NovelToon NovelToon
ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Fantasi Wanita / Transmigrasi Copyman
Popularitas:452
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.

Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.

Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Selang beberapa saat Ester mulai tersadar, Annalise segera menghampirinya.

“Siapa yang menyerang mu Ester?” .

“Hah! Aku tidak melihatnya” Ester menjawab sambil meraba lehernya yang terasa sakit.

“Apa maksud mu? Bagaimana mungkin kamu tidak melihatnya!” Annalise terheran.

“Apa bayangannya itu terlihat seperti seorang pria?” tanya Calix.

“Aku tidak yakin” Ester mencoba mengingat siapa yang menyerangnya.

“Ceritakan apa yang terjadi” Calix menatap pada Ester.

“Saat menunggu kalian, aku duduk di sini menghadap kolam itu” Ester menunjuk tiang diatasnya.

“Mengati cat kuku sambil mengipasi dengan kipas ini, mendadak muncul bayangan hitam yang menutupi ku dari belakang, saat ingin melihat ke belakang dalam sekejap mata ku seperti tertutup oleh sarung tangan kemudian menyerang leherku hingga tak sadarkan diri”.

“Dan berakhir seperti ini, lihat disini pasti meninggal bekaskan?” Ester menunjukan bekas serangan di lehernya.

“Kurang ajar!” Ester mengumpat.

“Mampu melempuhkan target tanpa meninggalkan celah, menyerangku dengan belati kemudian menghilang dengan cepat tanpa jejak. Mungkin ia salah satu pengawal istana ini! Hanya seorang pengawal yang mampu melakukan ini semua” Calix menyimpulkan petunjuk kemudian menatap pada Annalise.

“Pengawal, katamu!” Annalise tidak percaya dengan kesimpulan Calix.

“Siapa lagi yang dapat melakukan hal semacam itu ditambah ia mampu menghilang dari tempat rahasia ini, mungkin saja ia pengawal istana yang tak sengaja menemukan tempat ini” Calix penuh keyakinan menjelaskan pada Annalise.

“Bagaiman menurut mu?” tanya Calix pada Ester.

“Benar Lisy mungkin itu seorang pengawal dari istana ini” Ester setuju dengan pendapat Calix.

“Sial! Ini bisa mengancam kita saat ini” Annalise merasa sangat kesal dengan situasinya saat ini.

Melihat Annalise yang kesal, Calix segera mengecup cepat wajah Annalise dengan jarinya menyentuh wajah Annalise untuk melihat ke arahnya “Tenang Lisy ku, ada aku disini”.

“Untuk saat ini kita harus berhati-hati, kita tidak mengetahui apa bayangan itu melihat kita berdua di pohon willow atau hanya mendengar percakapan kita” Annalise memalingkan wajahnya.

“Baiklah” Calix setuju.

“Cal, ditambah awasi juga tunangan mu itu” Annalise melirik tajam pada Calix.

“Tentu saja, sayangku”.

Setelah percakapan mereka berpisah Annalise dan Ester kembali menuju kediaman keluarga bangsawan di bagian dalam istana sementara Calix kembali menuju lorong saat ia memasuki tempat rahasia ini.

Berjalan dilorong saat Calix berhenti menatap lurus ke arah Adrian yang keluar dari ruangan disamping menara penjanga. Berjalan menuju Adrian dan menyapanya.

“Ian, apa kau lakukan disini?”.

“Cal, melapor pada Davian telah menyelesaikan tugas ku” melihat Calix disampingnya.

“Bertugas dimana?”.

“Dermaga kota, ada apa?” Adrian terheran dengan Calix yang tidak biasa bertanya mengenai tugasnya.

“Bukan hal penting, Davian masih bertugas?”.

“Ya” dengan singkat Adrian menjawab.

“Oh….” Calix berusaha mengintip ke dalam ruangan, Adrian melihat tingkah aneh Calix segera menutup pintu.

Calix kaget saat pintu didepanya ditutup secara Adrian, melirik kesal pada Adrian. Tidak menghiraukan pandangan mata Calix, Adrian berbalik meninggalkanya segera Calix menyusulnya.

Dalam perjalanan menuju pintu gerbang istana melihat sekelompok pelayan istana mengerumuni seseorang, mendekati mereka terlihat beberapa pelayan wanita sedang berbiacara bahagia dengan Ael ditengah-tengah kelompok.

Melihat Adrian, Ael berusaha keluar dari kepungan pelayan istana dan berpamitan pada mereka yang terlihat kecewa akan kepergian Ael.

Ael menghela nafas saat menuju Adrian dan Calix “Apa kalian selesai bertugas?”.

“Ya” Jawab Adrian sambil berjalan.

“Dari mana buku-buku itu, Ael?” Calix melihat Ael membawa beberapa buku ditangan dan di pelukanya.

“Kerabat ku membawanya” Ael melirik Calix disampingnya.

“Seperti itu..” Calix mengintip buku-buku yang dibawa Ael. Mereka berjalan keluar gerbang istana untuk pulang.

...----------------...

Matahari berada dipuncaknya, dua gadis sibuk dengan kedua tanganya. Odelia memotong tomat untuk tambahan salad menu makan siang mereka dan Penelope membuat adonan kue kering sebagai camilan mereka.

“Cath, sudah biarkan aku saja nanti yang melakukanya. Lebih baik kamu istirahat di meja makan saja” Penelope mengkhawatirkan kesehatan Odelia.

“Aku baik-baik saja Pen, memotong sayuran tidak menguras energiku” Odelia tidak menghiraukan Penelope dan terus memotong sayuran.

Penelope tersenyum tidak berdaya dengan sahabatnya ini, melihat keluar jendela dapur bayangan matahari menunjukan tengah hari.

“Cath, saatnya untuk minum obat mu” Penelope mengikatkan Odelia.

“Baiklah” Odelia menyelesaikan potongan terkahir saladnya dan menuju perapian di sebrang meja makan untuk menuangkan ramuan diatas perapian.

Saat menuangkan ramuan, terdengar suara ketukan pintu “Pen, ada orang di dalam” terdengar suara Davian di balik pintu.

“Masuklah” Penelope menjawab sambil menuangkan adonan kue ke loyang, pintu terbuka Davian, Adrian dan Calix memasuki rumah Cathrine. Setelah sari ramuan dituangkan, Odelia duduk di ujung meja makan dekat dapur menunggu ramuan sedikit lebih dingin.

Calix segera duduk di sisi berlawanan dengan Odelia, Davian membantu Penelope untuk memanggang adonan dan Adrian berjalan menuju Odelia kemudian duduk disisi kirinya.

“Saatnya meminum obat? Bagaimana kondisi mu? Adrian bertanya pada Odelia.

“Sudah lebih baik” Odelia menjawab sambil memperhatikan asap digelasnya.

“Jangan dengarkan dia Ian, Baru kemarin lusa Cath tersadar hari ini dia tidak mendengarkan ku sama sekali. Liat salad ini Cath yang menyiapkan” Penelope mengeluh sambil menunjukan salad yang Odelia buat.

“Aku sudah lebih baik Pen, sungguh” Odelia kembali menyakinkan Penelope.

“Pen, Adonan” Davian mengingatkan Penelope untuk memasukan Adonan, segera Penelope menyerahkan adonan pada Davian.

“Sepertinya sudah cukup dingin Cath” Adrian, Odelia menyentuh gelas keramik dengan kedua tanganya “Benar”.

Odelia meminun obat namun karena rasanya sangat pahit, Odelia kesulitan menelan ramuan. Memejamkan matanya berusaha menghabiskan ramuan.

Adrian melihat alis mengkerut Odelia saat menghabiskan ramuan, mengeluarkan manisan buat yang terbungkus sapu tangan.

“Cobalah manisan ini Cath”.

Melihat sesuatu yang manis segera Odelia memakan manisan itu untuk mengurangi rasa pahit dimulutnya “Ini luar biasa, terima kasih Ian” Odelia merasa sangat beruntung.

“Makanlah lebih banyak lagi” Adrian tersenyum lembut melihat Odelia merasa lebih baik dan memakan manisan buah yang dibawanya.

Disisi berlawanan Calix mengamati interaksi mereka sambil berpura-pura membaca surat kabar. Terdengar suara Jamie dibalik pintu.

“Ini sangat tidak adil” Jamie masuk terlebih dahulu dengan sekarung gandum serta belanjaan lainya dikedua tanganya .

“Apa yang kau keluhkan, Jamie” Diikuti Ael dengan buku ditangan kanan dan keranjang buah ditangan lainya sambil menutup pintu.

“Apa kau buta lihat ini, aku membawa semua ini sendirian sedangkan kau hanya membawa satu buku dan keranjang itu” Jamie meletakan bawaanya di dekat lemari.

“Bukannya itu mau mu membawa semua itu sendiri” Ael meletakan keranjang buah dan duduk disamping Adrian.

“Bukan itu maksud ku, Saat membeli buah itu beberapa gadis bangsawan mengerumuni mu sambil tertawa bahagia padahal aku yang membawa beban berat ini sendrian” Jamie kembali mengeluh sambil mengarahkan jarinya pada Ael.

“Bukan salah ku” Ael tidak peduli dengan keluhan Jamie.

Jamie merasa kesal karena diabaikan namun teringat sesuatu ia membuka belanjaanya.

“Untuk mawar putih yang suci Pen” Menyerahkan sekuntum bunga mawar putih, Penelope terkejut dengan bunga dihadapnya.

Mencium bunga dengan bahagia “Terimakasih, Jamie” Penelope mencari vas untuk bunga cantiknya.

“Tentu saja, Penelopeku” Jamie dengan bangga.

Berjalan menuju Odelia, sambil membungkukkan punggungnya menyerahan sekuntum bunga mawar merah menggunakan tangan kananya dengan tangan kiri dibelakang.

“Tak lupa mawar merah menawan ini untuk mu Cath”

“Terimakasih, Jamie” menerima bunga dari Jamie, “Dengan senang hati” Jamie bangkit dari postur melihat manisan ditangan Adrian, Jamie mengambil beberapa manisan dengan ringan berjalan untuk duduk disisi kanan Odelia memakan manisan.

Adrian terheran dengan tingkah sabahatnya itu.

Odelia mengamati mawar ditanganya, ini merupakan pertama kalinya ia secara langsung menyentuh bunga dari daratan. Menyentuh kelopak mawar merasakan tekstur bunga, Odelia mengikuti Penelope untuk mencium aroma mawar.

Adrian melihat Odelia yang nampak sangat menyukai mawar merah pemberian Jamie di belakang Odelia menikmati manisan buah yang di bawanya khusus untuk Odelia.

Odelia bangkit dari kursi untuk mencari vas bunga dan meletakkannya dekat jendela disamping kursi-kursi ruang santai.

“Makan siang telah siap” Penelope meletakkan roti gandum ditengah meja, Davian membawa panci sup yang masih mengeluarkan asap.

Adrian menendang kaki Jamie dibawah meja untuk membantu yang lain, Adrian mengambil salad Odelia dikuti Jamie menata piring dimeja serta Ael meletakan teko air. Setiap orang sibuk dengan tugasnya masing-masing Calix tetap diam mengamati yang lain.

Saat semua sudah siap, mereka duduk untuk menikmati makan siang bersama.

“Tuan Laurent tidak akan datang?” Penelope duduk samping kanan Odelia bertanya pada Adrian duduk berhadapan denganya.

"Tidak, Kakek sedang memastikan bahan baku roti untuk prajurit kota”.

“Seharusnya itu tugas ku, pasti tuan Laurent kesulitan melakukan semuanya sendiri” Penelope merasa sedih karena tugasnya sebagai Asisten Tuan Luarent tidak dilakukanya.

“Tidak perlu khawatir Pen, Kakek berpesan kesehatan Cath lebih utama jika kondisinya sudah benar-bena pulih kalian dapat kembali berkerja di toko”.

Adrian menyampaikan pesan kakeknya, Penelope menangis akan kebaikan tuan Laurent “Tuan Laurent” Davian yang duduk disamping Penelope menepuk-nepuk punggung Penelope dengan lembut untuk menghiburnya.

Odelia mendapatkan informasi tambahan mengenai Catherine, memegang tangan Penelope “Jangan bersedih Pen, kondisiku sudah lebih baik. Kita bisa kembali membantu tuan Laurent Lusa”.

“Jangan memaksakan kesehat mu Cath” Davian mengingatkan Odelia.

“Sungguh aku sudah lebih baik, terimakasih.” Odelia kembali menyantap makan siangnya. Melirik setiap orang saat ini Odelia mulai paham dengan hubungan masing-masing dari mereka Penelope duduk di sisi kananya merupakan Sahabat Catherine mereka tinggal dirumah peninggalan orang tua Catherine dan berkerja sebagai Asisten di toko roti tuan Luarent, Adrian duduk disisi kirinya sepertinya cucu dari tuan Laurent dan berkerja sebagai pengawal istana penguasa kota, Davian disamping Penelope teman sekaligus atasan Adrian, Jamie dan Ael duduk berhadapan juga teman Adrian dengan perkerjaan yang sama terakhir ada pria yang duduk di ujung meja Calix merupakan tunangan Catherine berkerja sebagai pengawal istana juga.

Yang tidak dipahami Odelia mengapa Adrian dan Calix nampak tidak menyukai satu sama lain namun mereka masih makan satu meja dengan yang lainya.

“Davian, kemarin apa tugas mu seharian berada di istana? Calix bertanya ditengah makan siang mereka.

“Tidak”.

“Lalu dimana saja?” Calix penasaran dengan keberadaan Davian.

“Sebelum makan siang aku mendapatkan laporan adanya serangan dari monster hutan di tembok barat kota” Davian melirik Calix terheran tidak biasanya ia bertanya mengenai tugasnya.

“Kemarin malam, aku menghabiskan waktu di bar seperti biasanya” Jamie menjelaskan kegiatanya dengan santai.

Calix memutar bola matanya setelah mendengar penjelasan Jamie, Adrian menggelengkan kepala dan Ael tersenyum tipis serta Davian menghela napas dengan tingkah sahabatnya ini.

Menatap serius pada Calix, Davian bertanya “Mengapa kau bertanya tentang tugasku?” sebelum Calix hendak menjawab “Mungkin saja ia sedang menyelidiki awak kapal asing yang menyusup ke istana” Adrian menyela.

“APA MAKSUD MU?” Calix tersinggung dengan perkataan Adrian yang mengungkit tentang kejadian hari itu.

“Kalian Hentikan!” Davian menghentikan Adrian dan Calix sebelum mereka kembali berkelahi. Calix yang kesal meninggal meja makan dan keluar dari rumah Catherine sebelum menyelesaikan makan siangnya.

“Cath kamu baik-baik saja?” Penelope memegang tangan Odelia khawatir dengan kondisinya.

“Ya..” Odelia tersenyum untuk menenangkan Penelope. “Maafkan aku Cath” Adrian meminta maaf pada Odelia “Tidak masalah”.

Mereka kembali menikmati makan siang sambil mengobrol dengan santai. Setelah menghabiskan makan siang setiap orang memiliki tugasnya masing-masing terkecuali Odelia yang dilarang Penelope untuk membantu. Davian membantu Penelope dengan kue keringnya, Adrian dan Ael mencuci piring serta Jamie yang bertugas membersihkan meja.

Jamie membersihkan meja mendekati Odelia “Cath, apa kamu menyukai bunga yang ku bawa hari ini?” Jamie bertanya dengan pensaran.

“Ya.. itu sangat indah” Odelia menjawab dengan jujur.

“Sungguh! Kalau kamu menyukainya akan ku bawa bunga-bunga lainya untuk mu setiap hari. Hehehehe” Jamie antusias dengan jawaban Odelia hingga memegang kedua tanganya.

Dibelakang mereka Adrian mendengarkan percakapan Jamie dan Odelia, melempar jeruk tepat ke arah Jamie tanpa melihat kebelakang.

“Aaaa!” Jamie terkejut saat buah jeruk tepat mengenai begian atas kepala dan menangkap jeruk itu.

Menengok pada Adrian dengan kesal Jamie kembali membersihkan meja, Odelia tertawa pelan sambil menutup bibir dengan tangan kananya.

Adrian dan Jamie seketika terdiam melihat Odelia yang tertawa untuk pertama kalinya.

Tersadar bahwa dirinya diperhatikan Odelia bangkit meninggalkan meja menaiki anak tangga untuk istirahat dikamarnya. Penelope membawa kue kering dikerajang melihat sekeliling.

“Cath tidak ada disini?”.

“Ia kelantai atas untuk istirahat” Jamie menjelaskan pada Penelope

“Baiklah”.

Menyelesaikan tugasnya masing-masing mereka berpamitan pada Penelope, Penelope memberikan kue kering buatanya Jamie menerima keranjang dengan gembira.

Dalam perjalan menuju istana mereka menikmati kue itu.

Adrian dan Ael memakan satu kue, Davian mengambil dua bagian terakhir Jamie yang memeluk keranjang kue memakan satu bagian.

Davian melihat tersisa empat bagian kue segera mengambil dua untuk dirinya diikuti oleh Adrian mengambil dua kue terakhir dengan cepat.

“Heyyyy!”.

“Kalian! Aku baru memakan satu!” protes Jamie pada Davian dan Adrian, Davian terus menikmati kue ditanganya serta Adrian yang tidak peduli dengan Jamie tersisa Ael yang tersenyum melihat ini.

......................

1
Dayra Malay
Bingung harus ngapain tanpa cerita ini setiap malam 😔
Tilia: Di tunggu ya kak 😊
update secepatnya 🚀
total 1 replies
Bridget
Kisahnya bikin aku lebih semangat menghadapi hidup!❤️
Tilia: Makasih Kak /Heart/
Semangat terus 💪🏻....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!