Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 - Rest
Suasana begitu hening, tidak ada orang di sekitar sini. Hanya ada satu lampu yang menerangi tempat ini. Lumi tidak menyangka akan di seret ke tempat seperti ini. Lumi kini sedang duduk di atas ayunan dengan Lana yang duduk di bawah. Dia masih memegang tangan Lumi begitu erat. Lumi kini sudah membaik. Tapi Lumi tak bisa berkata-kata Dia tetap membiarkan Lana memberikan perhatian padanya.
Lana terus menatap Lumi dari bawah, terkadang Dia mengelus pipi Lumi. Sedari tadi rasa canggung dan malu menggerayangi hati Lumi. Entah kenapa Lumi tidak bisa menolak sentuhan Lana. Padahal Dia ingin sekali menghempas tangan itu. Tapi reaksi tubuhnya berkata lain, Lumi merasa nyaman dan aman ketika Lana menyentuh dan memperhatikan Lumi
Mata Lana yang berkilau menatap Lumi, membuat Lumi semakin tersipu malu. Lana terlihat menggemaskan saat khawatir seperti itu. Seperti anak kecil yang meminta mainan pada ibunya.
" Apa yang kau pikirkan Lumi. " Sentak hati Lumi tak percaya dengan apa yang Lumi pikirkan tentang Lana.
" Menggemaskan "
" yang benar saja. "
Lumi menampar dirinya di alam bawah sadarnya. Tangan Lana begitu hangat dan tulus.
" Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan seperti ini. Dia begitu tulus padaku. "
" Sudahlah Lana, aku tidak apa - apa. Perasaanku sudah jauh lebih baik. " Ungkap Lumi yakin.
Lumi berpikir karena Dia tidak mau tangan Lana lepas, sebaiknya Lana yang harus melepaskan Lumi. Lumi merasa itu harus segera lepas, Lumi takut Dia mulai tergantung pada Lana.
" Benarkah? " Mata Lana kembali berkilau.
" Akh, mata itu. Berhentilah khawatir. " Ungkap hati Lumi yang mencoba mengontrol detak jantungnya.
Lana mulai memperhatikan wajah Lumi dan juga menatap matanya. Lumi kini mulai merasa canggung dengan tatapan Lana. Rasanya ingin meledak.
" Ketakutan pada mata Lumi sudah tidak ada bahkan wajahnya sudah lebih baik dari yang tadi. "
Koreksi Lana dalam hatinya.
" Bahkan tangan yang dingin tadi sudah kembali pada suhu semula. Bahkan gemetar di tangannya sudah menghilang."
Lana melepaskan genggaman Lumi secara perlahan. Lana mulai bangkit dan duduk di ayunan samping Lumi. Genggaman yang terlepas membuat Lumi sedikit kecewa. Tapi di satu sisi ada rasa lega dalam diri Lumi. Lumi takut dengan perasaan yang dia tidak kenal itu.
Hening beberapa saat. Lana kini melirik Lumi, wajahnya begitu layu dengan kepalanya masih tertunduk. Tangan Lana mulai menyibak rambut Lumi dari samping. Hingga terlihat wajah samping Lumi terekspos.
" Berhentilah menunduk, ini bukanlah dirimu. " Lana menyadarkan Lumi yang masih terpuruk.
Mata Lumi terkejut, lagi - lagi Lana membuat dirinya kembali merasakan perasaan itu. Seketika Lumi terdiam dan tertegun dengan kalimat yang Lana ucapkan. Senyum hangat Lana terlukis begitu indah. Tangan Lana mulai turun, Dia mulai mengayunkan dirinya. Lumi mulai mengedipkan matanya untuk menyadarkan dirinya. Semilir angin menyeruak masuk dalam sela-sela pakaian. Dingin. Tapi rasanya tidak begitu buruk. Lumi mulai membenahi dirinya dan pikirannya.
" Ayo kita istirahat sejenak. "
Lana yang sedang berayun kembali melirik Lumi. Kepalanya kini sudah tidak menunduk kembali. Sepertinya Dia sedang menenangkan dirinya. Lana kembali berayun. Dia masih ingat kejadian tadi. Lana yang baru saja selesai mengerjakan tugas kelompok dengan teman sekelompoknya. Saat keluar dari cafe, Lana disuguhkan riuh orang-orang di jalan. Lana pun merasa penasaran akhirnya melihat apa yang terjadi di keramaian tersebut. Ternyata ada kecelakaan lalu-lintas yang melibatkan dua kendaraan mobil. Tapi saat melihat itu, ada sesuatu yang lebih menarik perhatian Lana.
...Dari banyaknya keramaian kenapa kau yang terlihat begitu menonjol diantara keramaian itu. ...
...Wajah pucat pasi. Tangan yang terus begetar....
...Mata itu berteriak histeris meminta tolong. ...
...Kau berdiri kaku seperti patung. ...
...Tanpa sadar kaki ini melangkah ke arah mu....
...Hanya menuju ke arah mu tanpa ada rasa kendali dalam diriku. Entah kenapa aku tidak bisa mengendalikannya. Saat melihatmu terpuruk seperti itu,...
...aku ingin memelukmu. ...
...Hatiku begitu berdetak kencang dengan...
...nyeri berdenyut dalam hatiku. ...