"Bapak gila ya!" sentak gadis itu.
"Iya, saya tergila-gila oleh kamu." bisikan serta kungkungan yang mampu membuat lawan bicaranya bergidik merinding.
Zander Wyat, menjadi orang gila hanya karena seorang gadis cantik berusia 19 tahun yang mampu membuatnya stres. Adik kecilnya mengacung tegak bahkan saat pertama kali bertemu dengan Leisha.
Kaburnya gadis itu membuatnya berupaya lebih keras bahkan hingga menjadi Dosen pengajar Leisha. Kenyataan pekerjaan sampingan gadis itu yang dipandang buruk dan terkesan negatif membuat Dosen satu ini memanfaatkannya agar bisa mendapatkan servis untuk adik kecilnya yang begitu mendamba Leisha.
"Ikut!"
"Ngapain?"
"Bercint*."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DLTP
Sementara di area lain seseorang sedang marah, kesal, dan geram bukan main! Zander merampas vas bunga di atas meja lalu melemparkannya hingga pecah. "Arghh, sialan!"
Bahkan hanya karena masalah cemburunya ini dia sampai tidak pulang ke rumah. Dia menghabiskan waktu dengan pemikirannya sendiri di kantor bahkan dengan tega membuat beberapa karyawan lembur dengan melimpahkan banyak tugas.
Ini namanya susah ngajak-ngajak. Umpatan jelas diberikan banyak karyawan terhadapnya namun dia tak memperdulikannya. Zander masih asik melihat handphone yang layarnya menunjukan sebuah pesan dari kontak bertuliskan Sweetheart ♡.
['Memang kenapa?']
Kenapa? Masih bisa Leisha menanyakan hal seperti itu? Zander rasanya ingin mencekik seseorang! Argh! dia butuh pelampiasan!
"Ada apa tuan?" di sana hadir orang kepercayaannya yang biasa menemaninya kemana pun sejak beberapa tahun ini.
"Berikan aku sebuah objek untuk pelampiasan," ucapnya sambil mengeram. Tangannya terkepal erat bahkan otot-otot yang terlihat membuatnya seperti orang yang frustasi.
"Baik," jawab Rei yang sudah terbiasa akan hal ini.
Di usianya yang sudah menginjak hampir kepala empat, Rei sudah mengabdi belasan tahun pada Zander. Kesetiaannya ini membuat kepercayaan sang majikan sangat besar terhadapnya bahkan sampai memberikannya tugas yang penting.
Dia hadir kembali setelah beberapa waktu mencarikan objek yang di maksud oleh tuannya. "Lepaskan aku! Apa maksud kalian!"
"Siapa kalian! Lepaskan!"
Brugh.
Tubuh pria tua terhempas dan berlutut di kaki Zander yang berlapiskan sepatu mahal mengkilap. "Bagaimana kabarmu paman?" bisik Zander dengan sangat menyeramkan. Pria yang dimaksud sebagai paman itu bahkan sampai merinding mendengarnya.
"Z-zander..."
"Ingat rupanya," ucap Zander santai.
Dia membuka ikatan yang menutupi mata pria tua tersebut dan membiarkannya melihat dirinya yang seperti iblis ingin memakannya hidup-hidup. "Zander.."
"Masih ingat apa yang sudah ku tugaskan untukmu, Paman?" Zander menundukkan tubuhnya, meraih dagu dan mencengkeram area tersebut dengan kasar.
"I-itu..."
Brugh!
"Kau menganggap sepele perintahku ya, maka terimalah akibatnya!" teriak Zander yang masih dipenuhi kemarahan.
Dia melakukan kekerasan fisik pada pria tua yang ia panggil sebagai paman. Menghajar dengan memukul muka, tangan, dada, atau bahkan yang lain. Semua area tubuhnya tak lepas dari kemarahannya hingga pria tua itu terbaring lemah penuh luka di lantai.
"Am-pun... ampuni aku."
"Ampun? Bagaimana bisa aku harus mengampuni orang yang sudah lalai terhadap perintahku?" Zander meraih kerah bajunya lalu mendaratkan satu pukulan lagi.
"Siapa yang membuatmu membelot? Papa? pria tua itu berani memerintahmu?"
"Uhuk! bu-bukan..."
"Lalu siapa!" teriak Zander kesal.
"Dia Burh..."
Brugh!
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, pria itu sudah terbaring tak sadarkan diri di lantai dengan kondisi yang mengenaskan. Karena kesal pula, Zander masih mendaratkan pukulan menggunakan kaki untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya tubuh pria tua itu diambil oleh Rei keluar.
"Sebaiknya anda tenangkan diri terlebih dahulu, tuan." ucap Rei yang seolah tahu apa masalah yang sedang dihadapinya.
Ting.
['Aku sepertinya tidak bisa lama-lama di sini.']
Itu adalah sebuah pesan yang dikirim oleh Leisha kepadanya. Dengan cepat dia meraih dan membacanya namun tidak dia balas. Kemudian terlihat jika wanita itu sedang mengetikkan sesuatu lagi.
Zander mengangkat salah satu alisnya tapi tetap membiarkan wanita itu mengetikkan sesuatu. Dia masih marah dengan jawaban seenaknya yang dikirim kepadanya.
['Kami sedang di rumah sakit, ada sesuatu yang membuat kami semua keracunan makanan. Aku akan pulang hari ini, sepertinya.']
Detik itu pula jantung Zander berdetak kencang tak beraturan. Dia panik dan khawatir yang bercampur aduk menjadi satu bahkan sampai langsung menghubungi nomor Leisha, sayangnya panggilan tersebut ditolak oleh wanita itu.
['Jangan menghubungiku! ada banyak orang, nanti aku akan pulang. Setidaknya aku sudah memberitahumu, jangan marah-marah!']
Bahkan dalam situasi seperti ini pun, Leisha bisa-bisanya bercanda. Zander mengeram kesal, dia tidak tenang kalau tidak melihatnya secara langsung. Alhasil dia gegabah dengan segera berangkat menuju kota A menyusul Leisha.
['Sekarang di rumah sakit mana?']
['Kenapa? Mau ke sini? Jangan gila! Aku sudah bilang nanti pulang, tunggu saja di rumah!']
Terdengar sekali bagaimana kesalnya Leisha ketika menjawab Zander menggunakan kata-katanya.
['Aku tidak bisa']
"Apa?" gumam Leisha dengan panik.
Wanita itu berulang kali mengirimkan sebuah pesan tapi tetap tidak mendapatkan balasan bahkan dibaca saja tidak. Dia panik bukan main, bagaimana jika Zander benar-benar datang ke mari? Dia tak mau ada yang mengetahui hubungan kotornya dengan pria itu.
•••
"Kalian nggak papa kan?" tanya Mei Mei yang berada di luar ruangan kepada temannya yang lain.
"Syukur kita nggak papa Mei, sumpah tu restoran! Parah banget sampai kasih kita bumbu-bumbu kedaluwarsa, mana lima lagi. Pantesan keracunan!" umpat temannya.
"Sekarang teman-teman yang lain gimana?" tanya Mei Mei.
"Kayanya udah baikan sih Mei, kita bisa balik malam ini atau besok aja."
Brugh!
Mei Mei merasa sakit pada bahunya karena ditabrak oleh seseorang berbadan besar. "Gimana sih! kalau jalan lihat-lihat!" teriaknya kesal.
Dia dengan dibantu oleh temannya berdiri dan menatap siapa yang dengan berani menabraknya dengan kasar. "Eh, bapak?" beo mereka terkejut.
Orang yang mereka maksud, tidak lain dan tidak bukan adalah Zander. Karena buru-buru dan panik serta khawatir yang berlebihan, Zander tanpa sengaja menabrak banyak orang dan paling parahnya adalah Mei Mei yang sampat terpental jatuh saking kerasnya dorongan yang ia berikan.
"Bapak kenapa di sini?" tanya Mei Mei dengan suara yang berubah menjadi halus.
Zander merasa sedikit lega setelah berhasil bertemu teman Leisha. "Saya mau menjenguk saudara di sini, kalian?" dia berubah menjadi pria idaman banyak pria yang langsung berucap dengan tenangnya.
"Oh, kami di sini karena keracunan pak! Teman-teman kelas juga ada yang masih di rawat, bapak menjenguk saudara yang sakit di kamar mana?" sahut teman Mei Mei.
"Loh, siapa saja yang kena? Kenapa bisa? Saya belum tahu di kamar mana saudara saya, kabarnya kecelakaan sepertinya masih di IGD." jawab Zander.
Anak-anak mahasiswanya itu hanya mengangguk-anggukkan kepala. Masuk akal juga karena terlihat kepanikan bapak dosen mereka ketika berlarian di lorong ini karena harus menjenguk saudaranya yang kecelakaan.
"Lumayan banyak si pak, kami bersyukur karena nggak terlalu parah. Yang paling parah sih Leisha pak, sekarang masih harus habisin infus baru bisa balik pulang."
"Di mana kamarnya?" tanya pria dengan lagak sok cueknya yang memasukkan salah satu tangannya pada saku celana yang menambah kesan tampan pada dirinya.
"Kamar Melati 03."
•••
"Loh, kok di sini?" pekik Leisha terkejut.
"Memang kenapa?" jawaban Zander yang membalikkan kata-kata yang semula dikirimkan oleh wanita itu kepadanya.
Bersambung.
hati2 leisha...