Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Apa Aku Tidak Pantas Untukmu ??
Zhou Fan memeriksa perempuan yang sedang terbaring di hadapannya.
"Dia hanya pingsan!" ucap Zhou Fan setelah meriksa denyut nadi di pergelangan tangan perempuan itu.
"Mungkin dia terlalu banyak menggunakan tenaga dalam saat pertarungan." Zhou Fan berkata pelan sambil meletakkan kembali tangan perempuan itu.
"Tapi kenapa dia sampai kehabisan tenaga dalam." Zhou Fan membatin bingung.
Dari yang Zhou Fan lihat, perempuan di hadapannya itu setidaknya memiliki kultivasi setingkat petarung master bintang 7.
Tapi kenapa untuk menghadapi beberapa beast tingkat 2 saja sampai kehabisan tenaga dalam.
"Mungkinkah dia juga menghadapi beast tingkat 3." Zhou Fan berkata sambil mengelus dagunya.
"Ah, seharusnya aku memberikannya pil pemulih terlebih dahulu." Zhou Fan baru sadar, jika ia belum memberikan pil kepada perempuan itu.
Setelah membantu perempuan itu untuk menelan pillnya, Zhou Fan pergi keluar gua untuk memanggang daging serigala perak yang ia pungut tadi.
***
Beberapa saat setelah Zhou Fan memberikan pill pemulihan, perempuan tersebut bangun.
Perempuan itu terbangun setelah mencium aroma daging panggang yang berasal dari luar gua, dia pun keluar untuk mencari sumber aroma daging panggang.
Saat sampai dimulut gua perempuan itu melihat seorang lelaki muda sedang memanggang sepotong daging.
"Ehemm,"
Perempuan itu berdehem supaya pemuda di hadapannya itu mengetahui keberadaannya.
Zhou Fan yang mendengar suara deheman itu, bukannya menyapa ataupun menoleh, ia berpura pura tidak mendengar.
"Ehemm,"
Merasa pemuda di hadapannya belum mendengarnya, perempuan itu kembali berdehem.
Saat Zhou Fan mendengar deheman yang kedua kalinya, ia tiba tiba mempunyai rencana untuk mengerjai perempuan itu.
Bukannya merespon, Zhou Fan malah seolah olah tak mendengar suara gadis itu.
Merasa pemuda di hadapannya kini tengah mengerjai dirinya, perempuan itu menghampiri dan mengeluarkan kekesalannya.
"Hei pemuda sombong, Apa kau tidak tau kalau aku memanggilmu," ucap Wei Guanlin dengan wajah meradang, memandang Zhou Fan dengan tatapan tajam.
"...." Zhou Fan hanya diam mendengar ocehan perempuan yang sekarang berada tak jauh darinya.
"Kau! apa kau tidak mendengarku?" Wei Guanlin mulai kesal karena diacuhkan oleh seorang pemuda yang ia sendiri tidak tahu namanya.
Sekali lagi Zhou Fan hanya mengacuhkan perempuan di sampingnya.
"Oh...apakah kau tuli?" Wei Guanlin bertanya dengan nada sedikit terkejut.
Mendengar perkataan perempuan itu, Zhou Fan hanya diam, tidak bicara saat ia dikatai tuli.
"Sungguh bodohnya aku, pantas saja dari tadi aku bicara dia tidak menanggapi." Wei Guanlin membatin.
"Sungguh sia sia, sebenarnya kau memiliki wajah yang tampan, tapi sayangnya kau tuli." Wei Guanlin kembali berkata dengan nada menyesal.
Kali ini Wei Guanlin tidak memanggil Zhou Fan, dia menyentuh bahu pemuda itu.
Phuk.. Phuk.. Wei Guanlin menepuk beberapa kali.
Zhou Fan pun menoleh kearah Wei Guanlin berada.
"Bolehkah aku meminta sedikit daging yang sedang kau panggang?" Wei Guanlin bertanya sambil menunjuk daging serta perutnya secara bergantian, seolah dia mencoba menjelaskan maksudnya dengan pergerakan tangannya.
Melihat tindakan perempuan di hadapannya, Zhou Fan hanya bisa tertawa di dalam hati, ia mencoba menahan untuk tidak tertawa supaya sandiwaranya tidak terbongkar.
Yang membuat Zhou Fan tertawa, Wei Guanlin menjelaskan maksudnya dengan menggunakan bahasa isyarat dan bahasa isyaratnya sangat kacau.
"Ini...," ucap Zhou Fan sembari menyerahkan sepotong daging yang memang ia siapkan untuk Wei Guanlin.
"Terimakasih..." Wei Guanlin berkata sambil tersenyum ramah.
"Hm..." Zhou Fan bergumam sambil menganggukan kepalanya.
"Eh, kau bisa mendengar?" Wei Guanlin terkejut saat Zhou Fan menanggapi ucapan terimakasihnya.
Zhou Fan yang keceplosan hanya kembali berpura-pura tidak bisa mendengar ucapan perempuan dihadapannya.
"Kau tidak perlu berpura pura lagi!" Wei Guanlin berteriak kesal, karena ia merasa dipermainkan oleh pemuda dihadapannya.
"Siapa bilang aku tuli?" Zhou Fan mencoba untuk membela diri.
"Kau..." Wei Guanlin tidak bisa berkata kata lagi, memang dirinya sendirilah yang menganggap pemuda itu tuli, sementara pemuda itu tidak mengatakan apapun.
"Sudahlah, aku akan memaafkanmu karena kau telah memberikan daging ini kepadaku." Wei Guanlin berkata sambil menyantap daging yang sudah ia pegang.
"Ternyata masakanmu tidak terlalu buruk, daging apa ini." Sambil menggigit daging di tangannya, Wei Guanlin bertanya pada Zhou Fan.
"Serigala perak tingkat 2, kenapa ?" ujar Zhou Fan enteng.
Wei Guanlin terkejut mendengar ucapan Zhou Fan, ia tanpa sadar menghentikan kegiatan makannya.
"Apakah kau menemukan daging ini di sekitar sini?" tanya Wei Guanlin.
"Ya, aku menemukan beberapa mayat beast serigala perak tingkat 2 di sana." Zhou Fan menjawab sambil menunjuk ke arah utara.
"Berarti ini adalah daging milikku, aku tidak perlu meminta izin telebih dulu kepadamu untuk memakan daging milikku!" ujar Wei Guanlin dengan suara terkejut.
"Perempuan ini sungguh berisik, dari tadi kerjaannya berbicara terus." Zhou Fan bergumam pelan.
"Apa kau bilang, berisik?" Wei Guanlin kembali berteriak kepada Zhou Fan setelah mendengar gumamannya.
"Ya ya ya, daging ini milikmu, silahkan kau makan 'tuan putri'." Zhou Fan berkata dengan menekan kata tuan putri.
"Aku mau tidur," ucap Zhou fan sambil berjalan memasuki gua.
Wei Guanlin masih sibuk dengan dagingnya, ia tidak memperhatikan bahwa Zhou Fan telah pergi.
Setelah Wei Guanlin menghabiskan daging panggangnya, ia tidak menemukan keberadaan pemuda yang belum ia ketahui namanya.
"Aku sampai lupa menanyakan namanya." Wei Guanlin teringat bahwa ia belum mengetahui nama pemuda itu.
"Itu semua salah pemuda sombong, bisa bisanya dia menipuku." Wei Guanlin menyalahkan Zhou Fan.
Wei Guanlin pun masuk ke dalam gua untuk tidur, karena di luar sudah sangat dingin.
****
Zhou Fan terbangun lebih awal dibandingkan dengan Wei Guanlin, Zhou Fan memanggang daging untuk sarapannya dan juga Wei Guanlin.
beberapa saat kemudian Wei Guanlin terbangun karena mencium aroma daging yang menggoda.
Tanpa sungkan Wei Guanlin mengambil daging yang sedang berada di tangan Zhou Fan.
"Kau memanggang dagingku tanpa izin dariku," ucap Wei Guanlin sambil memasukkan daging kedalam mulutnya.
Zhou Fan yang melihat kelakuan perempuan di hadapannya, hanya bisa menggelengkan kepala.
"Hmm, aku belum mengetahui namamu," ucap Wei Guanlin setelah menghabiskan sepotong daging serigala perak.
"Namaku Wei Guanlin, panggil saja Linlin atau Guanlin." Wei Guanlin memperkenalkan dirinya.
"Zhou Fan, Panggil saja sesukamu." Zhou Fan berkata acuh.
"Bagaimana kalau Fan saja?" saran Wei Guanlin.
"Terserah," jawab Zhou Fan singkat
"Kenapa kau seperti tidak mengharapkan kehadiranku." Wei Guanlin berteriak kesal.
Wei Guanlin baru pertama kali merasakan rasanya diacuhkan, biasanya para lelakilah yang selalu mencoba mencari perhatiannya, karena ia memiliki wajah yang sangat cantik.
Mendengar teriakan Wei Guanlin, Zhou Fan hanya berkata acuh.
"Semuanya sama saja," ucap Zhou Fan.
"Apa maksudmu?" Wei Guanlin bertanya kepada Zhou Fan.
"Tidak, lupakan saja," ucap Zhou Fan dengan melambaikan tangan beberapa kali.
"Kenapa, apa kau merasa aku tidak pantas untukmu." Entah mengapa Wei Guanlin berani mengucapkan kalimat tersebut.
"Eh,"
udah pikunkah authornya ?????
Kocak si author 😂😂