Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
"Istirahat lah, mama keluar dulu."
Arsy hanya mengangguk, baru saja Aleta keluar, Arsa masuk kedalam kamarnya. Arsy mendengus kesal karena ia ingin istirahat.
"Gak masuk kuliah kak?" tanya Arsy tanpa menoleh ke Arsa.
"Kuliah, setelah selesai langsung pulang. Dosen gak masuk," jawab Arsa sekenanya.
"Itu artinya gak kuliah, kan? Bilang sudah selesai langsung pulang, emang aku anak kecil yang mudah dibodohi."
"Hehe, lalu apa bedanya denganmu, hmmm. Baru satu pelajaran sudah langsung pulang."
Arsy terdiam, dia tidak melihat kakaknya, tapi ternyata kakaknya melihatnya. Jadi Arsa tahu jika Arsy langsung pulang saat jam istirahat.
"Dek, pesanku, jangan terlalu dekat dengan si Jaydon itu."
"Siapa juga yang dekat dengannya? Aku tadi baru mengacaukan perusahaannya. Biarkan saja semua komputer di perusahaannya tidak berfungsi karena tidak ada sinyal."
Arsa tersenyum, adiknya kadang memang jahil. Bahkan tidak segan-segan membuat onar jika dia merasa terganggu.
Arsa keluar dari kamar Arsy. Ia hanya ingin memperingatkan adiknya agar tidak terlalu dekat dengan Jaydon.
Arsy bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan tulus dan tidaknya seseorang untuk mendekatinya.
Seperti David, David mengejarnya hanya karena awalnya penasaran dengan Arsy. Namun seiring berjalannya waktu, David malah jatuh cinta.
Namun Arsy yang tidak mudah untuk didekati pun selalu menghindar dari David. Sedangkan Jaydon mendekati Arsy karena ada niat tersembunyi. Jadi diantara keduanya, dapat Arsy rasakan tidak ada ketulusan dalam diri mereka.
Arsy mengambil ponselnya lalu menghubungi Naura. Baru deringan pertama sudah langsung dijawab.
"Assalamualaikum Ar? Tumben banget, lagi mau curhat nih? Sayangnya aku bukan mamah Dedeh," goda Naura.
"Waalaikumsalam, kamu dimana sekarang?" tanya Arsy tanpa menghiraukan godaan Naura.
"Lagi di rumah mama, tadi pulang dari kampus langsung kemari. Ada apa nih?"
"Gak ada apa-apa, aku kesana ya? Kamu jangan pulang dulu. Assalamualaikum." Arsy mengakhiri panggilan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon.
Arsy bersiap-siap untuk pergi ke rumah Fay, karena Naura ada disana. Saat keluar dari kamar, Arsy berpapasan dengan Arsa.
"Mau kemana Dek?" tanya Arsa.
"Ke rumahnya mama Fay, ketemu Naura," jawab Arsy sambil melenggang pergi.
Arsa masuk kembali kedalam kamarnya, ia juga bersiap-siap hendak menyusul Arsy. Saat dibawah, Arsy berpamitan pada Aleta.
"Jangan malam-malam pulangnya," pesan Aleta setelah Arsy berpamitan. Arsy pun mengangguk lalu menyalami dan mencium tangan Aleta.
Arsa meluncur turun dari tangga agar cepat sampai ke bawah. Padahal ada lift, tapi mereka jarang menggunakannya. Kecuali jika ingin ke lantai 3 dan lantai 4.
"Pamit Ma, mau jaga Arsy takut di gondol genderuwo," ucap Arsa asal.
"Hus, tidak baik bicara sembarangan," tegur Aleta. Kemudian Arsa pun melakukan hal yang sama dengan Arsy.
"Benar Ma, genderuwo nya bernama Jaydon," ujar Arsa lalu berlari keluar mansion.
"Mau kemana mereka?" tanya Diva yang baru keluar dari kamarnya.
"Kerumah Fay katanya," jawab Aleta.
Diva pun mengangguk lalu duduk di sofa ruang tamu berdekatan dengan Aleta.
Sementara Arsa menghentikan Arsy yang hendak menggunakan motor, karena Arsa mengajak Arsy satu mobil saja.
Arsy pun akhirnya menyimpan kembali motornya. Tadinya ia ingin menggunakan motor besar miliknya.
"Kamu nyetir, aku lagi malas," kata Arsa sambil melempar kunci mobil kepada Arsy.
"Cih, bilang kek dari tadi. Pake alasan takut di gondol genderuwo segala macam," ujar Arsy sewot.
"Udah, jangan banyak bacot cepat jalan," pinta Arsa.
Arsy pun menjalankan mobilnya, pintu gerbang terbuka dan Arsy pun melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan, mereka tidak bicara satu sama lain. Arsa sibuk dengan ponselnya, sementara Arsy sedang menyetir.
Arsy mampir ke toko kue, ia ingin membeli kue untuk dibawa ke rumah mama Fay nya.
Baik Arsy maupun Arsa, keduanya memanggil Fay dan Aldebaran dengan sebutan mama Fay dan papa Al.
Itu kebiasaan mereka sejak kecil, jadi terbiasa hingga mereka besar. Kadang orang pernah mengira jika keduanya adalah anak Aldebaran.
Karena pernah sewaktu mereka kecil mereka ikut Aldebaran, dan mereka memanggil Aldebaran dengan sebutan papa.
"Mau beli kue, Dek?" tanya Arsa.
"Tidak, beli peralatan kosmetik," jawab Arsy. Kemudian ia keluar dari mobil dan langsung masuk kedalam toko kue.
Arsa juga keluar dari mobil dan berlari kecil menyusul Arsy. Arsa memilih beberapa jenis kue yang ia suka.
Arsy juga memilih kue yang berbeda dari Arsa. Kemudian menyerahkannya kepada Arsa.
"Bayarin ya?"
Arsa bisa apa selain menuruti keinginan adiknya. Toh cuma kue tidak akan merugikan dirinya.
Setelah selesai membayar, ada seorang anak berpakaian lusuh hendak membeli kue. Tapi ia malah diusir oleh salah satu pelayan di toko itu.
Namun pelayan yang satunya malah membela anak itu. Dan melayani anak itu dengan baik.
Arsa dan Arsy berdiri didekat kasir melihat interaksi pelayan itu yang tetap melayani pembeli tanpa memandang status.
"Maaf kak, uangnya cuma segini," ucap anak itu. Padahal ia ingin membelikan sang ibu untuk hadiah ulang tahun ibunya.
Uang yang ia dapatkan dari hasil pemulung tidak cukup untuk membeli kue yang dia inginkan.
"Gak apa-apa nanti kakak tambahin ya?" pelayan itu tersenyum lalu mengelus rambut anak itu.
Arsy dan Arsa terkesan melihat pelayan itu. Lalu Arsy pun meminta untuk dibungkus kan kue yang lain untuk diberikan kepada anak itu.
Tidak lupa Arsy menyelipkan uang tunai kedalam plastik berisi kue tersebut.
"Terima kasih kak," ucap anak itu. Kemudian ia pergi dari toko kue tersebut.
Pemilik toko marah pada pelayan yang sombong tadi, lalu ia memecat pelayan sombong itu.
"Ikuti anak itu," pinta Arsa. Arsy memang ingin mengikuti anak itu, walaupun kakaknya tidak memintanya.
Sementara anak itu belum menyadari jika ada uang tunai didalam plastik berisi kue. Hingga anak itu masuk kesebuah gang kecil. Arsy tidak mengikuti nya sampai kedalam. Karena ia sudah memberikan uang kepada anak itu.
"Ternyata masih banyak orang yang hidupnya kesulitan," ucap Arsy yang hanya memperhatikan anak itu dari kejauhan.
"Negara kita luas Dek, apalagi semuanya serba mahal. Kita beruntung terlahir dari keluarga kaya," ujar Arsa.
"Apa gunanya hidup kaya kak, jika tidak mampu membantu orang lain," sahut Arsy. Arsa terdiam, mereka membantu orang lain tanpa pamer kepada orang lain.
Arsy mengingat tempat ini, nanti mereka akan datang lagi dengan membagi-bagikan makanan dan sembako untuk anak itu nanti.
"Ayo jalan, kita sudah terlambat. Mama berpesan agar jangan terlalu malam pulangnya," kata Arsa.
Arsy pun kembali menjalankan mobilnya menuju rumah Fay. Mereka sudah ditunggu oleh Naura dan Naufal dan juga Fay.
paham...
jd jangan terlalu sombong