Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KONSPIRASI
Tak terasa hari berganti. Sudah satu bulan mereka berempat magang di perusahaan Maxwell Co. Hari ini mereka akan mendapat bayaran mereka. Selain bayaran,. mereka juga mendapat transkip nilai dari perusahaan selama mereka bekerja di sini.
Semua bekerja dengan baik. Bahkan Diana tak menyangka jika Gloria mendapat nilai yang cukup bagus.
"Aku kira dia hanya bisa menghinamu saja. Ternyata dia pintar juga ya?" Luein mengangguk setuju.
"Baiklah, kalian semua memang bekerja sangat baik dan begitu disiplin. Semua bekerja secara profesional dan tidak mengecewakan," Ujar Dereck Management HRD.
"Kalian masih dua bulan lagi magang di tempat ini. Pertahankan kinerja kalian. Semangat!"
Dua mahasiswa dan dua mahasiswi tersebut bertepuk tangan. Mereka mendapat amplop untuk gaji mereka. Gloria menatap haru amplopnya. Ia juga senang dengan bayarannya. Jumlahnya melebihi uang sakunya.
"Aku akan mentraktir Anneth, Jessy dan Brenda," gumamnya.
Gadis itu sudah mendapat pesan dari tiga sahabatnya itu. Mereka meminta Gloria datang ke klub favorit mereka. Anneth, Jessy dan Brenda tidak lulus ujian kompetensi. Jadi mereka tidak magang tahun ini. Ketiga gadis manja itu akan mengulang tahun depan. Memang di antara mereka berempat Gloria lebih pintar dari tiga sahabatnya itu.
Diana begitu bahagia ketika mendapat bayaran pertamanya. Ia akan kembali membawa ibunya ke rumah sakit. Akhir-akhir ini, kesehatan Veronica sedikit memburuk.
Sedang Luien memiliki rencana sendiri. Memperbaiki sedikit motor kesayangannya dan membelikan pakaian untuk adiknya. Hugo dan Brandon juga senang dengan gaji mereka.
"Apa ada yang protes dengan gaji kalian?" semuanya menggeleng.
"Bagus, itu bayaran kalian hanya 80% gaji sebenarnya di perusahaan ini. Karena kalian memang bukan pegawai tetap," jelas Dereck. "Maka itu, berusaha lah lebih baik lagi, siapa tahu jika beruntung, kalian akan bekerja sebagai karyawan tetap!"
Setelah mendapatkan gaji mereka. Keempatnya pun bersiap untuk pulang dan memamerkan pendapatan pertama mereka.
"Aku yakin, gajimu habis untuk kau bayar cicilan mobilmu," sindir Gloria pada Luien.
"Well, yang ia bayar adalah miliknya sendiri. Tidak memakai uangmu," balas Diana.
"Diana ... Luien !" panggil Victor pada dua gadis itu.
Keduanya menoleh ke asal suara. Kemudian mendekati Victor. Gloria yang tidak merasa dipanggil akhirnya pergi meninggalkan ruangan.
"Luein, Diana. Mau kah kalian menemani kami menghadiri pertemuan dengan perusahaan Colombia Ford, di Klub xxx nanti malam?" tanya Vic yang setengah memerintah. "Jangan khawatir, kami akan menambah bonus."
Luien dan Diana saling pandang, lalu akhirnya mengangguk setuju.
"Baik, sekarang kalian bisa ikut kami," ujar Vic.
Keduanya akhirnya mengikuti wakil atasan mereka. Alex memberikan dua paper bag pada Diana.
"Pakai ini. Kalian di sana sebagai pekerja tetap kami. Bukan pegawai magang," titahnya.
Diana mengambilnya, lalu keduanya pun pergi dari tempat itu menuju toilet khusus karyawan. Diana terpana dengan mini dress yang ada di tangannya. Bagaimana bisa atasan mereka mengetahui berapa ukuran tubuhnya.
"Luien. Aku bersumpah tak pernah disentuh oleh Tuan kita!" sahut Diana.
"Aku ... aku pernah dirangkul oleh Adrian ...," cicit Luien lemah sambil menunjuk dirinya sendiri.
Bahkan ketika keduanya memakai dress sepanjang dengkul itu begitu pas dengan kepribadian mereka berdua. Diana memakai mini dress warna peach dengan rok rempel. Sedang Luien memakai mini dress warna maroon dengan rok model span yang memiliki sedikit belahan di atas dengkul sebelah kanan.
"Ini dari butik ternama," sahut Diana ketika melihat branded yang tertera di belakang bajunya. Luein mengangguk.
Bukan hanya dress yang mereka dapatkan, keduanya juga diberi sepatu warna senada dengan pakaian mereka. Diana yang selalu membawa lipstik dan bedaknya. Mulai mengoles wajah Luien agar tidak terlalu pucat.
Keduanya pun keluar dari toilet dengan membawa paper bag. Adrian menatap puas melihat penampilan kedua karyawati magangnya itu.
"Selera Kak Alex memang berkualitas," gumamnya.
Mereka pun pergi ke klub, tempat di mana pertemuan itu terjadi. Ketika sampai, ternyata bersamaan dengan kolega yang datang. Mereka pun bersalaman di tempat parkir dan menuju ruangan yang telah di reservasi.
Ketika tengah berbincang-bincang. Tiba-tiba, salah seorang pengawal tuan Ford mengatakan ada seseorang yang ingin bertemu dengan mereka. Bernadus Ford mengernyit, ia tak merasa mengundang orang lain.
"Biarkan dia masuk," ujarnya memberi perintah. Ia juga penasaran.
Sosok tampan dengan raut putus asa datang. Rodrigo Thomas. Pria itu langsung duduk dan menyerahkan sebuah proposal kerjasama.
"Bukankah proyek ini milik Tuan Xavier Thomas?' tanya Bernadus Ford dengan kening berkerut.
"Benar, Tuan. Proyek itu sudah setengah jalan. Kesempatannya sangat bagus bahkan, pekerjaannya juga sudah mencapai empat puluh persen. Anda hanya tinggal meneruskan saja," jelas Rodrigo antusias.
"Lalu, pekerja atas nama siapa? Tidak mungkin Xavier bangkit dari kubur untuk menyerahkan semuanya!" tandas Bernadus menekan.
"Itu ... itu, saya yang mewakilkan, lihat ini. Hukum sudah mensahkan saya untuk menangani semua proyek dari mendiang Xavier!" jawab Rodrigo.
"Emm ... maaf boleh saya lihat proposal nya?" pinta Luein.
"Siapa kamu?" tanya Rodrigo menatap gadis cantik di depannya.
Sebenarnya Rodrigo terpesona melihat kecantikan Luein. Iris abu-abu milik gadis itu menjadi daya tarik tersendiri.
"Berikan saja proposalnya, Tuan," sahut Adrian dengan nada datar.
Rodrigo menyerahkan proposal milik mendiang adiknya itu. Luein langsung membaca dan mencermatinya Alex dan Adrian duduk bersebelahan dengan gadis itu. Sama-sama membaca proposal.
Adrian sangat mengenal proposal ini. Ia tersenyum miring. Lalu ia berbicara dengan bahasa Itali dengan Alex. Bahasa yang. tidak ada satu pun mengerti artinya. Hanya Victor saja yang tahu apa yang kedua atasan yang masih sepupunya itu.
Luein yang duduk di antara dua pria tampan itu sedikit berdebar. Terlebih tubuh dua pria itu begitu menempel padanya. Diana hanya duduk saja.
"Maaf, saya ke kamar mandi dulu ya," pamit Diana tiba-tiba.
Tanpa adanya persetujuan, gadis itu langsung melarikan diri ke toilet. Luien sampai tak bisa ikut serta. Padahal ia ingin melarikan diri dari dua pria yang menghimpitnya.
Diana lega telah mengeluarkan semua air dalam kantung kemihnya. Gadis itu baru saja mem-flush toilet nya. Tiba-tiba, ia mendengar dua wanita tengah berdiskusi.
"Apa kau sudah siapkan obatnya?" tanya salah satu sambil berbisik.
"Iya, sudah siap semuanya, ia tidak akan merasakan apa pun!" jawab yang lainnya.
"Jadi yang kau beli obat ao untuk Gloria?" tanya gadis itu.
Diana membesarkan matanya.
"Apa yang ingin mereka lakukan pada Gloria?" tanya Diana dalam hati, panik.
"Sudah lah yang penting, kita sudah menjual gadis bodoh itu. Aku sudah tak sabar membeli tas impian ku!" sela salah satunya lagi.
Diana sangat meyakini jika kedua gadis itu adalah Anneth dan Jessy. Dua gadis manja yang sangat bodoh. Entah kenapa Gloria bisa terjebak berteman dengan mereka bertiga.
Diana mendengar keduanya berbicara sambil keluar dari toilet. Diana pun bergegas keluar dari bilik dan mengikuti dua gadis tadi. Ia pun menelepon Luein.
Diana sempat kehilangan Anneth dan Jessy. Matanya mengedar lalu mendapati mereka berempat ditemani dua pria dengan setelan jas mahal. Gadis itu dapat melihat Gloria begitu risih dengan dua pria hidung belang itu. Gadis itu berkali-kali menepis tangan-tangan jahil mereka.
Diana melihat Jessy menuangkan sesuatu dalam sebuah gelas. Perbuatan Jessy tak luput dari perhatian Diana. Ketika gelas itu tiba-tiba ada di tangan Gloria, barulah ia bergegas menyambangi teman sekerjanya itu. Luein ada di seberang telepon.
"Halo Luein ... Gloria dalam bahaya!"
bersambung.
hayoo apa yang bakal terjadi???
next?
Perasaan di awal kuliah mc ganti nama panggilan deh..
suka deh sm perempuan2 tangguh. tq
sat..set..sat..set..
langsung hajar ken..
kwkwkwk
pengen nimpuk luein dah..once nih