Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Berhenti Berjuang!
Amara tetap tersenyum walau hatinya merasa sangat sebal karena Aga mengiranya sedang sakit karena memuji Aga secara tiba-tiba. "Saya tidak tidak sakit, Tuan. Saya sehat dan sangat bersemangat untuk bekerja."
Aga mengangguk dengan wajah yang masih nampak bingung. "Baguslah kalau begitu. Saya pikir kau sedang sakit."
Amara tersenyum kaku.
"Kalau begitu saya pamit keluar dulu, Tuan." Ucap Amara kemudian karena Aga tak lagi bersuara.
Aga mengangguk tanpa bersuara. Melihat respon Aga membuat Amara segera keluar dari dalam ruangan kerja Aga.
Amara menghela napas dalam-dalam setelah berada di luar ruangan kerja Aga. "Tetap semangat dan jangan lelah berjuang! Masih banyak waktu untuk mengambil hati Kak Aga." Amara menyemangati dirinya sendiri.
Baru satu hari Amara berjuang mengejar cinta Aga sudah membuat Aga bingung melihat sikap Amara yang tidak seperti biasanya. Amara yang biasanya lemah lembut kini terlihat sedikit agresif dengan terus berusaha mendekatinya.
Walau mendapatkan balasan tidak enak dari Aga yang menganggapnya sedikit aneh, namun tak membuat Amara gentar untuk berjuang. Ia terus berjuang mengejar cinta Aga hingga tanpa terasa sudah satu minggu lamanya.
"Jadi bagaimana, apa kakakku sudah menunjukkan tanda-tanda tertarik kepadamu?" tanya Agatha pada Amara yang saat ini sedang berkunjung ke rumahnya.
"Tidak. Kak Aga masih tetap seperti biasanya." Jawab Amara sedikit resah.
Agatha membuang napas kasar. "Jangan menyerah untuk berjuang. Aku yakin Kak Aga sebentar lagi akan menaruh perasaan kepadamu."
"Tapi apa itu mungkin. Sepertinya Kak Aga masih memendam perasaan pada Kak Nai sehingga sulit membuka hati untuk wanita lain."
"Aku rasa tidak. Kak Aga bukan masih mencintai kakakmu. Kak Aga hanya sedang tidak yakin untuk membuka lembaran baru dengan wanita lain."
Amara terdiam. Kini ia sedang berpikir cara apa lagi yang harus ia tempuh untuk mengejar cinta Aga. "Memuji Kak Aga sudah. Memberikan perhatian padanya juga sudah. Apa lagi ya." Ucapnya sambil mengetuk-ngetuk kening.
"Mengatakan cinta pada Kak Aga. Sampai saat ini kau belum menyatakan cinta pada kakakku bukan sehingga kakakku jadi bingung apa maksud dan tujuanmu mendekatinya." Sahut Agatha.
Amara menjentikkan jadi di udara. "Jenius. Kau benar. Aku belum menyatakan cinta pada Kak Aga!"
"Nah, kalau begitu secepatnya ayo katakan cinta pada kakakku!"
"Tapi..." Amara jadi menimbang-nimbang.
"Tapi apa lagi Amara. Jangan sampai kau ditikung oleh wanita lain yang juga sedang berusaha mendekati kakakku!" Agatha mengingatkan Amara jika sampai saat ini bukan hanya satu dua orang wanita yang mencoba mendekati Aga.
"Tapi bukannya biasanya pria yang mengungkapkan cinta pada wanita." Amara mengeluarkan pendapatnya.
"Amara, jaman sekarang sudah berputar. Banyak wanita di luar sana yang menyatakan cinta lebih dulu pada pria yang dicintainya. Jika kau hanya ingin menunggu Kak Aga yang menyatakan cinta lebih dulu kepadamu maka sampai lebaran monyet itu tidak akan terjadi!"
Amara berpikir beberapa saat. "Baiklah. Aku akan bergerak lebih cepat lagi. Jika hanya mendekati Kak Aga tidak mempan maka aku akan meloncat dengan langsung menyatakan cinta pada Kak Aga!" Ucapnya semangat.
"Nah, begitu baru Amara!" Agatha menepuk pundak Amara keras.
"Bahuku benar-benar bisa lepas jika kau terus memukulnya setiap kali kita bertemu!" Sungut Amara.
Agatha jadi tertawa. "Itu tanda aku sedang menyemangatimu. Semangat untuk calon kakak iparku!" Agatha mengangkat kedua tangan di udara menyemangati Amara.
"Semangat Amara!" Amara ikut mengangkat kedua tangan di udara menyemangati dirinya sendiri.
***