Disha sudah lama mencoba untuk menarik perhatian seorang Ryan Alister, tapi usahanya selalu gagal dan tanpa Disha ketahui ternyata Ryan sudah lama mengawasinya. Hingga akhirnya sebuah jebakan Disha persiapkan agar ia bisa mendekati Ryan, tapi ternyata jebakan itulah yang membawa Disha terjebak pada seorang Ryan Alister.
Bagaimana kisah keduanya? apakah masalah keduanya akan terselesaikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Terakhirmu
"Ya, gapapa. Tapi kan Ryan terkenal. cuek, dingin terus juga tegas. Takutnya dia kayak gitu juga ke kamu," ucap Viona.
"Untungnya Mas Ryan gak kayak gitu, ya walaupun kadang-kadang sih. Tapi, hampir gak pernah kok," ucap Disha.
"Aku seneng karena menurutku Ryan bisa jadi suami yang bisa jaga kamu. Tapi, kalau seandainya Ryan punya rahasia sama kamu, kamu jangan langsung marah ya karena dia gak bilang ke kamu. Kamu dengerin penjelasannya dulu, kamu pahami situasi, yang jelas kamu harus tau kalau Ryan itu sayang banget sama kamu," ucap Viona.
'Sayang, Ryan sayang sama aku,' ucap Disha dalam hati.
Disisi lain, Ryan, Lucas dan Henry yang ada di ruang kerja Ryan pun begitu serius, Ryan mulai menceritakan semua yang terjadi pada kedua sahabatnya itu.
"Apa mungkin Mark kabur ke luar negeri," ucap Henry.
"Mungkin, tapi gue gak tau dimana dia. Gue cuma takut kalau dia melibatkan Disha, dia gak tau apa-apa,' ucap Ryan yang terlihat jelas khawatir pada sang istri.
"Lo sayang banget ya sama istri lo?" tanya Kucas.
"Pertanyaan macam apa itu, ya iyalah. Lo kan tau gimana gue bingung cari cara supaya gue bisa deket sama dia dan sekarang dia bisa jadi istri gue itu bukan hal yang mudah buat gue," ucap Ryan.
"Agak aneh aja sih gue liat lo bucin gini," ucap Henry.
"Gapapa, biar lo gak liat gue mode bunuh orang terus," ucap Ryan yang membuat Henry dan Lucas tertawa.
Karena terlalu lama mengobrol membuat Ryan lupa jika ia saat ini sudah memiliki istri, Lucas sendiri sudah pulang bersama Viona dan saat ini di ruang kerjanya hanya ada Ryan dan juga Henry.
"Kita selesain aja bahas ini, besok di sambung lagi. Ini udah jam 11 malam loh, gue tidur di kamar tamu lo ya," ucap Henry.
"Nanggung tinggal dikit lagi," ucap Ryan.
"Nanggang nanggung, lo itu udah nikah. Lo gak kasihan lihat istri lo sendirian di kamar," ucap Henry.
"Astaga iya, gue lupa kalau gue udah nikah," ucap Ryan dan menyeret Henry keluar dari ruang kerja lalu mengunci ruang kerjanya.
"Kenapa lo gak ingetin gue sih?" tanya Ryan.
"Lah, dia yang punya istri masa lupa," ucap Henry.
Ryan pun berjalan menuju kamarnya dan sesampainya di kamar, ia melihat Disha yang sudah terlelap di ranjang empuknya. Ryan pun mendekat lalu mengecup kening sang istri, "Maaf ya, aku hampir lupa. Mungkin karena emang kebiasaan jadinya lupa," gumam Ryan dan ikut terlelap di samping Disha.
Pagi harinya, Ryan terbangun dan mendapati sang istri yang sudah tidak ada, "Pasti di dapur," gumam Ryan dan membersihkan tubuhnya.
Barulah saat Ryan keluar dari kamar mandi, ia melihat Disha yang juga sudah siap untuk bekerja. "Kalau ada apa-apa kabarin ya," ucap Ryan.
"Iya," jawab Disha yang tersenyum pada Ryan.
Ryan sendiri langsung ke markas karena itu ia tidak berangkat berasama dengan Disha, lagipula Ryan saat ini bersama dengan Henry. Ryan mendapatkan kabar jika Mark sudah di temukan keberadaannya. "Ini adalah akhir dari kelompok pecundang itu," gumam Ryan di dalam mobil.
"Gue gak sabar, gimana keadaan dia sekarang," ucap Henry.
"Entahlah, yang jelas ini adalah hari terakhirnya," ucap Ryan.
Tak lama setelah itu, mereka pun sampai di sebuah rumah susun. "Kotor banget sih," ucap Henry.
"Wajar karena pecundang itu sama dengan sampah," ucap Ryan.
"Sadis amat," ucap Henry.
Ryan pun menunu tempat yang di maksud anak buahnya, saat sampai di depan salah satu rumah susun anak buahnya membukakan jalan agar Ryan dapat masuk.
Begitu Ryan masuk ke dalam, ia melihat Mark yang tengah menyantap mie instan dan membaca sebuah buku hingga ia tidak menyadari kedatangan Ryan dan Henry, "Jorok banget, banyak sampahnya. Mana debu semua lagi," ucap Henry yang membuat Mark terkejut.
"Ka-kalian kok bisa ada disini, aish," ucap Mark lalu mengambil pisau dan mengarahkannya pada Ryan dan Henry.
"Santai dong, orang gue kesini niatnya baik kok, gue loh ya yang punya niat baik, kalau Ryan sih gak tau," ucap Henry.
"Berisik," ucap Ryan dan Henry hanya tersenyum di sebelah Ryan.
"Kalian jangan macam-macam ya," ucap Mark.
"Lo udah miskin banget ya sampai makan cuma mie instan, kasihan ya. Lo sih pakai banyak cewek segala, udah tau cewek itu morotin lo tapi tetep aja lo senengin," ucap Henry.
"Pergi kalian!" teriak Mark.
"Kau sembunyikan di gudang bawah rumah susun ini persenjataannya, sangat luar biasa. Kau ini Bos dan kau tidak tau kalau setiap persenjataan bisa dilacak dengan mudah," ucap Ryan.
Ya, Ryan sudah tau jika persenjataan yang dicuri Mark disimpan di gudang rumah susun ini, anak buah Ryan pun sudah mengambil persenjataan itu dan membawanya kembali ke gudang markas.
"Jangan macam-macam atau istrimu yang akan mendapatkan balasannya," ucap Mark.
"Kau tau, aku tidak masalah kalau harus bertarung satu lawan satu, tapi kalau kau sampai melibatkan istriku maka aku akan melibatkan keluargamu sampai tujuh turunan, kau ingatkan aku tidak pernah ingkar dengan apa yang sudah kukatakan, aku tidak suka urusan ini di campur dengan masalah keluarga. Ini semua pilihanmu," ucap Ryan.
"Hahaha, aku gak punya keluarga! semuanya udah meninggal," ucap Mark dengan tawanya yang keras lalu ia meleparkan pisau tersebut ke arah Ryan.
Ryan yang belum siap pun terkena pisau pada lengan kiri atas, "Kau tau apa yang kuucapkan sebelum aku datang kesini?" tanya Ryan dan Mark hanya diam dengan tatapan was-was.
"Aku mengatakan jika ini adalah hari terakhirmu dan aku tidak akan main-main," ucap Ryan.
"Kau hanya manusia biasa Ryan, kau bisa mati. Kau akan masuk neraka setelah mati kalau kau membunuhku," ucap Mark.
"Hahaha, kau pikir aku peduli, kita ini sama, kita membunuh orang jadi tudak perlu memberikan motivasi atau apapun itu. Satu lagi, aku tidak punya kepercayaan pada apapun jadi tidak sia-sia kau menceramahiku. Aku ini bukan orang suci dan aku tidak pernah mengatakan kalau aku orang suci bukan, aku bisa membunuh semauku, aku bisa menghancurkan manusia manapun yang kumau," ucap Ryan.
Mark hanya diam, ia begitu takut melihat Ryan saat ini. Mark tau bagaimana seorang Ryan Alister yang tentunya tidak akan main-main dengan apa yang sudah ia katakan.
Mark pun melihat sekelilingnya dan ia melihat jika jendela ruamh tersebut terbuka, Mark pun berencana untuk keluar dari jendela tersebut. 'Untung gue pilih yang lantai 3, jadi gue bisa kabur,' ucap Mark dalam hati.
.
.
.
Tbc...