Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POSITIVE
Suamiku Pria Tajir #21
Oleh Sept
Rate 18+
Nur menajamkan matanya, ia mengerjap berkali-kali. Kemudian meletakkan test pack bekas pakai itu ke dalam wadahnya semula. Dengan buru-buru ia membungkusnya kembali dan dimasukkan dalam kantung kresek warna putih. Nur pun membuangnya ke dalam tempat sampah. Seperti orang linglung, Nur lalu pergi berjalan ke kamarnya sendiri.
"Pasti ada kesalahan," batin Nur menolak untuk percaya. Nanti ia akan mencoba lagi, Nur belum yakin dengan garis merah dua di alat yang pertama. Untung ia membeli lebih dari satu, seolah tidak percaya. Ia akan melakukan test sekali lagi dan lagi sampai ia menerima kenyataan bahwa dia benar-benar sedang hamil.
Beberapa jam kemudian.
Hari sudah petang, Arya masih belum pulang. Sepertinya pria itu sedang sibuk di kantor. Nur sedari tadi nampak gelisah, sudah habis dua alat test pack dan hasilnya pun tetap tak berubah. Apalagi perutnya beberapa kali kambuh, mual tapi tidak muntah.
Nur yang sedang dilanda dilema pun menatap jam dinding berkali-kali, sudah pukul tujuh malam. Arya belum pulang ke apartemen. Ia bingung, apa yang harus ia katakan pada Arya.
"Bagaimana ini?" gumam Nur yang merasa resah. Ia kemudian menatap alat test pack yang kedua. Mau ditengok berapa kali pun tetap ada garis dua di sana. Padahal, Nur berdoa dalam hati. Semoga garis yang satu hilang. Sayang, alat itu sepertinya memang akurat. Mana bisa timbul tengelam hanya karena doa.
***
Pukul sembilan malam, Arya masuk apartemen tanpa membangunkan Nur. Pintu apartemen sudah diganti, memakai sandi agar tidak ada yang bisa masuk sembarangan. Dan bila pulang malam seperti ini, Arya tidak usah menganggu Nur guna membuka pintu untuknya.
Setelah melihat pintu kamar Nur yang sudah tertutup, Arya pun menuju kamarnya sendiri. Pria itu kemudian membersihkan diri dan mandi. Macet dan lembur membuatnya merasa gampang letih. Rencana pembukaan kantor cabang baru dan harus meninjau beberapa laporan, membuat Arya sibuk akhir-akhir ini.
Selesai membersihkan diri, karena belum mengantuk, ia pun pergi ke dapur. Perutnya juga terasa kosong, Arya seperti biasa. Sering melewatkan jam makan bila di luar rumah.
Samar-samar di dalam kamar, Nur mendengar suara dari kamarnya. "Itu pasti Mas Arya," pikir Nur.
Wanita muda itu lantas menatap alat test kehamilan yang ada di atas meja. Mau keluar sekarang, tapi ia malah berdiri terpaku di balik pintu. Bagaimana caranya mengatakan pada Arya, Nur gelisah dibuatnya.
Tidak lama kemudian, Nur yang tidak jadi menyatakan hasil test yang ia lakukan, malah mendengar suara TV. Pasti Arya tidak tidur dan malah menonton TV. Sungguh Nur ingin keluar dari kamar itu, tapi kakinya seolah menolak untuk melangkah.
"Apa ia harus mengatakan besok?" tanya Nur dalam hati.
Akhirnya ia memilih merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang yang empuk tersebut. Namun, bukannya tidur, Nur malah glibak-glibuk tak kunjung merasa kantuk. Karena tanggung, dan tidak bisa tidur lagi. Nur pun memberanikan diri keluar kamar.
KLEK
Saat terdengar suara pintu terbuka, dari luar Arya menoleh ke sumber suara. Ditatapnya Nur dengan tatapan penuh tanya. Mengapa anak itu bangun tengah malam.
"Terbangun, Nur?" tanya Arya yang melihat Nur diam terpaku.
Nur pasrah, tidak tahu harus berbuat apa. Ia pun melangkah dan berhenti tepat di depan Arya. Gadis remaja yang sudah tidak gadis lagi itu pun mengulurkan sebuah benda ke arah Arya.
"Apa ini?"
Arya menerima benda itu, lalu melihatnya dengan teliti, seketika jantungnya seolah berhenti sejenak. Mau copot ketika melihat fakta bahwa Nur memang hamil.
"Kamu hamil, Nur?" tanya Arya tidak percaya.
Nur menundukkan wajahnya. Ia masih berdiri dan belum beranjak sejak tadi. Sedangkan Arya, pria itu juga belum percaya sepenuhnya. Meski sempat menduga-duga, tapi ia tidak mengira Nur benar-benar hamil. Padahal, ia hanya melakukannya sekali. Tidak lebih.
"Apa kamu marah padaku, Nur?" tanya Arya lagi, karena anak itu tidak mau menatap wajahnya.
"Duduklah!" seru Arya sembari menariknya lembut lengan Nur di sampingnya.
"Katakan sesuatu ... kamu berhak marah," ucap Arya kemudian ketika mereka hanya duduk diam tanpa ada yang bicara.
Nur itu bingung, dari pada marah, ia lebih merasa tidak percaya pada keadaan yang menimpanya. Mengapa bisa seperti ini garis hidupnya? Hamil dengan pria yang tidak mencintai dirinya. Hamil anak pria yang sudah merengut kesuciannya dengan paksa.
"Nur mau ke kamar, Mas." Dari pada mengutarakan isi hatinya, Nur memilih ke kamarnya. Ia tidak bisa berkata-kata saat di dekat Arya.
"Tunggu ... Kita belum selesai bicara." Arya mencoba mencegah Nur.
"Nur mengantuk, boleh tidak Kita bicara besok saja?" pinta Nur.
Arya pun mengangguk setengah hati.
***
Di dalam kamar, Nur bohong bila mengatakan sudah mengantuk. Nyatanya ia terjaga semalaman di dalam sana. Begitu juga dengan Arya, malam ini ia bergadang yang tidak direncanakan. Banyak hal yang mengusik pikiran pria tersebut. Mana bisa ia tidur nyenyak setelah tahu sudah menghamili anak orang.
Esok harinya, Arya yang kurang tidur sudah bersiap menunggu Nur. Hari ini ia datang terlambat ke kantor, Arya ingin memastikan sesuatu. Begitu pula dengan Nur, pria itu meminta Nur untuk tidak masuk dulu hari ini.
"Apa sudah siap?" tanya Arya saat melihatnya Nur sudah mengenakan baju rapi.
Nur mengangguk, kemudian mengikuti Arya yang berjalan ke luar menuju mobil. Sepanjang jalan, keduanya tidak banyak bicara. Membisu, karena masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
Rumah Sakit Harapan Bunda
Arya menelan ludah ketika menatap logo rumah sakit dari kejauhan. Ia tidak pernah mengira, akan menginjakkan kakinya ke tempat seperti ini.
Ruang Dokter spesialis kandungan, dokter Ruwina. Dokter yang terlihat ramah itu, menyapa Arya dan Nur secara bergantian.
"Wah ... masih muda, ya?" gumam dokter Ruwina yang membaca buku rekapan medis milik Nur.
Arya hanya tersenyum tipis, kemudian tanpa sengaja menatap perut Nur. Nur yang menyadari, ke mana tatapan pria tersebut. Langsung menutup perutnya dengan tangan.
"Mari kita mulai periksa," seru dokter Ruwina.
Keduanya pun beranjak ke ruang pemeriksaan yang berada di sebelah sisi yang lain. Terlihat Nur mulai tiduran di atas ranjang. Dan dokter Ruwina mulai mengoleskan jel ke atas permukaan perut Nur.
"Nah, Pak Arya ... Bapak bisa lihat titik kecil itu? Ini adalah janin yang mulai berkembang. Dan dilihat kapan terakhir haid, perkiraan usianya sekitar 5 minggu."
Deg
Arya kembali menelan ludah, itu memang anaknya, dilihat dari usia janin dan kapan ia melakukannya dengan Nur. Ketika Arya tidak bisa berkata-kata, ia melirik Nur sesaat. Dilihatnya Nur mengusap sudut matanya.
"Maafkan aku, Nur," batin Arya. Ia merasa sudah melakukan hal yang salah pada Nur. Dan sepertinya, ia akan merasa bersalah kembali karena bakal menyusahkan wanita muda itu.
Di koridor rumah sakit, keduanya berjalan. Tanpa bicara satu sama lain. Ketika akan keluar dari rumah sakit, tiba-tiba Arya mengatakan statement yang membuat Nur berhenti melangkah.
"Aku ingin bayi itu!" Bersambung.
INFO
Sedang diadakan battle karya selama 2 minggu ke depan, jadi ada 30 judul novel yang ditanding. Untuk pembaca, kalian bisa dukung karya mana saja. Caranya kirim bintang, dengan cara klik banner battle karya yang ada di atas sendiri. Jangan lupa, kalau punya bintang dan poin, bisa ditukar jadi bintang. Dukung Agam dan Dira di sana ya.. Sekali lagi terima kasih yang sudah berkenan memberikan poin dan bintang di event battle tersebut. Matur suwun
Lemah teles, Pengeran sing bales.