Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.
Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan Belas
Kini makan malam tiba, Rachel sedang menyiapkan makanan untuk suami dan ibunya. Sebagai anak dan istri yang baik, dia memberikan pelayanan terbaiknya kepada Indi dan suaminya sendiri.
"Makasih sayang."
"Sama-sama, Mas."
Indi yang melihat suasana itu menjadi terharu, ia benar-benar berharap jika Fariq tidak akan seperti mantan suaminya. Bahkan melihat Rachel saat ini, wanita itu percaya jika laki-laki yang sedang ada di rumah mereka itu akan bisa membuat anaknya bahagia.
"Mama tau nggak, tadi Papa datang ke tempat kerja Ariq."
"Dia tau tempat kamu kerja?" tanya Indi.
"Ariq ada proyek pembangunan hotel. Ternyata itu hotel milik Papa." Ungkapnya.
Rachel dan Indi saling menatap satu sama lain. "Terus, Mas?" tanya Rachel.
"Papa datang ke tempat kerja. Kata Papa hotel itu Mas yang kelola."
"Kamu terima?" tanya Indi penasaran.
"Ariq nggak mau, Ma. Tapi di paksa sama Papa."
Reaksi Rachel biasa saja, dia sama sekali tidak tergila-gila dengan pembahasan harta ayahnya, tidak seperti Vina yang hampir selalu menghamburkan uang orang tua mereka.
"Ariq."
"Iya, Ma."
"Semenjak kamu kerja sama Ryan. Dia ada bawa wanita?"
"Ada ... Sekretarisnya dia, Ariq juga kenal kok."
"Ryan itu punya anak. Dia satu tempat kerja sama–"
"Mama."
Rachel segera memotong ucapan ibunya, ia tidak ingin jika perseteruannya dengan saudara tirinya harus melibatkan Fariq nantinya.
Fariq pun tidak terlalu penasaran dan siapa anak dari selingkuhan orang tua istrinya, lagi pula itu tidak penting baginya.
"Mas ... Mau ke rumah Mami nggak?"
"Sekarang?" tanya Fariq.
"Iya, setelah makan ... Kita tidur di sana." Rachel memandang ibunya. "Bolehkah, Ma?"
"Ngapain harus nanya sayang," gumam Indi. "Terserah sama kalian lah."
"Selesai kita makan. Kita pergi ke sana ya," ucap Fariq.
[] [] []
Fariq dan istrinya sedang menuju rumah Rita, Rachel pun tidak mau egois. Dia pasti tau suaminya tetap merindukan wanita itu. Sebagai istri yang baik, ia sendiri yang berinisiatif untuk mengajak suaminya ke sana.
"Mas."
"Iya sayang ..."
"Jadwal kerja Rachel 'kan full. Nggak apa-apa 'kan kalau kita nggak perlu honey moon?"
Sejenak Fariq menatap Rachel, ia pun kembali fokus untuk menyetir mobilnya. "Kamu takut sama Mas ya?" tanyanya.
"Enggak, Mas ... Rachel memang banyak kerjaan."
"Iya, sayang. Mas maklumi kok. Pokoknya kamu jangan capek-capek di rumah sakit. Harus istirahat."
"Iya, Mas."
Setelah beberapa menit berlalu, pasangan pengantin baru itu sampai juga. Fariq sangat senang karena ia kembali melihat ibunya. Saat mereka masuk ke dalam, seorang wanita muda langsung menghampiri keduanya.
"Mas, Ariq. Kok nggak bilang-bilang ke sini," ujar Alda.
"Mendadak, Alda. Ini tadi juga diajak sama istri Mas."
"Ayo."
Rachel mengernyitkan keningnya, ia tau kedua orang itu saudara sepupu. Tapi melihat kedekatan Alda dan Fariq, Rachel merasa cemburu.
"Bibi ... Mas, Ariq datang."
"Assalamualaikum, Mami."
Fariq mengecup punggung telapak tangan ibunya, begitu pun dengan Rachel. Fariq duduk diikuti oleh Alda, sedangkan Rachel duduk juga disamping suaminya.
"Mas, Ariq cobain deh. Ini Alda yang masak."
"Kamu yang masak?" Fariq menaikkan sebelah alisnya. "Emang bisa?"
"Iiih ... Mas, Ariq gitu banget."
Alda mencubit lengan Fariq, pria itu tertawa karena sudah berhasil mengerjai sepupunya.
"Bercanda Alda."
"Ekhem ..."
Rachel membulatkan matanya, sudah memberikan kode namun dia diabaikan juga oleh suaminya. Bahkan Alda memberikan suapan kue kepada Fariq.
"Rachel tau nggak, Mas Ariq ini paling seneng makan kue," ungkap Alda. "Makan lagi, Mas."
Kembali Fariq membuka mulutnya. "Mau minum."
Dengan cepat Alda memberikan minuman kepada pria itu tanpa memikirkan adanya Rachel yang berstatus sebagai istri dari sepupunya tersebut.
"Mas, Ariq."
"Eummm..."
Rachel kesal, Fariq hanya berdehem tanpa menoleh kearahnya.
"Alda."
"Iya, Bi."
"Jangan paksa Mas kamu makan."
"Tapi Mas 'kan suka makan kue. Selagi dia disini 'kan nggak apa-apa," ucap Alda. "Iya 'kan, Mas."
"Rachel nggak makan?" tanya Alda.
Rachel menggeleng pelan. "Aku udah kenyang. Sebelum kesini tadi kami makan."
"Makan dulu Rachel, dikit aja. Enak tau, ini masakan aku."
Wanita itu hanya tersenyum simpul. "Nggak apa-apa. Kasih Mas Ariq aja, kayaknya dia suka banget."
[] [] []
Setelah satu Minggu berlalu, pernikahan antara Rachel dan Fariq berjalan mulus. Tidak ada masalah apapun dari keduanya. Bahkan kecemburuan Rachel pada Alda masih bisa ia tahan demi tetap berhubungan baik dengan sepupu dari suaminya itu.
Rachel baru saja selesai melaksanakan tugasnya sebagai seorang dokter. Berhubung sudah siang, ia menyempatkan dirinya untuk sholat terlebih dahulu. Sebelum akhirnya wanita itu makan siang.
"Permisi, Sus. Lihat dokter Rachel?" tanya Fariq yang sengaja datang ke rumah sakit.
"Suaminya Bu Rachel ya?"
Fariq tersenyum simpul.
"Kalau saya tidak salah lihat. Dia jalan ke mushola. Kayaknya mau sholat."
"Terima kasih ya, Sus. Saya permisi."
"Sama-sama, Pak."
Fariq mulai melangkah menuju mushola rumah sakit. Semenjak dia sudah menikah, Fariq selalu mencari istrinya ketika pulang kerja. Bahkan saat Rachel tidak ada di rumah, Fariq akan menyusul ke rumah sakit atau ke tempat di mana Rachel berada.
Pria itu tersenyum lebar melihat seorang wanita yang baru saja selesai sholat. Di balik jendela kaca ia memperhatikan istrinya. Tatapan itu beradu ketika Rachel tidak sengaja melihat suaminya ada di rumah sakit.
"Mas, Ariq."
Wanita itu melepaskan mukena yang ia pakai. Perlahan dia pun keluar dari dalam mushola untuk menemui suaminya.
"Mas kapan ke sini?" tanya Rachel yang langsung mengecup punggung tangan suaminya.
"Baru aja sayang."
"Kenapa hm?" tanya Rachel. "Kayaknya capek banget ya." Rachel mengusap keringat yang ada di kening suaminya.
"Lapar."
"Mas nggak pulang ke rumah?" tanya wanita itu. "Tadi Rachel sempat pulang. Rachel udah masak kok."
"Nggak enak."
"Nggak enak gimana?" Rachel bingung sendiri karena yang ia tau masakan yang ia buat sudah sesuai dengan lidah suaminya. "Kurang apa Mas?"
"Kurang kamu ... Mas mau makan sama kamu, bukan makan sendiri."
"Ya ampun, segitunya ... Jadi Mas lapar?"
Pria itu mengangguk pelan.
"Sholat udah?" tanya Rachel.
"Udah ... Tadi di rumah, setelah itu Mas langsung ke sini."
"Mau makan di mana? Di rumah atau di kantin sini?"
"Dimana aja sayang. Asal sama kamu."
Rachel langsung merangkul lengan suaminya. "Kita makan di luar aja."
Rachel sengaja mengajak Fariq untuk makan di luar. Karena jika suaminya berkeliaran di rumah sakit, pasti akan ada saudara tirinya yang merusak suasana hatinya.