasa air mata pak Teguh menetes. Bukan hanya Ayu yang merindukan sosok ibunya tapi, pak Teguh yang amat mencintai mendiang istrinya itu juga merasakan sesak di dada menahan kerinduan untuk istrinya.

Terpopuler

Comments

Ganendra Dimitri

Ganendra Dimitri

belum apa apa sdah mewek duluan

2024-02-12

3

ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ 𒈒⃟ʟʙᴄ ㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ 𒈒⃟ʟʙᴄ ㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤ

mau baca ulang dulu 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-11-26

7

𝐃𝐈ᵃ𝐋𝐀𝐇😼

𝐃𝐈ᵃ𝐋𝐀𝐇😼

baru baca udah sedih🥹

2023-11-16

18

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kaos Kaki
2 Bab 2. Ibu
3 Bab 3. Ingatan Tentang Nur
4 Bab 4. Nur
5 Bab 5. Selamat Tinggal
6 Bab 6. Menikah Lagi?
7 Bab 7. Bekal Sekolah
8 Bab 8. Curhat Teman
9 Bab 9. Bahagia yang Sederhana
10 Bab 10. Ditagih Hutang
11 Bab 11. Ingin Membantu Bapak
12 Bab 12. Dighibah
13 Bab 13. Kebingungan Teguh
14 Bab 14. Dituduh Mencuri
15 Bab 15. Bertemu Orang Baik
16 Bab 16. Tetangga yang Lucu
17 Bab 17. Hari Pertama Kerja
18 Bab 18. Takut Padanya
19 Bab 19. Teguran Bu Guru
20 Bab 20. Kenangan Pahit
21 Bab 21. Alamat Palsu?
22 Bab 22. Kancing Baju
23 Bab 23. Bumbu Asin
24 Bab 24. Kebaikan Ervin
25 Bab 25. Berkabung
26 Bab 26. Begitu Syulit
27 Bab 27. Aksi Janda Depan Rumah
28 Bab 28. Sedihnya Hati
29 Bab 29. Sepatu Baru
30 Bab 30. Pendekatan
31 Bab 31. Pentas Seni
32 Bab 32. Terimakasih
33 Bab 33. Jagung Bakar
34 Bab 34. Ungkapan Hati
35 Bab 35. Cerita Teguh
36 Bab 36. Masalah Ervin
37 Bab 37. Rencana Vera
38 Bab 38. Masih Rencana Vera
39 Bab 39. Perintah Orang Tua
40 Bab 40. Bertemu Calon Suami
41 Bab 41. Cerita Ervin
42 Bab 42. Pertunangan
43 Bab 43. Dinda dan Ayu
44 Bab 44. Ulah Calon Pasutri
45 Bab 45. Hujan
46 Bab 46. Sabar
47 Bab 47. Efek Kehujanan
48 Bab 48. Bertemu Lagi
49 Bab 49. Persiapan Pernikahan
50 Bab 50. Selesai Sebelum Memulai
51 Bab 51. Batal
52 Bab 52. Kompor
53 Bab 53. Menikah
54 Bab 54. Terkacangi
55 Bab 55. Pacar Baru
56 Bab 56. Puber kedua
57 Bab 57. Kebersamaan Singkat
58 Bab 58. Puisi Ayu
59 Bab 59. Bertengkar
60 Bab 60. Resign
61 Bab 61. Pemimpin Baru
62 Bab 62. Kesalahan
63 Bab 63. Tinggal Bersama
64 Bab 64. Pergi
65 Bab 65. Kehilangan
66 Bab 66. Kejutan
67 Bab 67. Perubahan sikap
68 Bab 68. Beberapa Tahun Kemudian
69 Bab 69. Seperti Reuni
70 Bab 70. Berisik setiap hari
71 Bab 71. Iri?
72 Bab 72. Nasehat untuk Dinda
73 Bab 73. Gadis Istimewa
74 Bab 74. Sakit
75 Bab 75. Gangguan
76 Bab 76. Bukan Buta Biasa
77 Bab 77. Hanya mengimbangi ucapanmu
78 Bab 78. Kunjungan Teman
79 Bab 79. Belum Berubah
80 Bab 80. Nasi Bungkus
81 Bab 81. Kecelakaan
82 Bab 82. Target buruan
83 Bab 83. Selamat Jalan Kawan
84 Bab 84. Kesedihan Shopiah
85 Bab 85. Berusaha mengungkap fakta
86 Bab 86. Calon Pesakitan
87 Bab 87. Gundah
88 Bab 88. Haruskah Pergi?
89 Bab 89. Liburan Berakhir Kengerian
90 Bab 90. Kembali ke RS
91 Bab 91. Penyemangat
92 Bab 92. Pergi
93 Bab 93. Cahaya Untuk mu
94 Bab 94. Kenyataan
95 Bab 95. Tangisan
96 Bab 96. Lulus
97 Bab 97. Kesepian
98 Bab 98. Masih ada rasa?
99 Bab 99. Pagi itu
100 Bab 100. Berdamai dengan keadaan
101 Bab 101. Kembali Pulang
102 Bab 102. Keluarga kok gitu
103 Bab 103. Ke tempat kerja
104 Bab 104. Masih tentang Selvi
105 Bab 105. Kisah masa lalu
106 Bab 106. Juteknya Ayu
107 Bab 107. Belum memaafkan
108 Bab 108. Kunjungan ke Kafe
109 Bab 109. Nasehat ibu
110 Bab 110. Dibantu Teman
111 Bab 111. Syarat mbah Ribut
112 Bab 112. Ritual yang belum selesai
113 Bab 113. Alasan pergi
114 Bab 114. Dipersulit?
115 Bab 115. Betapa senangnya
116 Bab 116. Berhasil?
117 Bab 117. Kalah dari istri sah?
118 Bab 118. Bertengkar
119 Bab 119. Kenalan
120 Bab 120. Menjinakkan istri
121 Bab 121. Kena sanksi
122 Bab 122. Keributan
123 Bab 123. Hasil Pemeriksaan
124 Bab 124. Menerima hukuman
125 Bab 125. Ketahuan bohong?
126 Bab 126. Kemarahan Selvi
127 Bab 127. Bertemu tanpa silaturahmi
128 Bab 128. Kembali ke lubang yang sama
129 Bab 129. Derita Selvi
130 Bab 130. Gila?
131 Bab 131. Setan apa yang merasuki mu?
132 Bab 132. Terungkap
133 Bab 133. Pergi tak kembali
134 Bab 134. Hancur
135 Bab 135. Belum Sadar juga
136 Bab 136. Saran
137 Bab 137. Bertemu sang mantan
138 Bab 138. Akhir Untuk nya
139 Bab 139. Menjadi lebih baik
140 Bab 140. Cerita Teguh
141 Bab 141. Rindu
142 Bab 142. Drama?
143 Bab 143. Marah
144 Bab 144. Bertemu lagi
145 Bab 145. Bingung Harus Apa
146 Bab 146. Antara Dua Pilihan
147 Bab 147. Hujan
148 Bab 148. Jawaban Ayu
149 Bab 149. Membuka hati
150 Bab 150.Makin kagum padamu
151 Bab 151.
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155.
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 Bab 195
196 Bab 196
197 Bab 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
204 Bab 204
205 Bab 205
206 Bab 206
207 Bab 207
208 Bab 208
209 Bab 209
210 Bab 210
211 Bab 211
212 Bab 212
213 Bab 213
214 Bab 214
215 Bab 215
216 Bab 216
217 Bab 217
218 Bab 218
219 Bab 219
220 Bab 220 Bahu Bakoh
Episodes

Updated 220 Episodes

1
Bab 1. Kaos Kaki
2
Bab 2. Ibu
3
Bab 3. Ingatan Tentang Nur
4
Bab 4. Nur
5
Bab 5. Selamat Tinggal
6
Bab 6. Menikah Lagi?
7
Bab 7. Bekal Sekolah
8
Bab 8. Curhat Teman
9
Bab 9. Bahagia yang Sederhana
10
Bab 10. Ditagih Hutang
11
Bab 11. Ingin Membantu Bapak
12
Bab 12. Dighibah
13
Bab 13. Kebingungan Teguh
14
Bab 14. Dituduh Mencuri
15
Bab 15. Bertemu Orang Baik
16
Bab 16. Tetangga yang Lucu
17
Bab 17. Hari Pertama Kerja
18
Bab 18. Takut Padanya
19
Bab 19. Teguran Bu Guru
20
Bab 20. Kenangan Pahit
21
Bab 21. Alamat Palsu?
22
Bab 22. Kancing Baju
23
Bab 23. Bumbu Asin
24
Bab 24. Kebaikan Ervin
25
Bab 25. Berkabung
26
Bab 26. Begitu Syulit
27
Bab 27. Aksi Janda Depan Rumah
28
Bab 28. Sedihnya Hati
29
Bab 29. Sepatu Baru
30
Bab 30. Pendekatan
31
Bab 31. Pentas Seni
32
Bab 32. Terimakasih
33
Bab 33. Jagung Bakar
34
Bab 34. Ungkapan Hati
35
Bab 35. Cerita Teguh
36
Bab 36. Masalah Ervin
37
Bab 37. Rencana Vera
38
Bab 38. Masih Rencana Vera
39
Bab 39. Perintah Orang Tua
40
Bab 40. Bertemu Calon Suami
41
Bab 41. Cerita Ervin
42
Bab 42. Pertunangan
43
Bab 43. Dinda dan Ayu
44
Bab 44. Ulah Calon Pasutri
45
Bab 45. Hujan
46
Bab 46. Sabar
47
Bab 47. Efek Kehujanan
48
Bab 48. Bertemu Lagi
49
Bab 49. Persiapan Pernikahan
50
Bab 50. Selesai Sebelum Memulai
51
Bab 51. Batal
52
Bab 52. Kompor
53
Bab 53. Menikah
54
Bab 54. Terkacangi
55
Bab 55. Pacar Baru
56
Bab 56. Puber kedua
57
Bab 57. Kebersamaan Singkat
58
Bab 58. Puisi Ayu
59
Bab 59. Bertengkar
60
Bab 60. Resign
61
Bab 61. Pemimpin Baru
62
Bab 62. Kesalahan
63
Bab 63. Tinggal Bersama
64
Bab 64. Pergi
65
Bab 65. Kehilangan
66
Bab 66. Kejutan
67
Bab 67. Perubahan sikap
68
Bab 68. Beberapa Tahun Kemudian
69
Bab 69. Seperti Reuni
70
Bab 70. Berisik setiap hari
71
Bab 71. Iri?
72
Bab 72. Nasehat untuk Dinda
73
Bab 73. Gadis Istimewa
74
Bab 74. Sakit
75
Bab 75. Gangguan
76
Bab 76. Bukan Buta Biasa
77
Bab 77. Hanya mengimbangi ucapanmu
78
Bab 78. Kunjungan Teman
79
Bab 79. Belum Berubah
80
Bab 80. Nasi Bungkus
81
Bab 81. Kecelakaan
82
Bab 82. Target buruan
83
Bab 83. Selamat Jalan Kawan
84
Bab 84. Kesedihan Shopiah
85
Bab 85. Berusaha mengungkap fakta
86
Bab 86. Calon Pesakitan
87
Bab 87. Gundah
88
Bab 88. Haruskah Pergi?
89
Bab 89. Liburan Berakhir Kengerian
90
Bab 90. Kembali ke RS
91
Bab 91. Penyemangat
92
Bab 92. Pergi
93
Bab 93. Cahaya Untuk mu
94
Bab 94. Kenyataan
95
Bab 95. Tangisan
96
Bab 96. Lulus
97
Bab 97. Kesepian
98
Bab 98. Masih ada rasa?
99
Bab 99. Pagi itu
100
Bab 100. Berdamai dengan keadaan
101
Bab 101. Kembali Pulang
102
Bab 102. Keluarga kok gitu
103
Bab 103. Ke tempat kerja
104
Bab 104. Masih tentang Selvi
105
Bab 105. Kisah masa lalu
106
Bab 106. Juteknya Ayu
107
Bab 107. Belum memaafkan
108
Bab 108. Kunjungan ke Kafe
109
Bab 109. Nasehat ibu
110
Bab 110. Dibantu Teman
111
Bab 111. Syarat mbah Ribut
112
Bab 112. Ritual yang belum selesai
113
Bab 113. Alasan pergi
114
Bab 114. Dipersulit?
115
Bab 115. Betapa senangnya
116
Bab 116. Berhasil?
117
Bab 117. Kalah dari istri sah?
118
Bab 118. Bertengkar
119
Bab 119. Kenalan
120
Bab 120. Menjinakkan istri
121
Bab 121. Kena sanksi
122
Bab 122. Keributan
123
Bab 123. Hasil Pemeriksaan
124
Bab 124. Menerima hukuman
125
Bab 125. Ketahuan bohong?
126
Bab 126. Kemarahan Selvi
127
Bab 127. Bertemu tanpa silaturahmi
128
Bab 128. Kembali ke lubang yang sama
129
Bab 129. Derita Selvi
130
Bab 130. Gila?
131
Bab 131. Setan apa yang merasuki mu?
132
Bab 132. Terungkap
133
Bab 133. Pergi tak kembali
134
Bab 134. Hancur
135
Bab 135. Belum Sadar juga
136
Bab 136. Saran
137
Bab 137. Bertemu sang mantan
138
Bab 138. Akhir Untuk nya
139
Bab 139. Menjadi lebih baik
140
Bab 140. Cerita Teguh
141
Bab 141. Rindu
142
Bab 142. Drama?
143
Bab 143. Marah
144
Bab 144. Bertemu lagi
145
Bab 145. Bingung Harus Apa
146
Bab 146. Antara Dua Pilihan
147
Bab 147. Hujan
148
Bab 148. Jawaban Ayu
149
Bab 149. Membuka hati
150
Bab 150.Makin kagum padamu
151
Bab 151.
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155.
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
Bab 195
196
Bab 196
197
Bab 197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203
204
Bab 204
205
Bab 205
206
Bab 206
207
Bab 207
208
Bab 208
209
Bab 209
210
Bab 210
211
Bab 211
212
Bab 212
213
Bab 213
214
Bab 214
215
Bab 215
216
Bab 216
217
Bab 217
218
Bab 218
219
Bab 219
220
Bab 220 Bahu Bakoh

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!