Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Pusing
"Lo manggil gue kesini cuma gini?"
"Kamu mau lebih dari pelukan?" Davin menatap istrinya lebih dekat lagi.
Valerie reflek membulatkan matanya. "Jangan ngelunjak ya."
"Kalau lo gak ngerengek pusing, gue juga gak bakalan mau lo peluk kayak gini."
"Yaudah, kamu jangan bawel kalau saya peluk kayak gini."
"Kalau saya ngerengek pusing setiap hari, kira-kira masih mau meluk saya gak?"
"Modus kan lo?"
"Peluk aja guling kalau pusing setiap hari."
"Lo gak takut kalau karyawan lo curiga?"
"Udah hampir setengah jam gue disini."
"Kalau orang-orang nyariin gimana?"
"Ngapain mereka nyariin istri saya?"
"Gue karyawan lo, jangan lupa."
"Kalau di ruangan ini, kamu istri saya."
"Di mata semua orang, gue anak magang."
"Salah sendiri gak mau dikenalin kalau kamu istri saya."
"Malu ya kamu kalau mereka tau kamu istri saya?"
"Harusnya bangga dong bisa jadi istri saya."
"Diem deh. Jangan ngeselin kayak temen lo."
"Temen saya yang mana?"
"Siapa lagi kalau bukan Dilan?"
"Dia ngeselin banget. Daritadi dia bahasa jatah mulu."
"Kok betah si lo temenan sama orang modelan kayak gitu?"
"Dilan emang gitu anaknya. Dia selalu maksa saya buat minta jatah sama kamu."
"Saya juga gak nyangka kalau Dilan bakal tanya langsung sama kamu kayak gini."
"Kalau kamu keganggu sama pertanyaan Dilan soal itu, saya bisa tegur dia."
"Dia selalu tanya soal itu sama lo?" tanya Valerie.
"Hmm."
"Terus lo jawab apa?"
"Saya jawab aja, kalau nunggu istri saya siap."
"Vin..."
"Kalau gue gak siap sampai kapanpun itu, lo bakal tetep nunggu?" Valerie memiringkan posisi tidurnya, menatap laki-laki di sampingnya itu dengan lekat.
"Gue takut."
"Takut kenapa?"
"Gue takut aja punya anak."
"Gue mau childfeeee."
"Gue takut gak bisa ngurus dia."
"Kita urus sama-sama."
"Tapi kayaknya kali ini gue mau egois."
"Kalau lo emang mau punya keturunan biar nerusin perusahaan lo, kayaknya lo harus cari perempuan lain selain gue." ucap valerie.
"Saya cuma mau kamu yang jadi ibu dari anak-anak saya."
"Saya bakal nunggu sampai kamu siap."
"Omongan orang-orang gak usah didengerin."
"Gue tuh paling gak suka kalau orang-orang tanya, 'Gue udah ngasih jatah belum sama lo?"
"Kesannya mereka maksa gue buat ngasih jatah sama lo."
"Gue gak suka."
"Nanti saya tegur Dilan biar gak tanya hal sensitif itu lagi sama kamu."
"Gue mau balik, lepasin."
"Kalau bukan job desk kamu, jangan mau disuruh ngerjain itu."
"Emangnya lo tau job desk gue apa?"
"Regan bilang kalau kamu kemarin disuruh Ziva beli kopi di koperasi. Jangan mau ya."
"Dia majikan gue."
"Saya juga atasan kamu. Kok kamu gak takut sama saya?"
"Ya beda, Davin. Udah lah, gue mau balik ke ruangan, ini udah jam istirahat."
"Gue lapar, mau makan di kantin."
"Yaudah, sana," ucap Davin sembari melepaskan pelukannya.
Dilan dan Regan menatap ke arah Davin dan Valerie yang baru saja keluar dari dalam ruangan pribadi milik davin.
"Apa liat-liat?" Valerie menatap kedua orang itu kesal.
"Galak banget ." sahut dilan.
"Biarin," ucap Valerie lalu segera keluar dari ruangan suaminya itu.
Davin mengambil duduk di hadapan teman-temannya.
"Mau apa di ruangan gue?" tanya davin.
"Hari ini habis dapat apa dari istri?" tanya Dilan mengintimidasi.
"Udah dapat jatah ya?"
"Lan, kalau sama Agata jangan bahas soal jatah. Kalau lo emang udah kepo banget soal hubungan seksual gue sama Agata, pendem sendiri aja. Dia sensitif kalau soal itu," kata Davin.
"Berarti udah dong?"
"Belum."
"Terus tadi ngapain di dalam? Udah hampir satu jam lo ngurung dia di dalam ruangan itu." tanya dilan sekali lagi.
"Lo gak perlu tau. Itu privasi gue sama istri gue."
"Padahal kita berdua udah nungguin kabar baik. Iya gak, Gan?" tanya Dilan kepada Regan.
"Lo aja, gue gak. Lo kepoan soalnya orangnya," celetuk laki-laki itu.
-
"Lo habis ngapain tadi sama Pak Davin?" tanya Jena sembari melahap makanannya.
"Lo pasti habis ciuman kan?" tebak jena.
"Atau lebih dari sekedar ciuman?" lanjutnya.
"Sumpah. Otak gue dari tadi traveling, bayangin lo diapain sama Pak Davin."
"Lo kenapa sih?" Valerie menatap temannya itu kesal.
"Udah lebih dari satu jam Lo di dalam sana. Dari jam set 11 sampai istirahat."
"Gak mungkin kan kalau gak ngapa-ngapain? Iya kan?"
"Lo pasti diapa-apain sama Pak Davin."
"Satu-satunya orang yang tahu gue istrinya Davin cuma Lo, Jean, Pak Regan, dan Pak Dilan. Awas aja kalau rahasia ini sampai bocor ke karyawan lain."
"Aman kalau sama gue."
"Buruan spill. Lo habis diapain sama Pak Davin?" tanya jena sekali lagi.
"Lo gak ada rasa gitu sama Pak Davin?"
"Pak Davin udah Lo kasih jatah?"
"Pantas aja dari tadi dia sumringah banget mukanya."
"Biasanya pagi-pagi udah ngomel-ngomel."
"Kayaknya Pak Davin harus Lo kasih jatah setiap hari deh. Biar mood dia baik terus kayak gini." ucap jena memberikan saran.
"Kenapa gak Lo aja yang ngasih dia jatah?" tanya Valerie balik.
Jena membulatkan matanya. "Pertanyaan macam apa itu, Nona Valerie?"
"Yang jadi istrinya pak Davin kan Lo. Jadi, yang pantes ngasih jatah Pak Davin itu cuma Lo."
"Gue rela kalau Lo mau ngasih jatah ke suami gue, gue sih gak minat." ucap valerie santai.
"Lo masih belum minat sama Pak Davin?" tanya jena tidak percaya.
"Gak minat dan gak akan pernah minat," ucap Valerie tegas.
"Gue takut banget kalau Lo nelen ludah sendiri."
"Gak akan. Gue gak cinta sama dia."
"Lo bukannya gak cinta sama dia, tapi belum waktunya aja."
"Val," Jena menghentikan ucapannya.
"Apa?"
"Lihat belakang Lo deh."
"Males."
"Ada Jean tuh sama perempuan."
Valerie refleks menoleh ke belakang.
"HAH?"
"Apasi?"
"Ngapain dia sama Shena?"
"Dia kalau gue ajak makan bareng gak pernah mau. Kenapa diajak Shena mau?"
"Lihat-lihatan kayak gitu lagi."
"Ishhh, gue gak terima," Valerie bangkit dari duduknya.
"Lo mau kemana?" Jena memegang pergelangan temannya itu.
"Ngelabrak dia."
"Duduk." ucap jena tegas.
"Apasi Lo?"
"Cepetan duduk." jena menarik tangan temannya itu, menyuruh wanita itu untuk segera duduk.
"Jangan bikin malu."
"Posisi Lo di kantor ini cuma anak magang, jaga sikap Lo. Ada banyak atasan yang lagi makan di kantin ini."