Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Om sudah tidak sabar, Jeni.
Juliette pagi ini pergi kuliah dengan begitu bersemangat, karena dia merasa senang sudah menghabiskan malamnya bersama dengan Jeni.
Wanita itu banyak bertukar pikiran dengan calon ibunya tersebut, bahkan dia juga mengemukakan apa yang dia inginkan setelah Jeni menjadi Ibu sambungnya nanti.
Walaupun sebenarnya ada hal yang membuat dirinya sedikit kecewa, Jeni memutuskan untuk berhenti kuliah. Karena Jeni ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Jeni berkata ingin menjadi Ibu yang baik untuk Juliette dan juga anak-anaknya nanti, Jeni juga berkata ingin fokus mengurusi Josua dan juga rumah tangganya jika sudah menikah nanti.
Padahal, wanita itu harus berjuang keras untuk mendapatkan beasiswa, tetapi Jeni dengan mudahnya merelakan beasiswa itu demi dirinya dan juga Josua.
Juliette merasa jaga dirinya harus benar-benar bersikap baik kepada Jeni, karena wanita itu saja terlihat begitu ikhlas saat memutuskan untuk menikah dengan Josua.
"Gue bahagia!" ujar Juliette ketika gadis itu masuk ke dalam kelasnya.
Jika Juliette sedang merasa begitu bahagia, berbeda dengan Jeni. Gadis itu nampak berdiri di depan ruang keluarga dengan wajah cemberut, karena kini rumahnya nampak berantakan sekali.
Rumahnya yang biasanya terlihat rapi, kini nampak seperti kapal pecah. Banyak bekas makanan di mana-mana, banyak sampah plastik berserakan.
Jeni sampai menggelengkan kepalanya, karena Juliette benar-benar tidak membereskan apa pun setelah mereka makan nasi ataupun memakan camilan.
Kasur di dalam kamarnya juga nampak berantakan, baju-baju yang dikenakan oleh Juliette nampak berserakan di atas lantai.
Namun, satu hal yang tentunya Jeni pahami. Juliette pasti hidupnya diperlakukan seperti putri, dia dilayani oleh banyaknya. Maka dari itu wanita itu tidak pernah melakukan pekerjaan rumah.
"Haish! Sepertinya hari ini akan dihabiskan untuk bersih-bersih rumah," ujar Jeni.
Jeni mulai mengambil kantong plastik sampah, selalu dia mengambil sampah-sampah yang berserakan di ruang keluarga tersebut.
Baru saja dia melakukan pekerjaannya selama lima menit, tapi dia mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Jeni menghentikan aktivitasnya, lalu dia melangkahkan kakinya menuju pintu utama.
"Om! Ngapain ke sini? Om nggak--"
Belum selesai Jeni berucap, Josua sudah terlebih dahulu masuk dan mengunci pintu rumah Jeni. Josua bahkan dengan cepat mengangkat tubuh Jeni dan menggendong Jeni layaknya anak koala.
"Om, kangen!"
Jeni nampak kaget karena tiba-tiba saja pria itu mencium bibirnya, karena biasanya Josua masih bisa menahan diri. Terlebih lagi ketika dia merasakan tangan pria itu mengusap punggungnya sampai ke bokongnya.
Jeni sangat kaget, bahkan dengan cepat wanita itu mendorong wajah Josua. Dia takut jika Josua akan kebablasan, dia takut jika Josua malah memerawani dirinya sebelum mereka menikah.
"Kenapa? Udah ngga cinta lagi sama aku?" tanya Josua menatap Jeni dengan tatapan imutnya.
"Haish! Bukan udah ngga cinta, tapi Om belum boleh cium-cium aku. Apalagi tadi Om ciumnya kaya gitu, kaya pengen lanjut untuk melakukan hal yang lain."
Josua terdiam mendengar perkataan dari Jeni, karena kini dia memang menginginkan hal yang lebih. Bahkan, Josua merasa jika miliknya kini sudah mulai menggeliat, Josua bahkan bisa merasakan jika celana yang dia pakai terasa sesak.
"Maaf, abis Om kangen banget. Kamu sih ngabisin waktunya cuma bareng Juli aja, Om nggak diajak!" protes Josua seraya menurunkan tubuh Jeni dan mendudukkan gadis itu di salah satu kursi yang ada di sana.
Jeni langsung menepuk jidatnya, karena ternyata ayah dan anaknya sama-sama pencemburu. Sepertinya nanti kalau Jeni sudah menikah dengan Josua, dia harus pandai membagi waktu untuk mereka berdua.
"Maaf, sekarang Om kerja gih! Aku mau rapi-rapi rumah, lihat deh rumah aku. Udah kaya kapal pecah gara-gara ulah Juli," ujar Jeni.
Josua nampak melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang keluarga, lalu dia memperhatikan ruangan tersebut. Josua juga melangkahkan kakinya menuju kamar dari Jeni, kamar tersebut mirip seperti kapal pecah.
"Ya ampun! Nanti kamu cape loh, aku panggilin pelayan dari rumah ya?" ujar Josua yang merasa kasihan kepada calon istrinya tersebut.
"No! Sekarang Om pergi kerja aja, aku masih sanggup kalau untuk membersihkan rumah. Yang nggak sanggup itu berduaan sama Om, nanti Om bisa merawanin aku!" tegas Jeni.
"Ya ampun! Salah sendiri, kenapa kamu itu ngangenin dan bikin aku tuh cinta banget sama kamu," ujar Josua yang langsung mengecup kening Jeni.
"Om!"
"Maaf, Sayang. Om sudah tidak sabar, Jeni. Tapi beneran, kamu tuh cantik dan manis. Kamu juga bisa mengambil hati Juli, Om jadi makin cinta."
"Gombal, sana kerja. Nyari duit yang banyak buat Jeni," ucap Jeni seraya mendorong punggung Josua agar segera pergi dari rumahnya.
"Ya, Sayang. Aku akan pergi, nanti kabar-kabar kalau ada yang kamu inginkan atau apa pun itu," ujar Josua.
"Ya!" jawab Jeni.
Jeni mengantarkan Joshua sampai pria itu masuk ke dalam mobilnya, setelah Josua pergi Jeni langsung masuk kembali ke dalam rumahnya. Lalu, gadis itu mulai merapikan rumah sederhananya itu.
"Akhirnya selesai juga," ujar Jeni yang langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Jeni yang merasa lelah terdiam seraya memikirkan apa yang harus dia lakukan, karena jujur saja dia tidak sanggup kalau harus menghadapi Josua yang terkadang membuat dirinya terancam.
"Sebaiknya aku menghindari om Jos dulu, bisa hilang keperawanan aku kalau dia terus kaya gitu. Lagian nikahnya juga cuma sebentar lagi, kenapa dia terlihat tidak sabar sekali?" tanya Jeni kepada dirinya sendiri.
Cukup lama Jeni berpikir, hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk menjauhi Josua terlebih dahulu. Bukan karena tidak cinta, tetapi karena takut jika pria itu akan membobol benteng keperawanannya terlebih dahulu.
"Hem! Aku harus melakukannya," ujar Jeni.