NovelToon NovelToon
VERSUS

VERSUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Gangster / Enemy to Lovers
Popularitas:868
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.

Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.

Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?

Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 7

Akita memungut Tora ke dalam pelukannya kemudian mengelusnya dengan lembut seolah sedang menggendong seorang bayi.

"Keluarga Harrington sedang bepergian keluar kota, jadi aku tak bisa menitip Tora untuk beberapa hari ini. Tak mungkin aku tinggalkan dia sendirian di apartemen, makanya kubawa saja ke sini", Akita kemudian meletakkannya di atas meja dapur.

"Eh, kenapa kau letakkan di situ? Bukankah sudah kukatakan kucing bisa menghalangi cakraku? Cepat jauhkan! Atau kau masukkan saja ia ke kandang", seru Ryuu, wajahnya meringis karena Tora hanya berjarak dua meter darinya.

"Cakra apa? Cakra keberanian?! Ya, kau sekarang memang sedang kehilangan cakra itu. Siapapun tak kan pernah membayangkan orang sepertimu takut terhadap makhluk lucu dan lembut seperti ini", gerutu Akita, ia akhirnya kembali memungut Tora.

Namun hanya beberapa detik, kucing itu kemudian melompat dari pelukan Akita dan menuju pintu keluar. Dikais-kaisnya daun kaca seolah meminta untuk dibukakan.

"Kau mau keluar? Baiklah, silahkan. Daripada kita terus-terusan mendengar omelan Ryuu", Akita kemudian membukakan pintu untuk Tora.

Secepat kilat Tora berlari keluar menuju ke seberang jalan. Akita tak menyangka hal itu dan terus memperhatikan. Ternyata Tora menghampiri Sofia yang tengah duduk di kursi di depan kedainya. Sofia mengelusnya sebentar, lalu Tora melompat ke atas meja. Dari gesturnya, bisa disimpulkan kalau Sofia tengah tertawa geli. Dia menyukai Tora.

Selanjutnya ia meneruskan membaca buku yang ia letakkan di atas meja yang sama. Dan anehnya, Tora seperti menyimaknya. Tak pernah sekalipun Akita melihat Tora bersikap seperti itu. Apakah Sofia membaca dengan nyaring? Seperti tengah membacakan cerita?

Kejadian itu berlangsung selama sekitar lima menit. Setelah Sofia menutup bukunya, Tora kemudian melompat ke pangkuannya dan menggeliat manja. Sofia tak membiarkannya begitu saja. Tangannya pun segera mengelus perut Tora, dan kucing itu benar-benar menikmatinya.

Akita tertegun melihat itu. Tora memang kucing yang ramah, tapi tak mungkin seakrab itu dengan orang yang baru dikenalnya. Tunggu! Urusan perebutan pelanggan belum dimulai, tapi sudah terjadi perebutan peliharaan? Tak bisa dibiarkan!

Akita melangkah menuju ke seberang, berniat mengambil Tora kembali.

"Maaf Nona Genovese, kucingku sepertinya mengganggumu", ucap Akita, dan seperti sebelumnya ia berdiri dengan kedua tangan di pinggang.

"Oh, ini kucing anda? Maaf, aku tidak tahu. Tadi dia tiba-tiba menghampiriku dan mendengarkan aku membaca Qur'an. Sepertinya ia menyukainya", Sofia kemudian meletakkan Tora ke atas meja agar Akita bisa mengambilnya.

Akita melirik buku yang dimaksud Sofia. Qur'an, kitab sucinya orang Islam. Tora menyukainya?

"Kedai anda belum buka?", Akita melongok ke dalam kedai Sofia, sepertinya belum ada kegiatan apapun di dalam.

"Belum, kami baru buka sekitar jam sebelas siang nanti. Tapi para koki sudah datang dan sedang bersiap-siap di dapur", sahut Sofia, tatapannya seperti biasa lebih sering ke arah lain dibandingkan pada lawan bicaranya.

"Oh, begitu?", Akita mengangguk, keingintahuannya terjawab sudah.

"Apa.. anda sudah sarapan?", tanya Akita, yang kemudian kaget sendiri dengan pertanyaannya.

Ia hanya bisa menutup matanya dan mengatup rapat giginya, merutuki apa yang baru ia katakan. Mengapa dia sampai menanyakan itu? Apa urusannya apakah rivalnya sudah sarapan atau belum?

Sudah terlanjur!

"Ehm.. belum. Saya.. belum sarapan. Anda sendiri?", Sofia malah balik bertanya, membuat Akita tambah serba salah.

"Aku.. juga belum. Apa.. anda ingin sarapan di tempatku? Kami punya menu bubur, siapa tahu anda suka", tawar Akita, sementara dalam hatinya ia terus mengutuk mulutnya yang entah mengapa berkata di luar kehendaknya.

"Oh, tidak perlu, terima kasih. Aku.. akan sarapan di tempatku saja", sahutnya.

Akita ditolak! Dan mengapa itu terasa menyakitkan? Dia kini merasa bodoh dan kalah. Seolah mendapat pukulan telak dari lawannya.

"Tentu saja. Lagipula, aku hanya mencoba bersikap ramah pada anda", akhirnya itu yang terucap darinya.

"Oh, bagaimana kalau anda yang sarapan di tempat kami? Anda bisa sekalian melihat-lihat dapur kami. Mungkin, ada masukan yang bisa anda berikan sebagai orang yang sudah berpengalaman", tawar Sofia bersemangat, bahkan tanpa sadar ia telah menatap mata Akita dengan antusias.

Akita kembali tertegun dibuatnya. Sepasang mata biru safir tengah menatapnya. Ia terdiam sesaat, seolah terhipnotis dengan keindahannya.

Apakah ia mau menerima tawaran Sofia? Tentu saja! Kapan lagi ia punya kesempatan melihat langsung gudang amunisi dan perlengkapan perang musuhnya?

"Apa.. itu tak masalah?", Akita menyusun kembali kesadarannya, dan menjauhkan pandangannya dari keindahan mata itu.

"Tentu saja tidak, kami malah senang bisa mengundang anda ke dapur kami", Sofia kemudian membukakan pintu kedainya untuk Akita.

Sementara itu, di kedai seberang Abe dan Ryuu menatap tak mengerti dengan apa yang tengah dilakukan Akita. Mengapa dia malah masuk ke kedai itu?

"Apa yang ia lakukan? Bukannya menyiapkan kedainya, malah berkunjung ke kedai seberang", Abe menggelengkan kepalanya.

"Dia sedang menyusup untuk membaca pertahanan lawannya", sahut Ryuu.

Abe mengerutkan dahinya.

"Darimana kau tahu? Tolong jangan katakan kalau kau bisa merasakannya!".

"Aku memang bisa merasakannya..", Ryuu melihat ke seberang jalan seolah tatapannya mampu menembus semua tembok dan bisa melihat Akita dari tempatnya berdiri.

Abe meringis mendengarnya.

"Kalian berdua sama saja!", Abe memilih kembali ke dapur daripada melayani kegilaan Ryuu.

1
Puspa Indah
Makasih reviewnya. Moga sukses dan sehat selalu 🤓
Puspa Indah
Tahu aja kamu kalau ambil inspirasinya dari beliau. Tapi Antonio gak bisa nyanyi, kayaknya..
deka
keren ceritanya gk bertele-tele. good job.
deka
wow Nami kereenn
deka
jangan bilang Antonio Bocelli saudaraan ama Andrea Bocelli ya thor
deka
hmm ... Ryu tutup mulutmu, orang jatuh cinta emang sulit di nasehati🤭
deka
hati² Akita jangan nyosor aja sama makanan dari sebrang
deka
oohh .. ternyata Sophia tidak sepolos yg kukira.
Akita duh nasibmu terancam
Oe Din
seru "Akita" ( atau Ryuu )
Puspa Indah: Eh, iya. Salah lagi /Facepalm/
Makasih buat koreksinya..
total 1 replies
Oe Din
Penumpang lain panik...
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
Oe Din
Mateo dan Alex ini cocok jadi pujangga ...
👍👍👍
Oe Din
Ryuu sang gembong Yakuza, bisa salah tingkah juga ...
😄😄😄
Oe Din
Satu ruang, dengan berbagai macam rasa dan raut muka ...
😅😅😅
Oe Din
geger otak atau gegar otak...?
Puspa Indah: Yup tul, gegar otak. Kalau Geger, malah kaya tempatnya Aa Gym ya. Geger Kalong 🤭
It's done! Thanks...
total 1 replies
Oe Din
Ha ha ha...
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Puspa Indah
To Oe Din, author ijin pake istilah "rakus" sama "kiriman beracun" nya ya.. Makasih.. 🤓
Oe Din
المسلم أخ المسلم ...
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Oe Din
Kau rakus, merebut "kiriman beracun" buat Akita....
Jadi kena juga !!!!
Oe Din
Putri Gengster Italia versus Putra Gengster Jepang....
Oe Din
Mantaplah....!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!