Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
Bila sepanjang perjalanan dari rumah mertua hingga ke supermarket, Ariana yang banyak diam, maka sepulangnya dari supermarket menuju rumah, Danang lah yang bungkam. Ariana tersenyum getir. Ia yakin kebungkaman suaminya itu pasti berhubungan dengan pertemuannya dengan kekasih dan ibunya itu. Bahkan sampai tiba di rumah pun, Danang tetap diam.
Setibanya di rumah, Ariana segera berganti pakaian dan membereskan belanjaan. Ia susun belanjaannya di dalam kulkas. Setelah itu, ia pun bersiap memasak untuk makan siang.
"Mas, ayo makan dulu!" Ajak Ariana menghampiri suaminya yang tengah terpengkur di depan laptop.
Laptop. Ya, setelah beberapa waktu ini Ariana tidak melihat laptop itu, akhirnya Ariana melihatnya lagi.
Namun saat ini bukan saat yang tepat untuk mengulik hal tersebut. Ia pun mengajak Danang menuju meja makan. Ia membantu mengisi piring Danang dengan nasi dan mempersilahkan Danang memilih sendiri lauk pauk yang ia suka.
Saat sedang makan, Ariana melihat suaminya makan dengan cukup lahap. Ariana tersenyum. Setidaknya masakannya sedikit sesuai dengan selera Danang.
Selesai makan, Danang kembali ke meja depan, sementara Ariana membereskan piring kotor dan mencucinya. Setelah selesai, Ariana menuju ke depan untuk melihat keberadaan suaminya. Tapi ternyata Danang sedang tidak ada di sana. Memanfaatkan kesempatan, Ariana pun segera duduk di depan laptop dan mencari file yang menyimpan foto-foto perempuan pujaan hati suaminya itu.
Ariana sedikit kesulitan sebab sepertinya Danang sudah menyembunyikan file tersebut. Ariana pun tidak menyerah. Ia terus mencari hingga akhirnya ia pun berhasil menemukannya.
"Ana, apa yang kau lakukan, hah? Bukankah aku sudah berkali-kali mengatakan kalau aku tidak suka kau menyentuh barang-barang ku!" hardik Danang dengan rahang mengeras dan mata membulat.
Ariana tetap bersikap tenang. Sebab ia memang sengaja melakukan itu agar suaminya segera bersuara tanpa perlu ia bersusah payah memulai pembicaraan.
"Kenapa? Apa karena kau merahasiakan sesuatu dalam sini, Mas?" Ariana tersenyum miring.
"Rahasia apa maksudmu? Aku tidak memiliki rahasia apapun. Kau tahu bukan, setiap orang itu memiliki privasi masing-masing dan laptop termasuk barang yang bagiku privacy," elak Danang yang kentara sekali kalau ia sedikit gugup.
"Sudahlah, Mas. Berhenti berkilah. Aku sudah tahu semua rahasiamu. Termasuk ... perempuan yang kau cintai," ujar Ariana getir. Tenggorokannya rasa tercekat saat mengucapkan itu.
"Apa maksudmu? Jangan mengada-ada. Kau pikir untuk apa aku menikahimu kalau aku ternyata mencintai perempuan---"
Mata Danang membulat seketika saat Ariana memutar laptop menghadapnya. Lidah Danang seketika kelu. Otaknya sibuk mencari alasan untuk berkilah.
"Itu ... itu hanya foto mantan kekasihku. Ya, dia dulu memang kekasihku, tapi hubungan kami sudah lama berakhir. Bahkan aku saja sudah lupa kalau aku menyimpan foto-foto itu."
Danang mendekat hendak mengambil laptopnya. Ariana membiarkan saja.
"Mau sampai kapan kau membohongiku, Mas? Berhentilah berdusta. Sudah aku katakan, aku sudah mengetahui semuanya. Bahkan aku melihat saat kau berbicara dengan perempuan ini di supermarket tadi."
"Itu ... Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Kami hanya tidak sengaja berpapasan."
"Bahkan dia bekerja di rumah sakit yang sama denganmu." Ariana tertawa getir. Matanya sudah memerah, tapi sebisa mungkin ia tahan agar tiada air mata yang tumpah. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki itu.
Danang terkejut bukan main. Ia tidak menyangka Ariana bahkan tahu Monalisa bekerja di rumah sakit yang sama dengannya.
"Bekerja di tempat yang sama bukan berarti aku menjalin hubungan dengannya. Aku bahkan baru tahu ia bekerja di sana saat aku baru dipindahtugaskan ke sana."
Ariana terkekeh sumbang. Ia mendongakkan kepalanya, mencegah air matanya yang hampir saja berkhianat dan hendak luruh dari matanya.
"Bahkan kau lebih menyukai bekal yang ia bawakan dibandingkan bekal yang aku belikan. Hahaha ... sudahlah, Mas. Berhenti membuat kebohongan karena sekali seseorang suka berbohong, maka dia akan terus membuat kebohongan demi kebohongan yang mana pada akhirnya ia lupa mana yang benar dan mana yang bohong. Sudahlah, Mas. Sudah aku katakan, aku sudah tahu. Jadi lebih baik mulai sekarang Mas berkata jujur, termasuk jujur kalau Mas tidak pernah mencintaiku."
Ariana menatap tajam Danang. Tatapannya menyiratkan luka dalam yang tak terkatakan. Danang merasa tidak nyaman dengan tatapan itu. Tapi karena egonya yang setinggi langit membuatnya enggan merasa bersalah apalagi meminta maaf. Ia justru bersikap seolah dialah korbannya.
"Oke. Oke, aku takkan menutupi apa-apa lagi darimu. Baguslah kalau kau sudah mengetahuinya. Memang benar, aku memiliki perempuan yang aku cintai dan ingin aku nikahi sebelum ini. Tapi karena keegoisan orang tua kita dan termasuk ... kau, aku jadi harus terkurung dalam pernikahan yang tak pernah aku inginkan ini," ucap Danang tanpa merasa bersalah sedikitpun. Ia tak sadar, kata-katanya sudah menusuk hati Ariana begitu dalam.
Apalagi Danang ikut menyalahkan dirinya dan orang tuanya.
"Jangan salahkan orang tuaku karena mereka tidak bersalah sama sekali. Bahkan orang tuaku tidak pernah memaksa diriku untuk menerima pinanganmu dan orang tuamu. Apa kau lupa, kalian lah yang datang ke rumah kami dan mengajukan lamaran terhadapku? Aku pikir, kau memiliki perasaan yang sama denganku karena itu kau melamarku. Jadi aku tanpa pikir panjang menerimanya. Tapi ternyata aku salah. Kalau kau memang tidak mencintaiku, kenapa kau melamarku? Jangan bilang itu karena permintaan orang tua sebab kau pun memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupmu. Dan berhenti menyalahkan orang lain. Hal ini takkan terjadi kalau kau bisa tegas memperjuangkan cintamu. Kau pikir hanya kau yang merasa terkurung, hah? Aku pun juga sebab aku tak pernah menginginkan pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta. Kau yang sudah memberikan aku harapan, tapi kau juga yang menghempaskan harapanku itu. Kau pikir hatiku tidak sakit?" seru Ariana lantang. Bahkan air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya merebak juga. Hatinya yang terlampau hancur membuatnya tak bisa mengontrol emosi yang kini meluah melalui tetesan air asin dari pelupuk matanya.
Melihat raut wajah penuh luka Ariana membuat Danang meraup wajahnya kasar.
"Lalu kau mau apa? Sudahlah. Tidak usah banyak drama.. Cukup jalani saja semua ini. Bereskan!"
"Apa kau tidak mau melupakannya? Apa kau tidak mau belajar mencintaiku? Dan apa kau tak mau mencoba mempertahankan rumah tangga ini?" lirih Ariana.
"Entahlah. Aku pusing."
Bukannya menjawab dan menyelesaikan masalah mereka, Danang justru beranjak masuk ke dalam kamar. Lalu tak lama kemudian, ia keluar lagi sambil menenteng tas kerja dan snellinya. Danang memilih pergi ke rumah sakit lebih awal dibandingkan menyelesaikan permasalahannya dengan Ariana.
Ariana tak mampu membendung air matanya. Hatinya benar-benar sakit. Tapi ia belum mau menyerah. Ia tidak ingin kalah sebelum berjuang. Sebisa mungkin ia akan berusaha mempertahankan rumah tangga mereka.
Mobil Danang sudah keluar dari garasi. Menyisakan Ariana yang termenung sendirian. Hingga bunyi ponsel Danang yang masih tergeletak di atas meja menyadarkan Ariana dari dari lamunannya. Ariana pun segera mengangkat panggilan itu setelah melihat nama pemanggilnya.
Belum sempat Ariana berbicara, ternyata orang di seberang telepon sudah lebih dulu bersuara.
" .... "
"Halo, Mas. Mas malam ini mau aku masakin apa?" ujar suara seorang perempuan yang membuat hati Ariana kian tertusuk sembilu.
...****...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...