Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#33
“Kamu bilang dia pergi? Pergi ke mana?!” tanya Eve dengan nada yang mulai meninggi.
“Aku tidak tahu. Ia pergi bersama Finn. Mungkin sedang melakukan perjalanan bisnis,” ungkap Ronald yang tak terlalu peduli.
Justru kepergian Rhys menjadi momen bagi dirinya untuk melaksanakan rencananya. Ia sudah menjalankan tahap awal dan ia tinggal menunggu saat waktunya tiba.
“Apa kamu tak bisa mencari tahu ke mana dia pergi?” tanya Eve.
“Untuk apa? Aku malah lebih suka ia tak berada di sini. Kalau bisa, ia tak perlu kembali,” kata Uncle Ronald.
“Enak saja! Aku ini calon istrinya. Kalau ia tak kembali, bagaimana aku bisa menjadi Nyonya Alban,” kata Eve yang kesal dengan perkataan Uncle Ronald.
“Kalau ia tidak ada, kan masih ada aku. Aku yang akan menikahimu.”
“Kamu?! Menikahiku?! Memangnya mau kamu ke-mana-kan istri tua-mu itu?” tanya Eve.
“Kalau sudah ada dirimu, aku akan menceraikannya. Aku tak peduli padanya. Aku hanya menyukaimu dan aku hanya mencintaimu,” jawab Uncle Ronald.
“Sepertinya idemu tidak buruk. Kalau begitu, buktikan padaku bahwa kamu bisa membahagiakan dan memanjakanku,” kata Eve dengan manja.
“Sebagai awal, aku akan menemanimu berbelanja, bagaimana?” Eve tentu saja menganggukkan kepalanya. Ia sangat suka uang, apalagi jika ada yang menghabiskan uang hanya untuknya.
Uncle Ronald tak terlalu takut diketahui oleh orang lain mengenai hubungannya dengan Eve. Ia akan dengan mudahnya menampik dengan mengatakan bahwa Eve adalah calon menantunya. Ia hanya menjaga calon menantunya itu karena sedang mengandung pewaris Keluarga Alban. Ya, baginya semua itu mudah, tak perlu dipersulit.
**
Pagi ini, Rhys bangun pagi seperti kemarin. Ia kembali melakukan olahraga dan setelahnya ia segera mandi. Ia akan menunggu di depan sekolah TK lagi dan mau kembali berbicara dengan Celine.
“Lin!” sapa Rhys saat melihat Celine yang baru tiba di sekolah.
Celine merasa kaget karena ia tak mengira bahwa Rhys akan datang sepagi itu untuk menemuinya, padahal ia sudah pergi lebih cepat dari biasanya.
“Lin!” Sekali lagi Rhys memanggilnya karena Celine tak mempedulikannya dan ingin langsung masuk ke dalam sekolah.
“Aku harus bekerja. Sebaiknya kamu pergi saja,” kata Celine.
“Ini masih jam setengah 7 dan sekolah baru akan dimulai pukul 8. Tak bisakah kita bicara sebentar.”
“Apa menurutmu masih ada hal yang perlu kita bicarakan? Aku rasa tidak. Bagiku, hubungan kita telah selesai.
“Tidak! Hubungan kita belum selesai dan aku tak akan membiarkannya selesai.”
“Tak ada yang perlu dipertahankan dari hubungan kita. Sebaiknya kamu kembali dan jadilah pria yang bertanggung jawab. Bukankah kamu akan segera menjadi seorang Dad? Kembalilah. Aku tak ingin merebut seorang pria dari seorang anak. Aku akan merasa sangat bersalah,” kata Celine.
Celine memutar tubuhnya dan ingin melangkah menuju ke dalam sekolah.
“Tapi aku menginginkanmu.”
Celine menghentikan langkahnya, “Jangan menjadi pria yang egois dan serakah. Aku ikhlas kita berpisah,” kata Celine.
“Tapi aku tidak! Aku memang egois karena aku menginginkanmu. Tapi aku berjanji akan tetap bertanggung jawab. Aku akan merawat anak itu, tapi bersama denganmu,” kata Rhys.
“Tak ada wanita yang ingin dipisahkan dengan anak mereka, Kak. Pergilah! Ku rasa tak ada yang biaa kita bicarakan lagi karena apapun yang kukatakan tak akan berpengaruh padamu.”
“Aku mengingat semuanya, Lin. Aku ingat semua janjiku padamu dan aku ingin menepatinya.”
“Kamu sudah menepatinya, Kak. Kamu sudah menikahiku. Tapi kamu tak berjanji untuk menikahiku selamanya,” kata Celine sambil tersenyum tipis. Ia segera masuk ke dalam sekolah tanpa menghiraukan keberadaan Rhys lagi.
**
“Aku bersalah. Aku sangat bersalah padanya. Aku jahat. Aku terlalu jahat padanya!” ungkap Rhys dengan setengah berteriak.
“Ada apa denganmu, Rhys?” tanya Finn yang heran atas sikap Rhys. Pria itu baru kembali dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil berteriak dan menerawang ke langit-langit kamar.
“Ia tidak akan memaafkanku kan, Finn? Karena itulah ia terus mendorongku pergi. Ia ingin aku menjauh darinya karena aku telah jahat padanya. Ya, aku jahat! Aku memang jahat, bahkan sangat jahat!”
“Rhys, Rhys … tenanglah. Ada apa sebenarnya dengan dirimu.”
“Ia mengatakan kalau ia ingin aku segera mengurus perpisahan kami dan bertanggung jawab pada Eve.”
“K-kamu? Kamu bertemu dengan Celine? Di mana?” Finn ingin tahu.
“Di sini. Ia tinggal di sini.”
“Di sini?” tanya Finn tanpa terlalu berharap Rhys mempertegas jawabannya. Betapa benang merah menghubungkan sepasang manusia ini, pikir Finn. Ia sudah mencari selama beberapa waktu tapi tak menemukan. Namun saat mereka berlibur, Rhys malah langsung bertemu dengan wanita yang ia cari.
“Kalau begitu tenang dulu. Kamu harus berpikir jernih sebelum berbicara dengannya. Kamu tahu kan apa yang ia hadapi?”
“Aku tahu, Finn. Aku juga tahu bahwa semua itu salahku. Apa yang harus kulakukan? Dijauhi olehnya, rasanya sangat menyakitkan. Aku mencintainya, Finn. Aku sangat mencintainya,” kata Rhys.
“Sebagai bukti cintamu padanya, mungkin kamu harus mengikuti keinginannya,” kata Finn.
“Tidak, Finn. Aku sudah mengambil keputusan. Aku tak akan menikahi Eve meskipun ia sedang mengandung anakku. Aku akan tetap menjadi suami dari Celine dan tak akan pernah ada perpisahan.”
🌹🌹🌹